Be The Miracle!

Posted: Senin, 23 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Penat usai deadline, segera meluncur ke rumah untuk menikmati aksi konyol Jim Carey dalam film Bruce Almighty adalah opsi yang sulit dilewatkan. Sebenarnya film ini pernah saya tonton, hanya saja saya tidak tahu kenapa ingin sekali lagi menontonnya.

Ternyata saya tidak hanya diajak ketawa terpingkal-pingkal, tetapi juga disadarkan oleh sebuah frase yang berbunyi be the miracle.

Tokoh Bruce (diperankan oleh Carey) diceritakan sedang marah besar dan akhirnya mengumpat serta menantang Tuhan karena hidupnya berantakan. Akibatnya, Morgan Freeman (yang memerankan tokoh God) memutuskan turun ke dunia untuk menemui Bruce dan memberinya kesempatan untuk menjadi diri-Nya.

Bruce girang bukan kepalang, karena bisa melakukan apa saja sesukanya. Membelah sup di meja, mengambil sendok dari mulutnya, bahkan mengeluarkan monyet dari - maaf - pantat preman yang memukulinya.

Semudah itukah? Salah! Ulah Bruce menarik bulan lebih dekat ke bumi untuk menyenangkan hati pacarnya berujung bencana alam yang menelan banyak korban jiwa. Niat Bruce untuk membahagiakan semua orang - dengan mengabulkan doa mereka - berujung petaka. Ribuan warga kota Buffalo merusak kota karena secara bersamaan memenangkan undian berhadiah.

Andai Dia Duduk Di Kursi Itu....

Posted: Senin, 23 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Waktu saya bersekolah di sebuah SMU negeri di Magelang, dalam sebuah acara retret selama satu minggu yang diadakan oleh teman-teman beragama Katholik di Kota Gudeg, seorang guru menuturkan pengalaman uniknya. Kisah yang sangat berkesan buat cowok-cowok yang selalu terbelalak matanya jika mendengar apapun soal lawan jenisnya.

Di masa mudanya, guru saya itu rajin ke gereja. Sambil berdoa, dia tidak bisa menutupi keinginannya untuk mengagumi seorang gadis yang tiap Minggu dilihatnya. Dasar pemalu, keterpesonaannya hanya disimpan di dalam hati. Tak ada keberanian untuk mendekati pun menyapanya.

'Suatu hari', tuturnya, 'saya sengaja menunggunya. Jantung saya berdebar ketika melihat dia datang, duduk di tempat favoritnya., berlutut dan mengatupkan keua tangannya untuk berdoa. Ah... indah sekali. Saya ragu-ragu mau duduk di bangku sebelah yang kebetulan masih kosong. Ketika keberanian saya muncul ... bangku itu sudah terisi orang lain. Andai saja hari itu saya duduk di sampingnya, belum tentu hari ini saya bisa berdiri di sini sebagai pastor kalian.'

Bukan Tak Bisa, Tapi Tak Biasa!

Posted: Senin, 23 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya mau bercerita sedikit tentang teman saya sewaktu di SMU dulu. Sebutlah namanya Joko. Dia punya segalanya untuk sombong: tampang oke, gaya keren, otak encer, berasal dari keluarga berada. Di kelas, dia anak terpandai yang disenangi seluruh guru. Di lapangan basket, dia shooting guard andalan. Di lapangan hijau, tak sekalipun pelatim tim sekolah saya berani mencadangkannya. Reputasinya di dunia asmara pun tak kalah mentereng: playboy papan atas.

Cowok petualang yang tak gampang didebat ini sangat percaya diri. Mungkin karena apa yang diinginkannya nyaris selalu terpenuhi. Buat Joko, yang rambutnya gondrong, nyaris tidak ada persoalan yang tak bisa diselesaikan. Tak ada rintangan yang tak bisa dilewati.

Benar begitu? Begini suatu kali dia berujar, 'Aku bukannya tidak bisa atau tidak pernah gagal dan kalah, tapi aku tak biasa gagal dan kalah. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. Menjadi nomor satu!'

Ternyata, prinsip yang sepintas arogan itu menjadi modal untuk meraih sukses dalam banyak hal. Ada energi yang luar biasa besar untuk menjadi pemenang, sehingga kalah atau gagal sebisa mungkin dihindari. Dia selalu memelajari semua hal dengan sangat matang, cermat, dan lengkap sebelum mengerjakan atau memutuskan sesuatu. Bersiap untuk menang! Boleh jadi inilah yang disebut dengan mental juara!

You Hate This? Fight It or Take It!

Posted: Senin, 23 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kata teman-teman - baik yang kenal akrab maupun yang sekadar tahu - saya itu masuk kategori tipe pemberontak. Tak mau taat aturan, rajin merusak tatanan. Tak setuju, gugat dan lawan! Kadang dengan nada berapi-api yang membuat orang lain ketakutan. Makin klop jika dikaitkan dengan panggilan saya, Anang. Kata teman-teman, nama panggilan saya itu adalah singkatan dari Anti Ketenangan.

'Jangankan kita, lha wong dosen dan pemerintah saya dilawan kok', ledek teman kuliah. Saya meringis. Gara-gara ikut beberapa kali demo saja sudah dicap berani melawan dosen dan pemerintah. Kalau penilaian itu didengar oleh para demonstran militan - yang belakangan makin sering bermunculan di tengah-tengah kita menyuarakan suara rakyat - bisa habis saya ditertawakan.

Kali lain sebutan 'anak LSM' menghampiri. Hanya karena ikut organisasi sosial, lalu perangai saya diidentikkan dengan LSM di negeri ini - yang selalu kritis menyuarakan aspirasi kaum tertindas.

Paling parah adalah ketika saya mulai berkarya, saya mendapatkan sebutan Mr. Complain. Karena seringnya saya komplain terhadap ketidaknyamanan dan kebijakan-kebijakan perusahaan atau credit union yang menurut saya tidak bijak sama sekali. Padahal, sungguh, belum sekali pun saya berjuang untuk 'rakyat' yang seharusnya saya perjuangkan hak-hak hidupnya. Paling banter menyuarakan kepentingan sendiri, atau sesekali milik teman (teman dalam jumlah lebih dari 10 orang).

Public Relation Is Dead?

Posted: Minggu, 22 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kalau orang seperti Richard Brewer-Hay bisa menjembatani perusahaan dengan setiap stakeholders di dalam maupun di luar perusahaan secara jujur, transparan, dan dilandasi trust.

Pertanyaannya kemudian: Lalu fungsi corporate PR mau dikemanakan?
Kita tahu selama ini fungsi public relation adalah membangun citra positif perusahaan: dengan ngomong positif ke wartawan dan media massa; dengan melakukan kegiatan-kegiatan corporate social responsibility; dengan menulis advertorial di sebanyak mungkin surat kabar mengenai perilaku baik perusahaan.

Namun celakanya, seringkali terjadi PR adalah layaknya salon kecantikan.
Fungsinya memoles wajah perusahaan dengan bedak dan gincu.
Agar yang jelek di dalam menjadi kinclong di luaran.
Agar yang busuk-busuk di dalam menjadi wangi di luaran.
Agar yang bopeng-bopeng jadi mulus bersinar.

Kalau orang PR masih menyikasi pekerjaannya seperti itu, ... maka bisa saya pastikan profesi PR bakal mati.
Kenapa?
Karena yang dibutuhkan bukanlah PR Manager, ... tapi Chief Blogger Officer - CBO, seperti Richard Brewer-Hay.

Credit Union Becomes Horizontal

Posted: Minggu, 22 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Judul blog ini sebenarnya terinspirasi dari buku karya Mas Yuswohady, teman saya dari Markplus, CROWD, Marketing Becomes Horizontal. Inspirasinya simple sekali, credit union sebenarnya sudah sejak dulu horizontal, hanya saja konsep dan strateginya bagaimana, ini yang jadi permasalahan dan pertanyaan.

Tapi sahabat sekalian perlu memerhatikan hal berikut ini.

McCain vertical, Obama horizontal
MTV vertical, MySpace horizontal
Britannica vertical, Wikipedia horizontal
Windows vertical, Linux horizontal
Internet Explorer vertical, FireFox horizontal
CNN vertical, Blogger.com horizontal
Websites vertical, blog horizontal
Salesman vertical, Evangelist horizontal
One to many vertical, Many to many horizontal



So, AWAS!!!!


... horizontal BEATS vertical!!


Obama beats McCain
MySpace beats MTV
Wikipedia beats Britannica
Linux beats Windows
FireFox beats Internet Explorer
Blogger.com beats CNN
Blog beats Websites
Evangelist beats Salesman
Many to many beats One to many


Who are the next victims?

Getting Connected, Getting Social!

Posted: Jumat, 20 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Fenomena paling dominan dari kemunculan Web 2.0 adalah bahwa tools yang dilahirkannya mendorong orang untuk berinteraksi antarsesamanya dan membentuk komunitas. Kehadiran tools tersebut menjadi siapapun di muka bumi ini begitu gampang membangun jejaring sosial (social marketing) di mana mereka bisa begitu intens berinteraksi satu sama lain.

Situs-situs seperti MySpace, Facebook, Second Life, YouTube, eBay, Flickr, LinkIn adalah contoh situs-situs yang kini begitu digandrungi karena memungkinkan setiap pengunjungnya berkomunitas dengan teman-teman dari seluruh dunia.

Mereka bisa curhat, berbagi, bersosialisasi, nampang, beropini, merekomendasi, atau memberi nasihat di antara teman-teman yang menjadi komunitasnya. Internet kini telah menjadi media sosial terbesar dalam sejarah umat manusia.

Beda Anthurium, Beda Tukul

Posted: Jumat, 20 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Tukul adalah fenomena. Wabahnya menjalar ke seluruh pelosok negeri. Sebuah brand yang awalnya merangkak lamban tertatih-tatih, tapi mendadak sontak meroket menjadi superstar yang digandrungi semua kalangan.

Tukul menjadi perbincangan siapapun mulai dari presiden, menteri, dirut BUMN, orang kantoran, para pengangguran, hingga tukang-tukang ojek di ujung gang dan pembantu rumah tangga.

Kesuksesan Tukul mengingatkan saya pada kesuksesan luar biasa yang dicapai Inul Daratista beberapa tahun lalu. Hanya sayang, brand lifecycle Inul tidak meluncur panjang karena tidak dikelola sebagaimana mestinya. Brand equity Inul saat ini bahkan turun terus tak terbendung. Sebagai sebuah brand, Inul kini menjadi sebuah drama tragis: Naik cepat, jatuhnya juga cepat.

Sama dengan Inul, Tukul memperoleh brand equity yang superkokoh dalam waktu supersingkat karena melakukan breakthrough innovation yang sebelumnya tidak dikenal di industri hiburan tanah air. Lewat Empat Mata, sekarang Bukan Empat Mata, Tukul adalah pencipta kategori baru, talk show model baru yang menggabungkan obrolan ngalor-ngidul dengan dagelan katro ala Srimulat.

Ia juga mengusung genre baru lawakan, sebut saja Tukulisme; model lawakan yang mengolok-olok keburukan diri sendiri. Puas! Puas! Puas!! ... gerrrr...

Demokrasi Pasar di Republik Facebook

Posted: Jumat, 20 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

'Seperti dalam tai chi, cara terbaik melayani gerakan lawan bukanlah dengan langkah surut, tapi dengan mengiringi gerakannya itu, memanfaatkannya demi keuntungan sendiri, persis seperti rehat sejenak sebelum menempuh tahap selanjutnya.'

Siapa di antara Anda yang belum punya account di Facebook (atau di Friendster, Linkedln, dan lain-lain)? Kalau belum, ya tidak apa-apa juga, Anda tidak akan ditangkap KPK atau petugas pajak yang akhir-akhir ini amat sangat aktif kejar target. Hanya saja - virtually speaking - you are out of the new-world's orbit!

Utamanya sebagai pebisnis, Anda bisa kehilangan kontak dengan salah satu indikator denyut nadi komunitas pasar yang sedang berkembang pesat sekali. Konon, pengguna Facebook di Indonesia sudah menembus 1 juta! Inilah bentuk republik (virtual) yang paling demokratis di dunia! Setiap kita bebas menentukan, mau berpatisipasi (add/confirm) atau keluar (remove/delete) dari 'negara kota' (polis) ini.

Ketika Thomas Friedman dalam bukunya The World is Flat melansir 10 kecenderungan perataan dunia, kita diingatkan kembali akan apa yang dulu pernah diwanti-wanti oleh Alvin Toffler dalam triloginya: Future Shock, Third Wave, dan Power Shift tentang 3 change drivers yang bakal memacu dan memicu perubahan: teknologi, ekonomi dan sosial. Tatkala terjadi intervensi teknologi, maka ia akan mendorong perubahan ekonomi (oikos-nomos, pengaturan rumah tangga) dan ini pada gilirannya akan mendorong perubahan sosial, gaya hidup (lifestyle). Dan bagi para pebisnis, perubahan gaya hidup berarti perubahan pasar!

Kesepuluh tren itu: robohnya tembok berlin (serentak dengan munculnya teknologi Windows oleh Microsoft); go public-nya Netscape yang menandai merebaknya internet sampai menembus titil critical-mass; teknologi workflow-software; opensourcing; offshoring; supply-chaining; insourcing; in-forming dan the steroids, yaitu semacam pil doping yang mengakselerasi kesembilan tren tadi, bentuknya; digitalisasi-mobilisasi-personalisasi-virtualisasi. Mereka saling bereaksi kimia satu sama lain dan tadaaa... lahirlah dunia baru, a whole new world!

Your Customers Are Evangelists. They Are Your Voluntary Sales Force

Posted: Kamis, 19 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Robert T. Kiyosaki bilang: 'Jangan Anda bekerja keras untuk mendapatkan uang, uang-lah yang seharusnya bekerja keras untuk Anda'

Saya bilang: 'Janganlah Anda bekerja keras untuk (mendapatkan pelanggan), pelanggan-lah yang harus bekerja keras untuk Anda'

Pelanggan bekerja keras untuk Anda? Apa tidak keliru?

TIDAK

Kalau Anda piawai menerapkan hukum-nya Yuswohady, E = wMC2, Anda akan mampu menjadikan para pelanggan Anda sebagai salesman sejati Anda. Merekalah yang akan bekerja super keras untuk mendapatkan pelanggan-pelanggan lain. Mereka bakal menjadi sales force team terbaik Anda.

Mau bukti?
Siapa salesman sejati film Ayat-ayat Cinta?
PELANGGAN ... para penontonnya

Siapa salesman sejati klub bola Manchester United?
PELANGGAN ... para suporter fanatiknya

Siapa salesman sejati pelatihan spiritual ESQ?
PELANGGAN ... para alumni yang telah tercerahkan

Siapa salesman sejati buku dan film Harry Potter?
PELANGGAN ... para pembaca dan penonton setianya

Ayat-ayat Cinta piawai menerapkan E=wMC2. Film ini mencapai rekor jumlah penonton yang tak tertandingi oleh film manapun dalam sejarah perfilman tanah air. Di Indonesa sebuah film bisa dikatakan box office jika ia bisa mengumpulkan setengah juta penonton. Harap tahu saja, sampai saat ini Ayat-ayat Cinta sudah ditonton oleh sekitar 6-7 juta penonton.

Kenapa film ini menuai sukses luar biasa?
Jawabannya akan menarik kalau dikaitkan dengan hukum E=wMC2.
Saya bisa pastikan, film ini tak akan bisa sefantastis itu tanpa kehadiran social media seperti blog, friendster, facebook, yahoogroups, atau youtube. Kenapa rupanya? Karena melalui media baru itu buzz dan viral dari film tersebut 'merambat' secepat kilat dari satu konsumen ke konsumen berikutnya.

Menyatukan Banyak Kepala

Posted: Kamis, 19 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Roni dan Bobi sama-sama seorang manajer. Kualitas dan kinerja mereka pun sepintas tidak jauh berbeda. Tetapi, Bobi ternyata lebih sukses dari Roni. Mengapa demikian? Apa yang dimiliki Bobi dan tidak dimiliki Roni?

Peran seorang manajer sekarang ini kian menantang karena banyak perusahaan yang sudah berkembang dan merambah ke seluruh penjuru dunia. Manajer kini dihadapkan oleh banyak anggota tim yang mungkin berasal dari lokasi atau wilayah lain. Para anggota tim mungkin punya budaya dan latar belakang yang amat berbeda dengan si manajer sendiri.

Kemampuan untuk mengelola suatu tim adalah keahlian yang sangat dihargai dan dicari dalam diri setiap manajer saat ini. Potensi perusahaan tergantung dari seberapa jauh imajinasi dan kemampuan tim. Karenanya, amatlah penting untuk bisa mencari player untuk tim, dan ini dimulai dari proses seleksi.

Apa saja yang dibutuhkan? Ini dia jawabnya!

Momen Spesial dalam Bisnis (2)

Posted: Kamis, 19 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Suatu hari seorang pria tua berpakaian sederhana memasuki sebuah showroom otomotif. Salah seorang tenaga penjual bernama John berdiri dan menghampirinya. 'Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?'

Laki-laki tua itu menjawab bahwa dia membutuhkan mobil seken yang kecil, sebuah mobil yang sederhana karena hanya memiliki anggaran yang terbatas.

John membawa orang tua tersebut ke garasi yang terletak di belakang showroom, di sana semua mobil seken dan berukuran kecil dipajang. Mobil-mobil tersebut mungkin sesuai dengan budget pria tua tadi. Pada saat berkeliling untuk memilih mobil yang cocok, orang tua tadi menjelaskan kepada John mengapa dia ingin membeli mobil.

'Sebenarnya mobil yang akan saya beli adalah untuk istri saya. Selama 30 tahun lebih istri saya ingin punya mobil kecil. Mobil yang bisa dikendarai ke supermarket dan ke rumah teman-temannya. Tapi, saat itu adalah masa-masa sulit dan saya tidak mampu membeli mobil. Seiring waktu berlalu, istri saya berhenti meminta mobil', cerita pria tua itu.

'Minggu lalu ia jatuh sakit. Dokter mengatakan istri saya menderita kanker dan umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Jadi, saya memutuskan untuk menggunakan tabungan saya untuk membelikannya mobil, supaya ia setidaknya bisa menikmati beberapa bulan sisa hidupnya mengendarai mobilnya sendiri, sebelum dipanggil menghadap Tuhan', imbuhnya lagi.

Hati John tersentuh mendengar kisah tersebut. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari, ia juga akan menjadi suami yang baik sampai akhir hayat hidupnya.

Smart Power

Posted: Senin, 16 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Artikel Prof. Joseph S. Nye dari Harvard pada harian Jakarta Post tanggal 12 Februari 2009 lalu sangat menarik. Ia menulis tentang fenomena Barack Obama. Dua tahun lalu nama Barack Obama muncul sebagai senator pemula dari negara bagian Illinois yang tidak banyak dikenal. Namanya mulai muncul setelah mendeklarasikan niatnya untuk mencalonkan diri menjadi presiden. Banyak orang bersikap skeptis. Mana mungkin seorang Amerika keturunan Afrika, dengan nama yang aneh dan memiliki pengalaman yang sangat terbatas mampu memenangi pemilihan presiden di negara yang mayoritas kulit putih.

Tetapi seiring dengan perkembangan kampanye, mulai kelihatan Obama memiliki kekuatan memimpin yang hebat. Ia memiliki kekuatan memimpin yang merupakan kombinasi antara soft and hard power. Di samping itu, ia mampu menggunakan kombinasi kedua kekuatan ini dengan mempertimbangkan konteks yang dihadapi.

Profesor Nye menyebut kekuatan memimpin seperti itu sebagai smart power. Soft power adalah daya tarik yang melekat pada seorang pemimpin sehingga ia mampu menggalang pengikut setia. Soft power pada hakekatnya terdiri dari kecerdasan emosi dan kemampuan komunikasi serta kemampuan merumuskan visi masa depan yang menarik. Selama kampanye jelas kelihatan Obama memiliki soft power yang luar biasa. Tetapi ia juga memiliki hard power yang berkaitan dengan kepekaan politik organisasi. Ia memahami dinamika organisasi dan mampu memanfaatkan kekuatan politik yang ada untuk mencapai tujuan.

Mengapa Marah?

Posted: Senin, 16 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Terus terang, sampai kemarin saya masih mendongkol. Cenderung kesal, bahkan marah. Seorang teman lama, yang dulu pernah saya bantu beri modal usaha dan kini kabarnya menjadi seorang manajer di salah satu hotel mewah di Nusa Dua, Bali menyambut dingin jabat tangan saya, saat tak sengaja bertemu di hotel tempatnya bekerja.

Sikapnya terasa angkuh, seolah saya bukan siapa-siapa. Bicaranya kikir kata, seperlunya, dan agak ketus. Sepertinya ingin segera menyudahi perjumpaan. Jangan-jangan dia kira saya mau mengutang, atau malah minta uang. Apa tak ingat, dulu makan pagi-siang-malam saya juga pernah bayari waktu sama-sama kerja di Jimbaran? termasuk rokok, saya traktir. Bahkan modal yang saya pinjamkan belum ia kembalikan seluruhnya.

Selama seminggu tidak sekejap pun ia lepas dari pikira. Sakit rasanya hati ini. Saya ceritakan kejadian itu pada setiap teman. Celaka, saya sempat menyumpahi agar karirnya habis. Biar tahu rasa. Sebagian teman-teman merasa aneh, kok saya berubah menjadi amat sangat sensitif. Seorang sahabat coba saya hapus dari memori kebersamaan saya. Apa memang saya layak berbuat seperti itu? Tidakkah saya terlalu egois?

Pecundang pun Bisa Menang

Posted: Senin, 16 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

'Winners never quit and quitters never win'. Pemenang tak pernah menyerah dan pecundang takkan pernah menang. Ini ucapan pelatih sepakbola AS terkenal, Vince Lombardi. Saat Perang Dunia II, Perdana Menteri Inggris, Sir Winston Churchill juga menyerukan, 'Never, never, never quit'.

Dulu, saya amat percaya, 'Sukses diukur bukan dari tingginya pencapaian, melainkan dari seberapa besar hambatan yang berhasil diatasi dalam proses mencapai sukses' dan 'Tak penting berapa kali Anda jatuh, yang penting berapa kali Anda bangkit kembali setelah jatuh'.

Maka, saya putuskan untuk terus maju, tak gentar menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Sekejap pun saya tidak ingin menyerah, karena tidak sudi jadi seorang pecundang. Begitulah selama sekian tahun, terus mengejar impian tanpa melakukan analisis kritis terhadap situasi dan kondisi kehidupan pribadi. Pokoknya maju terus.

Apalagi diperparah oleh kepercayaan, 'Semua orang pada dasarnya orang sukses. Mereka gagal karena mereka menyerah terlalu cepat'. Ah, betapa berbahayanya keprcayaan ini.

Jawaban Atas Pertanyaan

Posted: Senin, 16 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Pertandingan tinggal menunggu bunyi peluit akhir ditiup wasit. Namun, justru di detik-detik penghabisan itulah John Arne Riise membuat kesalahan fatal. Sebagai pemain belakang, bukannya menjauhkan bola dari daerah pertahanan, di justru menjebol gawangnya sendiri, hal yang paling ditabukan di sepakbola pun terjadi. Gara-gara gol salah sasaran itulah, timnya dulu, Liverpool gagal menaklukkan Chelsea di seminifal Piala Champions musim lalu.

Cerita lalu itu rupanya amat sangat membekas di benak bek kiri yang kini bermain untuk AS Roma. Di sebuah situs internet, dia sempat curhat, betapa setelah kejadian itu, satu pertanyaan kerap muncul di benaknya, 'Hal buruk apalagi yang akan kuhadapi besok?' Beruntung, Riise bukan pemain kacangan. Begitu muncul, pertanyaan itu langsung disikatnya dengan penrnyataan tegas, juga dalam hatinya: 'Saya akan hadapi hal buruk apapun yang terjadi besok.' Berkali-kali hal itu terjadi.

Kisah Riise mengingatkan saya pada ucapan Ted Menten, penulis sekaligus kreator teve show asal AS, 'Seringkali, jawaban atas sebuah pertanyaan, ada pada pertanyaan itu sendiri. Jawaban atas 'What can you do?' misalnya, bisa dengan mudah ditemukan pada kalimat sederhana, 'Do what you can'.'

Jari Tak Kembali

Posted: Senin, 16 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Keep your love!!

Selepas joging mengelilingi kompleks tempat tinggalnya, Andy mengeluarkan mobilnya yang baru dari garasi. Sebuah sedan sporty buatan Eropa yang sejak lama diidam-idamkan. Beberapa saat kemudian ia masuk rumah untuk ganti pakaian. Alangkah kagetnya ketika keluar lagi, tampak Teddy anaknya yang baru lima tahun, asyik mencorat-coret bodi mobil itu dengan penggaris. Mobil yang mulus itu pun baret-baret. Melihat itu, Andy kehilangan akal sehatnya. Tangan si kecil dipukul berkali-kali dengan penggaris yang ada.

Minggu yang cerah seketika berubah jadi neraka bagi keluarga muda ini. Sang bocah menjerit-jerit kesakitan mendapat hukuman dari ayahnya. Sang mama yang lagi asyik di dapur tergopoh-gopoh ke depan, histeris melihat tangan Teddy berlumuran darah. Sementara sang ayah terlihat bengong tak menyadari apa yang sudah terjadi.

Singkat cerita, Teddy lalu dibawa ke rumah sakit. Meski dokter berusaha semaksimal mungkin mengobati jari si bocah, akhirnya gagal sehingga jari itu harus diamputasi.

Heal The World

Posted: Kamis, 12 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya begitu banyak mempunyai lagu favorit, tapi saya paling senang lagu yang dipopulerkan oleh The King of Pop, Michael Jackson... Heal The World.

Jika tidak salah liriknya seperti ini...

There's a place in your heart
And I know that it is love
And this place could be
Much brighter than tommorow
And if you really try
You'll find there's
no need to cry
In this place you'll feel
there's no hurt or sorrow
there are ways to get there
If you care enough for the living
Make a better place ...

Heal the world
Make it a better place
For you and for me
And the entire human race
There are people dying
If you care enough
For the living
Make a better place
For you and for me

If you want to know, why there's a love that cannot lie
Love is strong
It only cares of joyful giving
If we try shall see in this bliss
We cannot feel, fear or dread
We stop existing and start living
Then it feels that always love enough for us growing
So, make a better world
Make a better world ...

And the dream we were conceived, it will reveal a joyfull face
And the world we once believin will shine again in grace
Then why do we keep strangling life
Wound this earth, crucify its soul
Though it's plain to see
This world is heavenly be good glow
We could fly so high let our spirits never die
In my heart, I feel you are all my brothers
Create a world with no fear
See the nations turn their swords into flowshares
We could really get that, if you cared enough for the living
Make a little space
To make a better place ...


Kegagalan adalah Ibu Kandung Kesuksesan

Posted: Kamis, 12 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Dalam mengembangkan usaha bisnis ataupun dalam perjuangan mencapai puncak karir, adalah hal yang wajar jika kita berharap semua bisa berjalan lancar tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti. Namun, kenyataan tak selalu sama dengan apa yang diharapkan. Karena itu, dalam proses perjuangan tersebut, tidak jarang kita dihadapkan dalam kondisi sulit yang tidak muncul hanya sekali. Bahkan, kadang kita merasa halangan dan tantangan, tiada henti datang silih berganti!

Pada saat kondisi sulit menghadang, perlu kita tanamkan sebuah keyakinan, yakni bahwa saat sebuah kesulitan mampi kita atasi, bersamaan dengan itu pula akan muncul kesempatan baru yang memungkinkan kita melanjutkan perjuangan mencapai kesuksesan. Perlu kita perkuat keyakinan dalam diri bahwa setiap momen negatif yang muncul pasti diiringi dengan masa pembelajaran yang positif untuk mengantarkan kita mencapai sukses dan kebahagiaan yang sebenarnya.

Tetapi, dalam kenyataan yang sering terjadi, saat kita dihadapkan pada kesulitan, rintangan, kesalahan, dan problematika yang bermunculan, fighting spirit atau daya juang kita menjadi turun, rapuh, dan mudah runtuh. Semuanya menjadi terasa sangat berat sehingga membebani mental dan pikiran kita. Bahkan tidak jarang, jika itu yang kita alami, akan membuat diri merasa gagal, frustasi, depresi, putus asa, hingga menganggap ini semua merupakan suratan nasib yang memang harus dialami. Ujung-ujungnya, kita hanya akan menjadi pribadi yang mudah mengeluh dan menyerah.

Mengapa kita cepat merasa gagal? Mengapa kita mudah menyerah? Apa yang sebenarnya membuat diri kita rapuh dan lemah semangat? Perasaan tersebut, sebenarnya adalah akibat dari hasil pikiran atau kesadaran tentang proses perjuangan hidup yang belum matang. Kita belum mampu memahami dan menggali arti di balik ujian dan cobaan yang menghadang.

Padahal, jangkan cuma kesulitan yang menghadang, tantangan paling berat sekalipun sebenarnya justru akan mengantarkan kita pada kesuksesan. Ini sejalan dengan pepatah Tiongkok, sek pai she jenkung ce mu, kegagalan adalah ibu kandung dari kesuksesan.

One Moment In Time (Bagian 2)

Posted: Kamis, 12 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

I want one moment in the time
When I'm more than I thought I could be,
when all of my dreams are a heart beat away,
and the answer are all up to me

Give me one moment in time
When I'm racing with you
Then in that one moment of time
I will feel, I will feel eternity...


Itulah sepenggal bait lagu One Moment In Time... yang sangat saya suka. Inilah awal dari imajinasi itu muncul.

Angin yang bertiup sepoi-sepoi ditemani mendung menggantung, menjadi masa yang sangat menyenangkan bagi setiap anak.

Sun Tzu Lesson. 5 Kekuatan Intelijen

Posted: Kamis, 12 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Dlaam kitab perang Sun Tzu, 13 bab strategi perang diawali dengan bab perencanaan dan diakhiri dengan bab ke-13 tentang intelijen atau agen rahasia. Dimunculkannya kedua aspek sebagai pembuka dan penutup dalam kitab itu menunjukkan hubungan sangat erat di antara keduanya. Hal ini bisa dipahami karena perencanaan yang terinci tak akan bisa dimaksimalkan tanpa adanya informasi yang didasarkan dari hasil intelijen yang mumpuni.

Sun Tzu menegaskan, bahwa salah satu kunci utama memenangkan peperangan yaitu dengan mengetahui secara persis kekuatan dan kelemahan lawan. Karena itu, di sinilah diletakkan bab tentang intelijen atau agen rahasia sebagai penutup 13 strategi perang Sun Tzu.

Sejak 2.400 tahun yang lalu, menggunakan agen rahasia sebagai penyedia informasi yang bersifat strategis merupakan kekuatan yang tak diragukan lagi potensinya untuk meraih kemenangan. Hal tersebut bahkan berlaku hingga sekarang. Strategi intelijen sangat potensial untuk dipraktikkan dalam dunia bisnis dan kehidupan modern.

Dalam dunia bisnis, stretagi intelijen Sun Tzu kita aplikasikan dengan mengubah metode yang kita kenal dengan marketing intelligent atau competitor intelligent. Sebelum mengeluarkan sebuah produk, perusahaan haruslah mampu mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan pesaing. Di sinilah letak pentingnya menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedetail-detailnya.

Apalagi, seperti yang kita ketahui, saat ini adalah abad informasi. Pada era ini, agar mampu mengembangkan potensi secara maksimal dan terus menerus, kita perlu menguasai informasi dari berbagai sumber. Maka, kita dituntut memiliki kreativitas dan ketajaman seorang agen rahasia guna mengendus maupun menemukan informasi penting. Kita juga harus memahami tren yang berkembang di masa depan. Salah satu caranya yaitu dengan menguasai teknologi informasi. IT saat ini merupakan salah satu intelijen yang sahih dalam memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan lawan kita.

Mengapa informasi begitu penting bagi individu-individu yang ingin maju? Sebab, kita semua hidup dalam suasana kompetisi yang semakin keras. Bill Gates, bos Microsoft dan manusia terkaya di dunia menulis sebuah buku luar biasa berjudul Business @the Speed of Thought. Buku ini menyebutkan bahwa informasi sekarang ibarat darah manusia. Jika ingin bergerak dengan sangat cepat, jangan sampai kekurangan darah. Jika ingin survive, jangan sampai kehabisan supply informasi.

One Moment In Time (Bagian 1)

Posted: Rabu, 11 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Each day I live, I want to be a day to give the best of me ...

Kemarin saya baru saya beri comment ke blog-nya Mas Siwo (www.yuswohady.com), tentang The Power of Conversation. Intinya kita bisa mendapatkan meaning dari hidup kita, ketika kita bisa give ourself, tidak perlu yang paling baik, tapi paling tidak kita memulainya dengan niat tulus nan baik.

Saya jadi teringat sebuah kisah. Seperti ini ceritanya.
Alkisah di negeri antah-berantah, berkuasa seorang raja tua yang sangat lalim. Tak ada satu kekuatan pun yang mampu mencegah kesemena-menaannya. Hingga suatu ketika, raja jatuh sakit. Maka berkumpullah seluruh tabib terbaik di kerajaan tersebut. Sesaat setelah memeriksa, tabib menyampaikan bahwa raja menderita penyakit aneh yang segera merenggut nyawanya, kecuali ditemukan obat penawarnya. Obat yang dimaksud, berupa 'jantung manusia terpilih'. Mendengar itu, raja memerintahkan seluruh tentara kerajaan untuk mencarinya.

Darimana Datangnya Kegagalan?

Posted: Selasa, 10 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Gagal dalam berusaha seringkali berujung pada usaha mencari kambing hitam persoalan. Tapi, sudahkah kita benar-benar belajar dan mencari sumber kegagalan itu?

Suatu ketika, dalam sebuah mailing list saya, terdapat sebuah surat bernada keluhan. Inti surat itu kurang lebih berbunyi begini: 'Saya sudah berusaha berkali-kali menanamkan sikap tidak takut gagal, hingga menjalankan berbagai konsep sukses dari para mentor dan guru sukses yang saya ikuti seminarnya dan baca bukunya. Tapi, sampai saat ini, jika dihitung-hitung, saya sudah tertipu dan gagal beberapa kali. Saya sudah coba usaha yang lain dan gagal lagi. Sampai saat ini, saya bahkan sudah minus. Berapa kali kegagalan itu sebenarnya harus kita alami sebelum mencapai sukses yang kita inginkan?'

Berbagai jawaban mengalir. Ada yang mencoba menghibur. Ada yang menyarankan untuk ganti usaha yang lebih minim risiko. Ada pula yang mengatakan bahwa memang kegagalan itu sudah jadi kudapan bagi pengusaha. Namun, tidak ada satupun yang memberikan jawaban pasti tentang berapa kali kegagalan itu mesti dialami dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai sukses sebenarnya.

Marketing and The City

Posted: Selasa, 10 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sudah pernah nonton Sex and the City: The Movie? Saya memang baru saja bisa menontonnya beberapa hari lalu. Padahal, waktu seriesnya dulu, saya tidak pernah nonton sekalipun. Tapi, kan series soap opera itu memang menghebohkan. Terutama, kaum perempuan kita yang young adult, yang terpana akan gemerlap New York alias Manhattan. Saya masih ingat, bagaimana waktu itu, tiap minuman yang diminum di series tersebut mendadak juga dicari orang di Indonesia. Begitu juga Museum Guggenheim yang memang keren di Manhattan jadi buah bibir di sini. Pokoknya ngetren abis dech ...

Padahal, ceritanya cuma muter-muter empat karakter. Yaitu, Carrie, Miranda, Charlotte, dan Samantha. Masing-masing karakter punya keunikan. Mereka adalah lajang umur tiga puluhan yang ogah nikah. Tapi, mereka justru sibuk berpetualang dengan cinta dan seks di kota metropolitan dunia tersebut. Begitu gencarnya hiruk-pikuk dibicarakan orang dan media massa, akhirnya saya tertarik untuk mengetahui lebih jauh.

Di marketing, itulah yang disebut kekuatan word of mouth yang bersifat horizontal. Sehingga, ketika versi layar lebarnya dibuat, Sex and the City gampang sekali meledak. Orang sudah mengenal judulnya, sudah kenal karakternta, dan sudah tahu bahwa film itu akan keren abis.

Saya jadi makin tertarik untuk nonton ketika salah satu teman saya di facebook menulis di status update-nya: Wow ... I like Sex and the City so much ... the shoes, the bags, the dress...

Belajar dari Trowulan

Posted: Selasa, 10 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Masih ingatkah Anda perasaan yang muncul, saat membaca berita rusaknya situs Trowulan akibat pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM)? Mengapa ada rasa trenyuh, sakit, dan pedih?

Mungkinkah membangkitkan kejayaan masa lalu dengan merusak jejak kejayaan itu sendiri? Majapahit bukan sekadar cerita masa lalu. Kepadanya Indonesia bercermin. Meski wilayah Nusantara di masa Gajah Mada jauh lebih luas daripada wilayah negara kita sekarang, gagasan persatuan dan kesatuan itu tak pelak menjadi batu penjuru kita sebagai bangsa. Jadi, kalau setiap tahun 6.2 ha lahan situs yang demikian berharga dibiarkan terkorbankan oleh kepentingan 'hari ini', barangkali kita mesti berpikir ulang: apakah kita masih pantas menyebut diri sebagai bangsa, kalau tidak kunjung punya cukup kemauan untuk menjaga aset-aset berharga yang membuat kita berdiri tegak sebagai bangsa. 'Selamatkan Harta Karun Majapahit' mengingatkan kita akan hal itu.

Momen Spesial dalam Bisnis

Posted: Kamis, 05 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kejadian berikut ini terjadi, ketika saya menginap di sebuah hotel bintang lima di Surabaya, kita-kira dua tahun lalu. Peristiwa ini sungguh mengesankan dan kita semua bisa belajar beberapa hal penting di dalamnya.

Saya tiba di Surabaya dengan penerbangan malam dan check-in di hotel tersebut larut malam. Saya dijadualkan untuk mengikuti seminar pada pagi berikutnya. Tetapi, kemeja yang harus saya pakai besok ternyata sudah kusut. Jadi, saya menelepon resepsionis, memberitahukan bahwa saya ingin meminjam seterika untuk menggosok baju tersebut. Staf di resepsionis mengatakan, dia akan mengontak bagian housekeeping secepatnya.

Tidak lama setelah itu, bagian housekeeping menelepon untuk minta maaf karena mereka tidak punya seterika untuk dipinjamkan pada malam itu, tetapi mereka mungkin bisa meminjamkannya esok pagi. Saya mengatakan bahwa hal itu tidak perlu karena jika harus meneyeterika baju besok akan terlalu terburu-buru. Lagipula saya tidak begitu membutuhkan alat itu, saya masih bisa tampil dan mengenakan kemeja tersebut karena hanya kusut sedikit. Jadi, saya berkata kepada bagian housekeeping, 'Tidak apa-apa. Saya tidak begitu memerlukannya. Terima kasih banyak'. Lalu saya menutup telepon.

The Image Is Flat

Posted: Kamis, 05 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Perkembangan aktivitas dunia maya di kota-kota besar di Indonesia, dan tentu saja dunia, benar-benar mencengangkan dalam kapasitas jumlah pemakainya. Seperti dikatakan Yuswohady dalam Crowd, perilaku individualis yang tadinya kuat jadi meleleh karena peran teknologi internet. Sekarang era Web 2.0, dimana aktivitas internet adalah aktivitas bersosialisasi dan berbincang panjang lebar. Facebook pun menjadi alat andalan untuk mencari teman-teman lama, dan ajang narsis yang terlegitimasi dalam kelompok sosial.

Diawali dengan mailing list, kemudian blog hingga pertemuan blogger se-Indonesia, lengkaplah sudah prediksi Thomas L. Friedman dalam The World is Flat. Dan itu akan terus berkembang dari yang semula di desktop, laptop, kini telah masuk melalui handphone, seperti fenomena Blackberry yang sedang kuat di Indonesia.

Pertanyaannya, seberapa jauh merek-merek harus menyikapi The World is Flat-nya Friedman dalam konteks Indonesia? Apakah mungkin gelombang dahsyat di dunia maya sudah mampu menjadi sebuah gerakan yang mampu meningkatkan penjualan? Untuk menjadi sebuah buying movement, rasanya kita sudah banyak belajar dari sederet toko online di Indonesia - dimana masih kecil sekali terjadi transaksi di sana. Tapi, untuk membangun brand awareness? Nah, mari kita bicarakan lebih lanjut.

Blackberry Cheese

Posted: Kamis, 05 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Masih ingat pager, sebuah benda sedikit lebih besar dari kotak korek api yang bisa menerima pesan apapun, dimanapun, tanpa membutuhkan sinyal asalkan lewat operator? Lebih dari 10 tahun yang lalu, alat ini begitu berjaya hingga nempel di setiap pinggang pekerja-pekerja di Indonesia. Saat itu, pager begitu prestisius karena menunjukkan bahwa pemakainya memiliki tingkat urgensi yang tinggi terhadap informasi.

