Getting Connected, Getting Social!

Posted: Jumat, 20 Maret 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Fenomena paling dominan dari kemunculan Web 2.0 adalah bahwa tools yang dilahirkannya mendorong orang untuk berinteraksi antarsesamanya dan membentuk komunitas. Kehadiran tools tersebut menjadi siapapun di muka bumi ini begitu gampang membangun jejaring sosial (social marketing) di mana mereka bisa begitu intens berinteraksi satu sama lain.

Situs-situs seperti MySpace, Facebook, Second Life, YouTube, eBay, Flickr, LinkIn adalah contoh situs-situs yang kini begitu digandrungi karena memungkinkan setiap pengunjungnya berkomunitas dengan teman-teman dari seluruh dunia.

Mereka bisa curhat, berbagi, bersosialisasi, nampang, beropini, merekomendasi, atau memberi nasihat di antara teman-teman yang menjadi komunitasnya. Internet kini telah menjadi media sosial terbesar dalam sejarah umat manusia.



Coba kita lihat Facebook.
Situs jejaring sosial ini saat ini sedang digandrungi oleh anak SMA, mahasiswa, dan profesional di Jakarta. Saat ini, anggota aktifnya sudah mencapai lebih dari 120 juta di seluruh dunia. Dengan jumlah tersebut, Facebook sekarang merupakan situs dengan trafik terbesar nomor empat di dunia.

Hebatnya lagi, Facebook merupakan situs dengan aplikasi photo sharing terbesar di dunia mengalahkan Flickr yang mengkhususkan diri di situ. Lebih dari 10 miliar foto ditampung di Facebook dan lebih dari 30 juta foto di-upload setiap harinya. Tak hanya itu, lebih dari 6 juta pengguna aktif membentuk komunitas di Facebook.

Pertanyaannya: Kenapa Facebook menjadi magnet yang begitu dahsyat?

Jawabnya:
Karena Facebook memiliki fitur-fitur cool yang memungkinkan kita berinteraksi, berkomunikasi, ngobrol ngalur ngidul, curhat, beropini, nampang, narsis, berbagi, memberi, peduli, berempati, berkomunitas, dengan sesama teman dari manapun di seluruh pelosok bumi.

Fitur-fitur itu antara lain Wall, sebuah 'dinding' di bagian profil anggota yang memungkinkannya untuk posting pesan ke sesama teman. Poke yang memungkinkan anggota Facebook mengirimkan virtual pke ke sesama anggota, begitu juga sebaliknya. Photo sharing dimana anggota bisa menaruh koleksi fotonya dan menyilakan orang lain sesama anggota untuk melihatnya. Juga Status yang memungkinkan si anggota meng-update dan menginformasikan seluruh kegiatan yang dilakukannya di Facebook ke anggota yang lain. Di luar itu, Facebook masih memiliki puluhan fitur lain yang intinya mendorong anggotanya untuk berinteraksi dan berkomunitas.

PR bagi para marketer:
Ingat! Komunitas merupakan media ampuh untuk jualan!


'New technologies must help people engage more closely, rather than to escape from each other...'



Somebody out there is talking about you...
Baik maupun buruk!!

Blog and blogger menjadi layaknya KPK yang bisa dengan mudah membongkar 'korupsi informasi' yang dilakukan sebuah perusahaan ke publik.

Blog akan menjadi 'kaca transparan' yang memungkinkan siapapun bisa melihat isi perut perusahaan. 'No place to hide!!' Anda tidak bisa bersembunyi, Anda tidak bisa mengelak, Anda tidak bisa menjadi tiran yang begitu gampangnya menyensor suara-suara buruk stakeholder Anda.

Ingat, nobody can control the online conversation, ... dan kalau sudah begitu, yang harus Anda lakukan cuma satu;
Join the conversation!!!

Mau tidak mau, suka tidak suka, Anda harus melakukan dialog secara jujur, terbuka, dan bertanggung jawab dengan siapa pun yang menjadi stakeholder Anda. Pesannya bagi para marketer jelas, bahwa trust dan kejujuran akan betul-betul menjadi penentu reputasi dan ekuitas merek Anda.

Trust is your real currency!!

TIdak hanya itu, kemunculan blog dan user-generated content kini memicu munculnya fenomena: decentralization of information gathering. Dengan web tools tersebut kini pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi tidak lagi menjadi monopoli wartawan dan mainstream media seperti koran, majalah, atau stasiun televisi dan radio. Dengan blog atau situs citizen journalism, siapapun kini bisa melakukannya dengan gampang.

'Rezim-rezim informasi' yang selama ini begitu mendominasi pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi kini mulai tergerus dan tergantikan oleh situs-situs yang berbasis user-generated platform.

Web tools seperti chat room, wikis, instant messaging, personal podcasting, social network portal, webinar, media sharing pelan tapi pasti akan menjadi killer apps (baca. pembunuh berdarah dingin) seperti kasus pembunuhan Wikipedia terhadap Encyclopedia Boritanica, bagi traditional mainstream media yang begitu dominan saat ini.

Pakar politik, pakar ekonomi, pakar budaya, pakar infotek, pakar olahraga, bahkan pakar gosip selebriti pun kini bisa menulis pandangan dan analisisnya di blog mereka masing-masing, tanpa harus 'mengemis-ngemis' minta ruang rubrik di Kompas, RCTI atau HardRock FM.

Dengan masuknya era professional blogger maka isi blog mereka bukannya ecek-ecek. Blog mereka setara kualitasnya dengan kualitas informasi yang dibuat oleh mainstream media. Bahkan jauh lebih bagus.

Kalau ini betul terjadi, maka akan muncul apa yang disebut oleh Mas Yuswohadi dengan class of authorization.

Apa itu?
Individual blogger akan bertubrukan, bersaing dan beradu pengaruh dengan mainstream media untuk meyakinkan kepada khalayak siapa pihak yang paling punya otoritas dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyajian informasi.

You can have the best technology in the world, but if you don't have a community who wants to use it and who are excited about it, then it has no purpose.

0 komentar: