Godain Kita, dong!
Posted: Rabu, 04 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Kata-kata di atas pernah menjadi kalimat yang sangat populer di kalangan anak-anak muda di negeri ini, sekalipun pada saat ini sudah jarang terdengar, bukan berarti godaan sudah sirna. Selama duonia masih berputar godaan selalu ada di tengah kita. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengalami digoda, hanya saja pertanyannya, apakah pernah jatuh ke dalam godaan itu atau tidak. Judul cerita kehidupan kita akan berubah saat kita terjatuh dalam godaan, dari godaan menjadi tergoda, dari saksi menjadi tersangka, ataupun bisa jadi terdakwa.
Seorang bendahara yang diserahi tanggung jawab untuk memegang sejumlah besar uang, suatu hari tergoda untuk memasukkan sebagian uang itu ke kantongnya sendiri. Dia tahu perbuatannya itu tidak akan ketahuan sampai waktu yang lama, namun dia berusaha melawan godaan itu. Sampai suatu ketika dia merasa harus menceritakan pergumulan batin yang sedang dialaminya kepada seseorang. Oleh sebab itu, dia lalu menemui mantan bendahara yang dulu duduk di posisi itu, dan menceritakan tentang semua cobaan yang ia alami, dan bagaimana dia hampir jatuh ke dalam cobaan itu. Alangkah terkejutnya dia ketika orang itu tidak mencelanya, tetapi justru meletakkan tangan ke punggungnya seperti seorang ayak kepada anaknya dan berkata, 'Saya tahu persis apa yang engkau rasakan. Saya pun dulu mengalami cobaan yang engkau rasakan saat saya menduduki posisi itu'.
Sifat dari godaan selalu mirip dimanapun juga, godaan biasanya akan datang menyerang...
1. Di area yang kita sukai atau di area yang merupakan kelemahan kita. Kalau sahabat tidak pernah suka judi, maka tidak mungkin digoda di area tersebut, sekalipun diiming-imingi uang yang banyak sebagai hadiah.
2. Pada waktu kita membutuhkan. Kalau kita sedang lapar, maka makanan apa saja yang terlintas di depan kita akan merupakan godaan yang berpotensi. Bayangkan saat kita puasa, khususnya saat jam-jam dimana rasa lapar menyerang dengan hebat, perut merintih meminta diisi, maka saat itu makanan apa saja akan terasa nikmat.
Suatu kali saat saya berpuasa, saya dan istri pergi ke satu mal, dimana ada Festival Jajan Pasar... WOW! Tiba-tiba semua makanan yang saya lihat kelihatan enak sekali. Jadi semua makanan yang anggap enak dibeli satu buah. Setelah waktu berbuka tiba, saya mulai mencoba, makanan yang kelihatan enak tadi, ternyata hanya enak di awalnya saja, makin lama seperti jadi biasa dan akhirnya ya biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak saya sentuh, karena kelihatan jadi tidak enak.
Godaan selalu membawa kita ke arah yang salah atau negatif, sekalipun godaan menjanjikan kenikmatan dan kebahagiaan, setelah tergoda, biasanya yang tersisa hanyalah penyesalan. Sebaliknya saat kita berani melawan godaan dan menang atas godaan itu, maka terselip rasa puas dan bersamaan dengan itu akan terbentuk satu soistem pertahanan yang lebih kuat lagi di dalam pribadi kita.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Lesley Tomlinson, katanya, what doesn't kill you make you stronger. Hal inilah yang merupakan bagian dari pembangunan karakter baik di dalam diri kita. Hasilnya ... orang yang seperti ini akan mampu bertahan dalam godaan yang makin besar. Mereka orang-orang yang tangguh.
Banyak orang tidak menyadari, bahwa tindakan kita biasanya diawali dari apa yang ada di pikira kita, lalu diteruskan menjadi kata-kata, lalu makin sering dikatakan, kita makin cenderung untuk melakukan. Respon atau reaksi atas godaan diawali di dalam pikiran, kalau kita biarkan godaan itu menguasai pikiran kita, maka tidak lama lagi godaan bisa menguasai kata-kata kita. Setelah itu, kejatuhan hanyalah masalah waktu saja. Jadi, sekalipun kecil, jangan biarkan pikiran kita jatuh dikuasi godaan. Kemenangan pertama atas godaanjuga dimulai dari dalam pikiran.
Hati-hati dengan apa yang di pikiran kita. Makin tinggi jabatan kita atau makin besar pengaruh kita, maka makin banyaklah godaan yang kita hadapi. Sama halnya dengan pohon, makin tinggi satu pohon, maka makin keraslah angin yang meniupnya. Semua orang, semua pemimpin, pasti pernah mengalami godaan.
Blaise Pascal, mengatakan ada orang bersalah yang tidak merasa bersalah dan orang yang bersalah yang merasa bersalah. Kembali kepada perasaan bersalah yang menjadi 'alarm dini' bagi manusia, rasa bersalah ini dalam bahasa Inggris disebut guilt, dalam bahasa latin atau bahasa Spanyol disebut Culpa. Rasa bersalah ini timbul, karena kita sudah berpikir untuk melakukan hal yang salah, atau memang sudah bersalah. Misalkan kita sudah melanggar peraturan, membuat berduka orang yang seharusnya kita kasihi. Atau karena melanggar nilai-nilai atau kaidah-kaidah agama. Rasa bersalah bisa berlanjut dengan rasa takut, dari yang sedikit sampai yang mencekam, putus asa, malu, kesepian, stres, depresi bahkan tidak sedikit yang bunuh diri. Bagaimana caranya menghilangkah rasa bersalah? Mungkinkah siksaan rasa bersalah diselesaikan? Jawabannya pasti bisa.
Bagaimana caranya?
Pertama, cari tahu apa yang membuat kita merasa bersalah. Kalau perasaan itu timbul sebagai peringatan dini, saaat kita mau bertindak salah, segeralah menghentikan maksud itu dan menolaknya.
Kedua, bisa saja kita kurang peka, sehingga sudah kebablasan melakukan apa yang salah, untuk yang seperti ini, segera berhenti, dan selesaikan dengan baik. Kalau cukup hanya dengan minta maaf, segeralah minta maaf. Kalau ada yang harus diganti, gantilah segera. Ingat, maaf memang tidak akan bisa memperbaiki masa lalu, tapi pasti bisa memperbaiki masa depan!
Ketiga, berjanji untuk tidak lakukan hal tersebut lagi. Untuk hal ini carilah seseorang yang dapat kita percaya dan jadikan dia saksi, ini akan sangat menolong kita untuk menjaga komitmen kita akan hal tersebut.
Ada satu kata dalam bahasa Yunani yang ditulis sebagai sophronismos yang kalau dibaca bunyinya seperti kita membaca kata ini so-fron-is-mos. Kata ini sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ketertiban, padahal kata itu diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi discipline dan self-control, yang dalam bahasa Indonesia disiplin dan pengendalian diri. Memang tidak bisa tidak, bila kita mau hidup tertib, hidup dengan baik dan benar, maka dua hal ini dibutuhkan untuk membangun hidup kita, yaitu disiplin dan pengendalian diri.
Dua hal ini juga diperlukan untuk membangun karakter yang benar dan tangguh dalam setiap kita. Melalui karakter ini kita akan mendapatkan kualitas hidup yang maksimal.
Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Jangan pernah menyepelekan gagasan, pemikiran ataupun tindakan kecil pada awalnya, kalau kita bisa terus lakukan, maka hidup kita akan berubah.
Mari kita miliki gagasan yang baik dan benar, supaya hidup kita menjadi lebih baik. Mulai dari apa yang kita pikirkan, kita bayangkan. Taburlah gagasan yang baik dan benar dalam melawan godaan.
Seorang pelaut yang tidak dikenal namanya membuaut buku harian yang rinci selama 4 bulan. Ia berangkat dari Pulau Ascension dengan kapal belanda pada tahun 1725, karena kejahatan yang tidak diungkapkan. Segera ia harus minum darah penyu hanya untuk menghilangkan rasa haus yang mendesak. Penderitaan tubuh lelaki ini sangat besar, tetapi penderitaan yang lebih besar yang tertulis dalam buku hariannya adalah: perasaan bersalah yang menguasainya. Rupanya yang membuat si pelaut tua ini mati, bukan penderitaan fisik yang dialaminya, tapi karena kesalahan, atau tepatnya perasaan bersalah yang terus menekan dan menyiksa dia.
Perasaan bersalah akan menyiksa kita untuk waktu yang lama. Tapi selama masih memiliki perasaan bersalah sebenarnya kita masih mempunyai kesempatan untuk mengubah hidup kita, sangat menyedihkan bila ada orang yang tergoda, tapi tidak merasa bersalah. Inilah yang mungkin disebut sebagai hati yang sudah membatu, tapi bila mau jujur, cepat atau lambat mereka pasti menyesal. Percayalah!
Seorang bendahara yang diserahi tanggung jawab untuk memegang sejumlah besar uang, suatu hari tergoda untuk memasukkan sebagian uang itu ke kantongnya sendiri. Dia tahu perbuatannya itu tidak akan ketahuan sampai waktu yang lama, namun dia berusaha melawan godaan itu. Sampai suatu ketika dia merasa harus menceritakan pergumulan batin yang sedang dialaminya kepada seseorang. Oleh sebab itu, dia lalu menemui mantan bendahara yang dulu duduk di posisi itu, dan menceritakan tentang semua cobaan yang ia alami, dan bagaimana dia hampir jatuh ke dalam cobaan itu. Alangkah terkejutnya dia ketika orang itu tidak mencelanya, tetapi justru meletakkan tangan ke punggungnya seperti seorang ayak kepada anaknya dan berkata, 'Saya tahu persis apa yang engkau rasakan. Saya pun dulu mengalami cobaan yang engkau rasakan saat saya menduduki posisi itu'.
Sifat dari godaan selalu mirip dimanapun juga, godaan biasanya akan datang menyerang...
1. Di area yang kita sukai atau di area yang merupakan kelemahan kita. Kalau sahabat tidak pernah suka judi, maka tidak mungkin digoda di area tersebut, sekalipun diiming-imingi uang yang banyak sebagai hadiah.
2. Pada waktu kita membutuhkan. Kalau kita sedang lapar, maka makanan apa saja yang terlintas di depan kita akan merupakan godaan yang berpotensi. Bayangkan saat kita puasa, khususnya saat jam-jam dimana rasa lapar menyerang dengan hebat, perut merintih meminta diisi, maka saat itu makanan apa saja akan terasa nikmat.
Suatu kali saat saya berpuasa, saya dan istri pergi ke satu mal, dimana ada Festival Jajan Pasar... WOW! Tiba-tiba semua makanan yang saya lihat kelihatan enak sekali. Jadi semua makanan yang anggap enak dibeli satu buah. Setelah waktu berbuka tiba, saya mulai mencoba, makanan yang kelihatan enak tadi, ternyata hanya enak di awalnya saja, makin lama seperti jadi biasa dan akhirnya ya biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak saya sentuh, karena kelihatan jadi tidak enak.
Godaan selalu membawa kita ke arah yang salah atau negatif, sekalipun godaan menjanjikan kenikmatan dan kebahagiaan, setelah tergoda, biasanya yang tersisa hanyalah penyesalan. Sebaliknya saat kita berani melawan godaan dan menang atas godaan itu, maka terselip rasa puas dan bersamaan dengan itu akan terbentuk satu soistem pertahanan yang lebih kuat lagi di dalam pribadi kita.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Lesley Tomlinson, katanya, what doesn't kill you make you stronger. Hal inilah yang merupakan bagian dari pembangunan karakter baik di dalam diri kita. Hasilnya ... orang yang seperti ini akan mampu bertahan dalam godaan yang makin besar. Mereka orang-orang yang tangguh.
Banyak orang tidak menyadari, bahwa tindakan kita biasanya diawali dari apa yang ada di pikira kita, lalu diteruskan menjadi kata-kata, lalu makin sering dikatakan, kita makin cenderung untuk melakukan. Respon atau reaksi atas godaan diawali di dalam pikiran, kalau kita biarkan godaan itu menguasai pikiran kita, maka tidak lama lagi godaan bisa menguasai kata-kata kita. Setelah itu, kejatuhan hanyalah masalah waktu saja. Jadi, sekalipun kecil, jangan biarkan pikiran kita jatuh dikuasi godaan. Kemenangan pertama atas godaanjuga dimulai dari dalam pikiran.
Hati-hati dengan apa yang di pikiran kita. Makin tinggi jabatan kita atau makin besar pengaruh kita, maka makin banyaklah godaan yang kita hadapi. Sama halnya dengan pohon, makin tinggi satu pohon, maka makin keraslah angin yang meniupnya. Semua orang, semua pemimpin, pasti pernah mengalami godaan.