Hingga kemudian tingkat eksklusivitasnya berkurang ketika pemakainya sudah begitu banyak, menerabas banyak tingkat sosial ekonomi, dan menjadi habis saat handphone muncul dengan kemampuan melakukan SMS. Hanya dibatasi oleh sinyal (saat itu, sinyal masih sebuah barang langka sehingga untuk menelepon terkadang kita harus membuka jendela mobil), handphone mampu mengirim pesan tanpa melalui perantara, tanpa harus menelepon terlebih dahulu.

Dari sekian merek pager, ada satu merek yang berusaha eksis. Merektersebut berusaha menghilangkan operator sehingga pemiliknya bisa langsung mengirim dan menerima pesan tanpa bayar. Merek itu sekarang menjadi benda prestisius kalangan profesional di Indonesia, namanya Blackberry (BB). Fungsi utama pager justru menjadi kelebihan utama BB, yaitu Blackberry Messenger.

Maka, meningkatlah permintaan BB, komunitas pun terbentuk, harga melesat sedemikian ketat. Sekadar perbandingan, di Australia harga BB Bold sekitar Rp 5,6 juta, di Indonesia harga Rp 8,5 juta pun masih antre pembeli.

Susul di Tingkungan!

Posted: Rabu, 04 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Waktu berlalu. Kita sudah memasuki tahun 2009. Beberapa dari kita mungkin menyambut tahun ini dengan harapan, antusiasme, dan perkataan, 'Saya sudah siap!' ... Beberapa lagi mungkin menghadapinya dengan perasaan campur aduk, antara gelisah dan khawatir. 'Mampukah bisnis saya bertahan?', 'Mampukah saya mencapai target penjualan saya?', dan lain-lain.

Kadang-kadang saya suka menonton F1 dan balap motor Grand Prix di televisi. Selagi menikmati balapannya, saya perhatikan banyak sekali kesamaan antara balapan F1 dan GP dengan dunia bisnis. Beberapa persamaan tersebut antara lain:

Godain Kita, dong!

Posted: Rabu, 04 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kata-kata di atas pernah menjadi kalimat yang sangat populer di kalangan anak-anak muda di negeri ini, sekalipun pada saat ini sudah jarang terdengar, bukan berarti godaan sudah sirna. Selama duonia masih berputar godaan selalu ada di tengah kita. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengalami digoda, hanya saja pertanyannya, apakah pernah jatuh ke dalam godaan itu atau tidak. Judul cerita kehidupan kita akan berubah saat kita terjatuh dalam godaan, dari godaan menjadi tergoda, dari saksi menjadi tersangka, ataupun bisa jadi terdakwa.

Seorang bendahara yang diserahi tanggung jawab untuk memegang sejumlah besar uang, suatu hari tergoda untuk memasukkan sebagian uang itu ke kantongnya sendiri. Dia tahu perbuatannya itu tidak akan ketahuan sampai waktu yang lama, namun dia berusaha melawan godaan itu. Sampai suatu ketika dia merasa harus menceritakan pergumulan batin yang sedang dialaminya kepada seseorang. Oleh sebab itu, dia lalu menemui mantan bendahara yang dulu duduk di posisi itu, dan menceritakan tentang semua cobaan yang ia alami, dan bagaimana dia hampir jatuh ke dalam cobaan itu. Alangkah terkejutnya dia ketika orang itu tidak mencelanya, tetapi justru meletakkan tangan ke punggungnya seperti seorang ayak kepada anaknya dan berkata, 'Saya tahu persis apa yang engkau rasakan. Saya pun dulu mengalami cobaan yang engkau rasakan saat saya menduduki posisi itu'.

Gali Potensi Kita!

Posted: Rabu, 04 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Setelah lama membangun karier, bisa jadi kita tidak sadar bahwa masih ada potensi dalam diri kita yang terpendam dan belum tergali sampai sekarang. Para profesional sering mengalami kebingungan, baik pada waktu awal membangun karier dan bahkan setelah lama menjalani kariernya. Seseorang harus sadar apa yang sebenarnya ia inginkan dan apa yang perusahaan bisa berikan padanya, karena kariernya sangat tergantung akan kedua hal ini.

Kebahagiaan bisa didapat dari jenjang karier yang terous maju, tantangan dalam pekerjaan, dan pencapaian tujuannya. Kita tentu menginginkan perusahaan yang bisa memberikan semua ini. Jadi, bagaimana kita bisa tahu bahwa perusahaan tempat kita bekerja sekarang tengah menuju kebangkrutan atau kejayaan? Jawabannya bisa didapat melalui analisis sendiri tentang kebutuhan kita sendiri dan bagaimana perusahaan bisa memenuhinya. Bila jawabannya positif, maka kita sudah berada di jalur yang benar.

Mari kita tengok faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan jawaban yang kita inginkan, sekaligus tip-tip untuk menggali terus potensi diri kita.

Apakah gaya hidup kita sesuai dengan aspirasi kita?
Kita tidak bisa mengharapkan perusahaan bisa memenuhi kebutuhank kita bila kita sendiri tidak tahu apa yang diinginkan selama ini. Ini adalah kesempatan untuk menganalisis dan menemukan apa tujuan kita, dan fokus penuh padanya.

Kita bisa mulai berpikir tentang karier ideal. Apa sebenarnya pekerjaan yang kita inginkan lebih dari yang lainnya. Setelah itu coba pikirkan gaya hidup (lifestyle) yang sedang kita jalani. Ajukan pertanyaan ini pada diri sendiri: Apa yang hendak diubah dan apa yang sudah siap kita ubah?

Uang adalah yang memang paling menentukan, tetapi untuk meningkatkan revenue dan berkembang, pikirkan juga tentang komitmen saat ini dan bagaimana keadaan bisa berubah nantinya. Bagaimana hal ini bisa memengaruhi orang-orang di sekeliling kita? Perubahan bukanlah sesuatu yang perlu untuk ditakuti kemudian dihindari, tetapi kita harus benar-benar siap untuk itu. Aspirasi karier kita harus berjalan seiring dan seimbang dengan tuntutan gaya hidup kita. Pikirkan dan pertimbangkan apakah tawaran pekerjaan saat ini sudah sejalan dengan rencana-rencana masa depan kita.

Kita termasuk tipe pekerja apa?
Kebiasaan dan budaya kerja kita amat menentukan untuk bisa mendapatkan karier impian nantinya. Setiap orang bisa meraih bintang, tapi bila kita tidak bisa naik kapal luar angkasa, kita tidak akan bisa menunju bintang. Untuk bisa menggali lebih banyak potensi dalam karier, sangat penting untuk memelajari karakter dan minat kita, lalu sesuaikan dan masuki kenyataan yang ada.

Pikirkan mengenai hidup dan apa yang membuat kita bahagia - impian kita, momen-momen berharga - dan temukan apa dari semua itu yang berhubungan dengan pekerjaan atau karier. Sebagai tambahan, buatlah daftar tentang kesukaan dan ketidaksukaan serta kelebihan dan kekurangan kita dalam hal karier dan pekerjaan. Apa yang bisa kita lihat dari situ? Apakah pekerjaan dan perusahaan yang sekarang bisa memberikan tantangan yang dibutuhkan agar kita bisa merasa dan meraih kesuksesan dan kesejahteraan? Apakah pekerjaan yang sekarang bisa meningkatkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan kita? Apakah kita sudah berada dalam jalur yang benar untuk bisa meraih karier impian?

Pengertian yang mendalam tentang kebiasaan kerja serta value dari karier kita akan sangat membantu dalam membuat analisis yang lebih tepat mengenai pekerja tipe apa kita, dan apakah tujuan kita dalam karier sekarang sudah realistis? Bila belum, maka kita perlu menyesuaikannya berdasarkan gaya kerja dan apa yang ingin kita raih dalam jangka panjang.

Apakah perusahaan bertumbuh?
Kita mungkin seorang individu yang penuh dengan ide-ide cemerlang, tetapi tangga perusahaan hanya mungkin didaki apabila ada pertumbuhan di dalam perusahaan itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa kita perlu memerhatikan apakah perusahaan tempat bekerja sekarang tengah menuju ke arah pertumbuhan yang sehat atau sebaliknya. Mengapa pertumbuhan itu penting? Bagi semua profesional, sebuah perusahaan yang tengah dan terus bertumbuh adalah pilihan ideal karena bisa menawarkan jenjang karier yang lebih luas. Sebuah perusahaan yang mempunyai fondasi yang kuat akan lebih terbuka untuk ide-ide serta lowongan untuk menampung tenaga kerja baru karena mereka mempunyai kekuatan finansial untuk itu.

