Bahasamu adalah Kualitas Hidupmu!

Posted: Rabu, 29 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Setiap pagi di daratan Afrika, seekor kijang bangun dari tidurnya dan bertekad bahwa pada hari itu, ia harus mampu berlari melebihi kecepatan singa yang paling cepat di hutan belantara itu, karena jika tidak ia akan menjadi mangsa empuk...

Pada pagi hari yang sama di daratan Afrika juga, seekor singa bangun dari tidurnya. Dan ia membuat resolusi bahwa hari itu, ia harus mampu berlari lebih cepat dari kijang yang paling cepat di hutan rimba itu. Karena jika tidak ia akan mati kelaparan...


Beberapa jam yang lalu, sebelum saya menulis blog ini, saya hadir dalam sebuah pementasan musikalitas puisi di Kampus Sastra Universitas Udayana. Pementasan memperingati karya-karya Chairil Anwar, sastrawan ternama di zamannya yang pernah dimiliki bangsa kita tercinta ini. Haru, bangga, sedih dan berbagai macam rasa hadir ketika saya menginjakkan kaki di kampus yang pernah saya 'nikmati' sebagai kawah candradimuka saya untuk menghadapi kerasnya hidup di Bali. Tapi bukan itu yang menjadi persoalan. Saya lebih menikmati pementasannya dibanding bernostalgia dengan masa lalu saya yang tentunya juga tidak mudah saya lupakan begitu saja.

Saya datang terlambat, pementasan sudah berjalan. Kemudian berlanjut dengan dialog antara kritikus puisi yang tentunya ahli di bidang sastra dengan teman-teman mahasiswa. Wow... sangat menarik.

Antara Empati dengan 3M-nya Aa Gym

Posted: Senin, 27 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
2

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di bilangan Gatzu Tengah. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.

Sembari makan, saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai, dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan. Saya membayangkanl rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani klien atau keluarga makan di restoran cepat saji seperti ioni, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.

Namun, malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tidak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi sangat istimewa.

Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Antara Thomas A. Edison dan Rudy Hartono

Posted: Minggu, 26 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kita tidak akan pernah bisa terbang seperti rajawali, jika kita masih saja menggunakan sayap kupu-kupu. Jika yang kita inginkan itu besar, maka besarkanlah kemauan dan kemampuan kita untuknya...

Diceritakan bahwa Thomas A. Edison menetapkan bagi dirinya sendiri satu tujuan yang ambisius; setiap enam bulan mendapatkan satu penemuan besar, dan satu penemuan kecil setiap hari. Saat ia wafat, ia memiliki 1.093 hak paten Amerika Serikat dan lebih dari dua ribu hak paten untuk negara-negara lain. Ia mewujudkan impian-impiannya dengan tetap setia melakukan apa yang terbaik dari dirinya.

Jika seseorang mempunyai talenta dan tidak dapat menggunakannya, ia gagal.
Jika ia mempunyai talenta dan hanya memakai setengahnya, ia selalu mempersiapkan separuh kegagalan dalam setiap usahanya.
Jika ia mempunyai talenta dan belajar menggunakan seluruhnya, ia berhasil dengan luar biasa, dan mendapatkan kepuasan serta kemenangan yang hanya akan dinikmati segelintir orang
.


Tetaplah dalam Kekuatan Anda untuk Menjadi yang Terbaik

Posted: Minggu, 26 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Tetap dalam kekuatan!
Mereka yang bekerja di bidang terlemah menjadi marah karena hal terbaik dari mereka tidak terpakai...

Tetap dalam kekuatan Anda bukan suatu tindakan yang egois. Itu bukan saja bermanfaat bagi Anda melainkan orang lain juga, jika Anda adalah bagian dari komunitas sahabat-sahabat Anda.

Seperti hampir setiap orang telah mengalami berada dalam sejenis komunitas dimana ia mendapat bagian yang tidak sesuai untuknya. Seorang akuntan yang terpaksa bekerja dengan orang lain sepanjang hari, seorang penyerang di tim sepakbola yang terpaksa bermain di tengah, seorang pemain gitar yang sedang menggantikan pemain keyboard, seorang guru yang terpaksa mengerjakan administrasi kantor, bahkan seorang pasangan yang tidak menyukai pasangannya dipaksa untuk menerima bahwa itulah pasangannya.