Blaise Pascal, mengatakan ada orang bersalah yang tidak merasa bersalah dan orang yang bersalah yang merasa bersalah. Kembali kepada perasaan bersalah yang menjadi 'alarm dini' bagi manusia, rasa bersalah ini dalam bahasa Inggris disebut guilt, dalam bahasa latin atau bahasa Spanyol disebut Culpa. Rasa bersalah ini timbul, karena kita sudah berpikir untuk melakukan hal yang salah, atau memang sudah bersalah. Misalkan kita sudah melanggar peraturan, membuat berduka orang yang seharusnya kita kasihi. Atau karena melanggar nilai-nilai atau kaidah-kaidah agama. Rasa bersalah bisa berlanjut dengan rasa takut, dari yang sedikit sampai yang mencekam, putus asa, malu, kesepian, stres, depresi bahkan tidak sedikit yang bunuh diri. Bagaimana caranya menghilangkah rasa bersalah? Mungkinkah siksaan rasa bersalah diselesaikan? Jawabannya pasti bisa.
Bagaimana caranya?
Pertama, cari tahu apa yang membuat kita merasa bersalah. Kalau perasaan itu timbul sebagai peringatan dini, saaat kita mau bertindak salah, segeralah menghentikan maksud itu dan menolaknya.
Kedua, bisa saja kita kurang peka, sehingga sudah kebablasan melakukan apa yang salah, untuk yang seperti ini, segera berhenti, dan selesaikan dengan baik. Kalau cukup hanya dengan minta maaf, segeralah minta maaf. Kalau ada yang harus diganti, gantilah segera. Ingat, maaf memang tidak akan bisa memperbaiki masa lalu, tapi pasti bisa memperbaiki masa depan!
Ketiga, berjanji untuk tidak lakukan hal tersebut lagi. Untuk hal ini carilah seseorang yang dapat kita percaya dan jadikan dia saksi, ini akan sangat menolong kita untuk menjaga komitmen kita akan hal tersebut.
Ada satu kata dalam bahasa Yunani yang ditulis sebagai sophronismos yang kalau dibaca bunyinya seperti kita membaca kata ini so-fron-is-mos. Kata ini sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ketertiban, padahal kata itu diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi discipline dan self-control, yang dalam bahasa Indonesia disiplin dan pengendalian diri. Memang tidak bisa tidak, bila kita mau hidup tertib, hidup dengan baik dan benar, maka dua hal ini dibutuhkan untuk membangun hidup kita, yaitu disiplin dan pengendalian diri.
Dua hal ini juga diperlukan untuk membangun karakter yang benar dan tangguh dalam setiap kita. Melalui karakter ini kita akan mendapatkan kualitas hidup yang maksimal.
Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah gagasan dan perbuatan. Jangan pernah menyepelekan gagasan, pemikiran ataupun tindakan kecil pada awalnya, kalau kita bisa terus lakukan, maka hidup kita akan berubah.
Mari kita miliki gagasan yang baik dan benar, supaya hidup kita menjadi lebih baik. Mulai dari apa yang kita pikirkan, kita bayangkan. Taburlah gagasan yang baik dan benar dalam melawan godaan.
Seorang pelaut yang tidak dikenal namanya membuaut buku harian yang rinci selama 4 bulan. Ia berangkat dari Pulau Ascension dengan kapal belanda pada tahun 1725, karena kejahatan yang tidak diungkapkan. Segera ia harus minum darah penyu hanya untuk menghilangkan rasa haus yang mendesak. Penderitaan tubuh lelaki ini sangat besar, tetapi penderitaan yang lebih besar yang tertulis dalam buku hariannya adalah: perasaan bersalah yang menguasainya. Rupanya yang membuat si pelaut tua ini mati, bukan penderitaan fisik yang dialaminya, tapi karena kesalahan, atau tepatnya perasaan bersalah yang terus menekan dan menyiksa dia.
Perasaan bersalah akan menyiksa kita untuk waktu yang lama. Tapi selama masih memiliki perasaan bersalah sebenarnya kita masih mempunyai kesempatan untuk mengubah hidup kita, sangat menyedihkan bila ada orang yang tergoda, tapi tidak merasa bersalah. Inilah yang mungkin disebut sebagai hati yang sudah membatu, tapi bila mau jujur, cepat atau lambat mereka pasti menyesal. Percayalah!