Apakah perusahaan tempat bekerja sekarang baik bagi kita?
Bekerja pada perusahaan yang lebih besar mungkin bisa dijadikan pilihan, tetapi ukuran bisa menipu dalam hal ini. Perusahaan besar mungkin bisa menawarkan kemajuan, tetapi pasti dibutuhkan usaha atau kesuksesan yang lebih besar untuk dapat menampung karyawan yang begitu banyaknya. Bila ada sesuatu yang salah, posisi kita mungkin adalah yang pertama terpengaruh. Kita bisa mengukur pertumbuhan perusahaan dengan memelajari profit atau perkembangan produknya. Lihat juga bagaimana proses perekruten dilakukan dan apakah sering ada karyawan yang dipromosikan. Bila perusahaan bertumbuh, maka kita pun bisa bertumbuh.

Apakah value kita dihargai?
Nilai (value) kita sebagai karyawan sangatlah penting karena menyangkut perasaan dan harga diri sendiri serta kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi di perusahaan. Singkatnya, bila pekerjaan kita tidak dihargai, value kita bagi perusahaan akan rendah dan tingkat kepuasaan kita terhadap perusahaan akan jatuh juga. Ini adalah situasi yang sangat buruk.

Gunakan waktu untuk berpikir mengenai pekerjaan dan tugas sehari-hari: Siapa saja yang mengetahui hasil kerja kita? Siapa yang menghargainya? Bila atasan kita bukanlah orang yang mengetahui hasil kerja, maka siapa yang akan menghargai hasil kerja kita tersebut? Berusahalah supaya hasil kerja kita bisa dihargai, tetapi ini bukan berarti menjilat atau mencari muka.

Kuncinya adalah untuk bisa dihargai dan bukan mencari muka. Tunjukkan hasil kerja kita pada orang lain dan biarkan orang lain yang menilai. Kita mungkin bisa mengambil tantangan lebih untuk bisa menggali lebih banyak potensi diri sendiri dan meningkatkan value kita bagi perusahaan.

Apakah ada ruang untuk mengembangkan diri?
Faktor kunci lain untuk bisa menggali lebih banyak potensi diri adalah kemampuan menjadi fleksibel, selalu mencari peluang dan solusi untuk mengembangkan diri serta mampu memotivasi diri sendiri. Bergerak maju dengan inisiatif dari kita sendiri adalah pertanda bahwa kreativitas tengah bersinar terang dalam diri kita. Kita dituntut untuk selalu berpikir ke depan. Maka, lihatlah rantai struktur organisasi di perusahaan kita, apakah ada ruang untuk bertumbuh dan mendaki tangga perusahaan yang lebih tinggi lagi.

Bila tingkat turnover rendah dan ada lowongan pekerjaan untuk bakat-bakat baru, maka tandanya masih ada ruang untuk mengembangkan diri. Jangan takut untuk memberikan ude untuk menciptakan posisi baru dalam perusahaan. Idealnya, posisi tersebut haruslah sesuai dengan bakat dan keahlian kita. Ambil langkah lebih jauh untuk terlibat dalam beberapa tugas ekstra dan bahkan beberapa proyek ekstra untuk menunjukkan potensi lebih kita ke pihak manajemen. Bila perusahaan tidak bisa menghargai atau menyadari usaga kita, carilah perusahaan lain yang bisa.

Apakah kita kompeten?
Dalam lingkungan kerja yang sangat kompetitif, keahlian kita akan sangat menentukan ke mana arah kita dan seberapa cepat kita dapat menuju ke sana. Begitu kita masuk ke suatu perusahaan, kualifikasi yang dimiliki dapat mempercepat maupun memperlambat kemajuan karier kita. Seorang profesional harus selalu sadar bahwa ia akan selalu berada dalam persaingan dengan yang lain.


Jadi, perhatikan benar-benar resume kita dan segeralah perbaiki apa yang menurut kita kurang untuk meraih karier impian. Ini adalah hal penting yang dapat memotivasi kita untuk dapat menggali lebih banyak lagi potensi diri. Setelah itu mungkin bisa dipertimbangkan untuk mengambil keahlian-keahlian khusus setelah menemukan potensi diri kita yang baru.

'Kesenangan dan kepuasan dalam pekerjaan adalah bila kita berhasil menemukan serta mengembangkan terus potensi-potensi yang ada dalam diri sendiri'.

Perluas Koneksi dan Relasi!

Posted: Rabu, 04 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kesejatian manusia sebagai mahkluk egois, namun juga sekaligus mahkluk sosial tente membawa konsekuensi bagi manusia untuk tidak saja memikirkan dirinya sendiri, namun juga mencoba untuk membangun relasi satu sama lain. Sekecil apapun dan untuk kebutuhan atau kepentingan apapun, manusia membutuhkan 'jaringan' yang nantinya bisa membuat manusia bertumbuh sesuai impiannya. 

Tidak semua membangun relasi dan jaringan berjalan mulus, selalu ada pernak-pernik di dalamnya. Apapun itu, manusia seolah-olah harus memenuhi 'janjinya' sebagai manusia untuk tetap bersosialisasi. Artinya, secara tidak langsung manusia dituntut untuk memperluas koneksi dan relasinya sebaik mungkin. 

Cinta Itu (Tidak) Buta

Posted: Senin, 02 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya tidak bisa menyembunyikan kekaguman saya kepada sepakterjang Faisal Basri. Ekonom muda yang dikenal cerdas mengulas bidang yang dikuasainya dengan niat meluruskan hal-hal bengkok. Vokal. Kritis. Berkali-kali dia memunculkan analisis brilian untuk mengkritik kebijakan-kebijakan yang melenceng. Begitulah sang ekonom asal Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) ini dikenal publik. Dan bagi saya, saya kembali bertambah kagum ketika hampir setiap tahun dia membantu Markplus, Inc untuk memberikan analisis di bidang yang digelutinya.

Beberapa tahun lalu, bahkan dia tak segan mengungkapkan fakta tak menyenangkan soal almamaternya, FEUI. Seperti ramai diberitakan media, dia mengaku 'terluka' saat mengetahui kampus tercintanya itu mendapat order untuk melakukan penelitian dari BPPN, lembaga penyehatan perbangkan nasional. Karena, FEUI mendapatkan proyek bernilai miliaran rupiah itu tanpa tender. Ketidaklaziman yang sangat mungkin memunculkan dugaan institusi pendidikan sudah dikooptasi oleh kepentingan pemerintah.

Faisal Basri mungkin tidak bermaksud memberi kuliah dengan pernyataan itu, selain ingin meluruskan kesalahan di halaman rumahnya sendiri. Toh tanpa sadar dia memberi pelajaran bagaimana cara mencintai dengan benar. Mencintai seseorang - atau sesuatu - tak berarti harus kehilangan sikap kritis. Dia tanpa sengaja memberikan contoh bahwa justru kitalah yang harus menjadi orang pertama yang berani mengkritik orang - atau sesuatu - yang kita cintai.

Bangunlah Monumen Setinggi Mungkin

Posted: Senin, 02 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sahabat sekalian pernah gagal?
Pasti pernah. Meski saya percaya sahabat sekalian pasti selalu bisa keluar dari masa-masa sulit itu, toh tidak ada salahnya saya berbagi cerita berikut ini. Sharing pengalaman di saat saya sedang jatuh, down, tertekan atau bingung.

Di SMU, saya pernah ikut ekskul Kempo. Kalau jago berkelahi'kan bisa 'mbelain' cewek kojika digodain. Itu pikiran saya. Tapi itu hanya harapan. Bagaimana mungkin menguasai jurus-jurus bela diri jika saya tidak serius latihan? Bagaimana bisa 'mbelain' cewek jika saya sudah takut duluan mendengar 'cerita pemukulan' di saat ujian kenaikan tingkat?

Maka betapa terkejutnya saya ketika suatu hari, tiga sahabat kental saya menawari saya masuk panitia kejuaran Kempo se-Jawa Tengah. 'Gampang, paling cuma urus ini-itu, masak nggak bisa?', begitu pekik saya dalam hati. Ternyata ... alamak ... stres !! Karena baru pertama kali mengurus kejuaran, semua tahap menemui masalah.

