Andai Dia Duduk Di Kursi Itu....
Posted: Senin, 23 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Waktu saya bersekolah di sebuah SMU negeri di Magelang, dalam sebuah acara retret selama satu minggu yang diadakan oleh teman-teman beragama Katholik di Kota Gudeg, seorang guru menuturkan pengalaman uniknya. Kisah yang sangat berkesan buat cowok-cowok yang selalu terbelalak matanya jika mendengar apapun soal lawan jenisnya.
Di masa mudanya, guru saya itu rajin ke gereja. Sambil berdoa, dia tidak bisa menutupi keinginannya untuk mengagumi seorang gadis yang tiap Minggu dilihatnya. Dasar pemalu, keterpesonaannya hanya disimpan di dalam hati. Tak ada keberanian untuk mendekati pun menyapanya.
'Suatu hari', tuturnya, 'saya sengaja menunggunya. Jantung saya berdebar ketika melihat dia datang, duduk di tempat favoritnya., berlutut dan mengatupkan keua tangannya untuk berdoa. Ah... indah sekali. Saya ragu-ragu mau duduk di bangku sebelah yang kebetulan masih kosong. Ketika keberanian saya muncul ... bangku itu sudah terisi orang lain. Andai saja hari itu saya duduk di sampingnya, belum tentu hari ini saya bisa berdiri di sini sebagai pastor kalian.'
Sang guru sebenarnya mau mengatakan bahwa kegagalan bisa dimaknai dari beragam sisi. Dia memang gagal berkenalan dengan gadis impiannya. Perkenalan yang siapa tahu bakal menjadikannya seorang suami dan bapak. Namun peristiwa itu toh bisa dimaknai sebagai awal perjalanannya untuk mengabdi kepada Tuhan dan agamanya. Menjadi seorang pastor, gembala umat Katholik yang memilih hidup selibat (tidak beristri) sepanjang hidupnya.
Saya merasa 'beruntung' pernah gagal dalam membangun sebuah bisnis. Karena ternyata kegagalan saya 7 tahun lalu membawa saya mengenal dan mencintai credit union. Saya tidak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi di depan nanti. Kadang hasil akhir sangat ditentukan oleh bagaimana kita memaknai peristiwa-peristiwa kecil. Kegagalan tak layak disesali berlama-lama, sementara keberhasilan tak seharusnya dinikmati berkepanjangan. Maknailah semua peristiwa dalam keseharian kita supaya hidup menjadi lebih berwarna, lebih berarti, dan tak pernah berhenti mengalir.
Saya berterima kasih kepada almarhum Romo Guido Sabdo Utomo, guru sekaligus inspirator yang saya ceritakan di atas. Pastor enerjik yang mengajarkan bagaimana caranya memaknai peristiwa kecil untuk menjalani keseharian dengan sikap optimistis, hingga akhirnya menjadi kenangan besar.
'Beruntung' dia tidak jadi duduk di bangku samping gadis incarannya dulu. Kalau tidak, cerita yang sarat makna ini pasti tidak bisa saya dengar dan mustahil saya ceritakan ulang dalam blog ini untuk bersama-sama kita ambil hikmahnya.
Rest in peace, my friend ...
Di masa mudanya, guru saya itu rajin ke gereja. Sambil berdoa, dia tidak bisa menutupi keinginannya untuk mengagumi seorang gadis yang tiap Minggu dilihatnya. Dasar pemalu, keterpesonaannya hanya disimpan di dalam hati. Tak ada keberanian untuk mendekati pun menyapanya.
'Suatu hari', tuturnya, 'saya sengaja menunggunya. Jantung saya berdebar ketika melihat dia datang, duduk di tempat favoritnya., berlutut dan mengatupkan keua tangannya untuk berdoa. Ah... indah sekali. Saya ragu-ragu mau duduk di bangku sebelah yang kebetulan masih kosong. Ketika keberanian saya muncul ... bangku itu sudah terisi orang lain. Andai saja hari itu saya duduk di sampingnya, belum tentu hari ini saya bisa berdiri di sini sebagai pastor kalian.'
Sang guru sebenarnya mau mengatakan bahwa kegagalan bisa dimaknai dari beragam sisi. Dia memang gagal berkenalan dengan gadis impiannya. Perkenalan yang siapa tahu bakal menjadikannya seorang suami dan bapak. Namun peristiwa itu toh bisa dimaknai sebagai awal perjalanannya untuk mengabdi kepada Tuhan dan agamanya. Menjadi seorang pastor, gembala umat Katholik yang memilih hidup selibat (tidak beristri) sepanjang hidupnya.
Saya merasa 'beruntung' pernah gagal dalam membangun sebuah bisnis. Karena ternyata kegagalan saya 7 tahun lalu membawa saya mengenal dan mencintai credit union. Saya tidak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi di depan nanti. Kadang hasil akhir sangat ditentukan oleh bagaimana kita memaknai peristiwa-peristiwa kecil. Kegagalan tak layak disesali berlama-lama, sementara keberhasilan tak seharusnya dinikmati berkepanjangan. Maknailah semua peristiwa dalam keseharian kita supaya hidup menjadi lebih berwarna, lebih berarti, dan tak pernah berhenti mengalir.
Saya berterima kasih kepada almarhum Romo Guido Sabdo Utomo, guru sekaligus inspirator yang saya ceritakan di atas. Pastor enerjik yang mengajarkan bagaimana caranya memaknai peristiwa kecil untuk menjalani keseharian dengan sikap optimistis, hingga akhirnya menjadi kenangan besar.
'Beruntung' dia tidak jadi duduk di bangku samping gadis incarannya dulu. Kalau tidak, cerita yang sarat makna ini pasti tidak bisa saya dengar dan mustahil saya ceritakan ulang dalam blog ini untuk bersama-sama kita ambil hikmahnya.
Rest in peace, my friend ...