Belum lagi persoalan pribadi masing-masing yang juga menguras energi luar biasa besar. Ada yang terpaksa menipu orang tuanya karena tak boleh keluar malam, ada yang bingung menjaga kondisi karena harus berlatih pun begadang, ada yang terancam tidak naik kelas, ada yang sangat ngotot hanya karena tak ingin dipermalukan teman-teman sekolah.

Kadang Jadi Manusia Itu 'Salah'

Posted: Senin, 02 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Frodo hanya manusia biasa. Bukan ksatria, pejuang, atau pahlawan. Dia hanya seorang 'anak kecil' - yang karena takdir - diharuskan melawan kelemahannya sendiri untuk menyelamatkan bangsanya dari kutukan cincin The One. Pendeknya, Frodo harus menjadi manusia istimewa, selalu menang perang, selalu bisa keluar dari medan seberat apapun, selalu bisa melawan godaan hati kecilnya sebagai manusia biasa.

Memang, kisah petualangan Frodo hanya ada di layar lebar. Lewat film sensasional, The Lord of the Rings, keistimewaan Frodo sebagai 'manusia super' - yang bisa mengatasi segala hambatan - bisa kita nikmati sebagai sebuah tontonan. Namun, ternyata, tuntutan untuk menjadi manusia super tak hanya terjadi pada Frodo di dunia maya.

Begitu sering kita mengharapkan datangnya 'satria piningit' datang menyelamatkan dan mengembangkan credit union dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah perusahaan dengan tampilan yang istimewa, layaknya perusahaan-perusahaan kelas dunia. Ironisnya, kita kadang mengharapkan dalam proses yang cepat (instan).

Dalam proses pengembangan bisnis masa sekarang, semua orang dituntut untuk menjadi sempurna. Tanpa kesalahan. Lihat bagaimana kita begitu sering melihat saling hujat dan kritik yang mulai tidak rasional terhadap kinerja kepengurusan dan manajemen dalam setiap rapat anggota tahunan. Seolah ajang demokrasinya credit union itu juga menjadi ajang pembantaian bagi para pengelola credit union.

Mau Jadi Macan atau Tikus?

Posted: Senin, 02 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Waktu lulus SMU - bukannya sombong - saya kebetulan bisa masuk ke universitas negeri favorit di Yogyakarta. Saking favoritnya, banyak yang percaya bahwa kualitasnya tak kalah dengan universitas negeri di Bandung maupun Jakarta. Bahkan - entah sekadar sombong atau memang fakta - kami percaya bahwa nilai C di fakultas dan universitas saya sama dengan nilai B atau bahkan A di universitas lain. Busyet!

Terlepas dari kesombongan di atasm, faktanya memang banyak teman-teman saya yang kuliah bertahun-tahun atau malah drop-out karena nilainya kebakaran, penuh nilai 'pengulangan'. Beberapa di antara mereka - anehnya - justru sukses di tempat lain dan malah ada segelintir orang yang secara tidak terduga bisa menjadi lulusan tercepat, terbaik dan sejenisnya setelah memutuskan pindah ke universitas lain.
Saya termasuk segelintir mahasiswa yang 'tidak tahan' dan akhirnya 'melarikan diri' menghindari 'kematian dini dari kecerdasan' saya.

'Kamu lebih baik pindah', kata dosen saya ketika memberi wejangan pada saya, ketika saya divonis gagal dalam beberapa mata kuliah. 'Tak ada gunanya tetap nekat kuliah di sini jika kamu tidak mampu. Menurut saya, lebih baik kamu pindah dan menjadi macan di kandang tikus, daripada tetap kuliah di sini dan menjadi tikus di kandang macan'

Dosen saya rupanya mau mengatakan bahwa lebih baik menjadi mahasiswa berprestasi di universitas lain daripada memaksakan diri menjadi pecundang di universitas favorit. Wejangan yang dituturkan kepada semua mahasiswa yang dinilainya tidak cukup mampu mengikuti standar pendidikan di universitas tersebut. Kejam memang, tapi banyak teman-teman saya, dan tentu saya, merasakan kebenaran kata-kata keras dosen saya tadi.

Jangan Pernah Memberi Maaf Tanpa Menyertakan 'Hukuman'!

Posted: Senin, 02 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Jahat! Kejam! Sadis!

Sepintas, begitulah makna judul di atas. Sejak kapan kata maaf - tindakan mulia yang dianjurkan oleh semua agama - harus diikuti kata hukuman? Bukankah kita - manusia - justru diminta memberi maaf sebesar-besarnya tanpa syarat? Bukankah kita diminta dengan tulus memaafkan kesalahan orang lain tanpa tuntutan apapun?

Beberapa waktu lalu, sebuah berita di Harian Kompas mungkin bisa menjelaskan maksud judul di atas. Berita itu menulis bahwa Nurul Falah, warga Jalan Tamba Raya Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta Timur, memaafkan kealpaan Slamet Efendi, pembantu rumah tangganya yang mencoba merampok rumah sang majikan sehari sebelumnya.

Slamet - sudah bekerja selama 4 tahun - mengaku khilaf saat menyekap temannya sendiri yang sama-sama bekerja di rumah itu untuk mengambil televisi 29 inchi dan radio tape. Jauh dari kelaziman, Nurul sang majikan tidak marah.

Blending Sales and Service

Posted: Minggu, 01 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Salesman seringkali meletakkan kata service di belakang kata sales: after sales service. Dan itulah yang terjadi, service dimulai setelah proses penjualan selesai. Coba kita cermati ucapan Richard Santulli, CEO NetJets: 'Being able to offer nonstop service was a great selling point'. Apa artinya? Servis justru diberikan di awal, bahkan selama proses penjualan berlangsung. Sukses seorang salesman masa kini bukannya 'mendapatkan dan mempertahankan' semata-mata, melainkan 'memberi dan melayani'.

7 Alasan Mengapa New Wave Marketing = LBHI

Posted: Minggu, 01 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Strategi New Wave Marketing merupakan praktek New Wave Marketing dengan low budget high impact. Karena itu, dalam kondisi krisis seperti sekarang ini, strategi pemasaran New Wave Branding penting untuk dikedepankan karena memiliki beberapa kelebihan seperti ini.

Low Budget High Impact Branding

Posted: Minggu, 01 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Badai krisis ekonomi global yang dipicu adanya resesi ekonomi di AS, telah membuat kondisi ekonomi Indonesia mendapat beragam tekanan. Para pelaku usaha pun mulai melakukan langkah efisiensi dengan memangkas anggaran pemasaran hingga 40%. Hanya sekitar 60% anggaran pemasaran yang mereka sisakan. Seiring dengan langkah efisiensi yang telah diambil, para pelaku usaha dituntut berpikir kreatif agar tetap dapat survive dan terus tumbuh.

Dalam kerangka itu, menarik untuk menyimak tawaran konsep strategi pemasaran alternatif dari BrandCredence (Markplus,Inc) yang disebut dengan Low Budget High Impact Branding (LBHI Branding). Menurut Chief Consultant, BrandCredence, Alexander Mulya, LBHI Branding yang merupakan aktivasi branding dengan anggaran yang tidak besar tapi berdampak luar biasa terhadap brand yang menghasilkan dampak 'getok tular' (horizontal conversation) dan dilakukan lewat pendekatan New Wave Marketing (mobile, experiential, social).

Berbeda dengan strategi pemasaran konvensional yang masih berada dalam Legacy Teritory dan lebih sering memanfaatkan media-media tradisional, LBHI Branding sudah beralih ke New Wave Teritory dan intensif memanfaatkan media online maupun offline atau integrasi antara keduanya.

Para pemasar tidak perlu khawatir menggunakan strategi LBHI Branding. Pasalnya, LBHI Branding tidak memerlukan investasi dana yang besar, tapi lebih memerlukan komitmen klien untuk menginvestasikan waktu, energi, imajinasi, dan pengetahuannya untuk bersama-sama mendesain strategi super kreatif dan berdampak maksimal.

Sebagai ukuran dampak keberhasilan penerapan LBHI Branding, tidak mempergunakan ukuran sales, tetapi ROI (return on investment) yang berarti bukan semata-mata return dalam konteks purchase, tetapi juga dalam bentuk awareness, image dan royalty yang lebih tinggi.