Apa yang akan terjadi pada komunitas atau relasi, jika satu atau beberapa orang dari anggota komunitas secara terus menerus berada 'di luar tempatnya'? Pertama, moral akan terkikis, karena komunitas dan relasi tidak sedang bekerja sesuai dengan kemampuannya. Kemudian anggota-anggota komunitas penuh dengan kemarahan. Orang-orang yang bekerja di bidang terlemah menjadi marah karena hal terbaik dari mereka tidak pernah terpakai. Dan orang lain dalam komunitas yang tahu bahwa mereka mampu mengisi kedudukan yang sekarang diisi orang yang keliru, menjadi marah karena keahlian mereka disepeleka. Tidak lama kemudian orang enggan bekerja dalam satu komunitas. Enggan membangun relasi dengan mereka. Mulailah keyakinan semua orang terkikis. Komunitas tidak mengalami kemajuan, dan akhirnya persaingan mengambil keuntungan dan kelemahan komunitas tersebut. Akibatnya komunitas itu tidak pernah tahu seberapa besar potensinya. Jadi jika orang tidak melakukan sesuatu dengan baik, hasilnya juga tidak baik.

Re.Marketing Historiografi

Posted: Jumat, 24 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Beberapa hari lalu, saya membaca buku tentang perjalanan misi Katholik di Bali. Sebuah karya ilmiah (skripsi) yang dihasilkan oleh teman kuliah saya. Saya mendapatkannya tidak dengan gratis, alias ada 'kewajiban' membayar. Tapi bukan soal bayarnya yang saya persoalkan. Setelah membaca sampai dengan selesai, saya menemukan satu hal mendasar yang sangat unik, namun khas dari buku yang masuk kategori historiografi itu. Apa itu? Buku itu merupakan dokumentasi yang tepat ...

Mungkin itulah value yang diberikan dari buku yang diangkat dari sebuah skripsi itu. Bukan menyorot pada satu buku itu saja, sejak saya kuliah saya tertarik membaca historiografi. Ada sesuatu yang menarik, memberikan kita pengalaman luar biasa, menjadikan jembatan bagi saya untuk bisa masuk ke dalam alunan kisah di waktu lampau, seolah-olah saya berada dan merasakan kisah itu.

Tapi bagi saya itu saja tidak cukup. Bukankah historiografi memang sarana untuk mengajak kita masuk ke dunia lampau? Bukankah historiografi memang 'harus' mampu merekonstruksi kejadian secara detail dan jelas, sehingga kita sebagai 'customer' dari kejadian itu sendiri mampu menikmati dan merasakan kejadian yang sebenarnya?

Buku tadi merupakan salah satu dari sekian banyak karya sejarah yang mampu menjalankan fungsinya sebagai sebuah dokumen sejarah yang tidak lekang oleh zaman. Tapi pertanyaan selanjutnya, sampai kapan, untuk apa, dan untuk siapa?


Competing on Resource

Posted: Kamis, 23 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kita mengenal banyak konsep mengenai strategi; portfolio planning, the experience curve, five forces dari Michael Porter, dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan unggulan seperti General Electric, membangun devisi strategic planning, dan konsultan strategi bermunculan.

Namun saat ini, kecepatan kompetisi global dan perubahan teknologi membuat para manajer berjuang keras untuk mengimbanginya. Dengan makin cepatnya pergerakan pasar, manajer mengelur bahwa strategi planning terlalu statis dan terlalu lambat.

Salah satu framework yang potensial membantu lebih mendasar adalah yang dinamakan resource-based view of the firm (RBV), yang menjelaskan bagaimana sumber daya dari sebuah perusahaan memengaruhi kinerjanya dalam lingkungan persaingan yang kompetitif.

RBV melihat perusahaan sebagai kumpulan dari kemampuan aset fisik, aset intangible, serta corporate capabilities. Tidak ada dua perusahaan yang mempunyai RBV yang sama, sebab tidak mungkin mempunyai pengalaman yang persis sama, mempunyai kemampuan dan aset yang persis sama, atau membangun budaya perusahaan yang persis sama.

Sumber daya yang berharga dapat berupa berbagai macam, dapat berupa fisik, seperti infrastruktur telekomunikasi yang membuat perusahaan telekomunikasi yang memilikinya mempunyai posisi yang kuat untuk pasar multimedia interaktif. Dapat pula berupa intangible, seperti merk atau teknologi. Walt Disney Company misalnya, memiliki merk Disney yang bisa menunjang sukses dari mainan ke themeparks sampai ke video. Sumber daya yang berharga juga dapat berupa organizational capability yang menempel pada budaya, proses, dan rutinitas perusahaan. Contohnya, keterampilan perusahaan otomotif Jepang - awalnya pada biaya rendah, produksi efisien; kemudian pada produksi kualitas tinggi, kemudian pada pengembangan produk yang cepat.

The Four Things a Services Business Must Get Right

Posted: Kamis, 23 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sebagaimana ekonomi dunia makin matang, bisnis jasa menjadi begitu dominan. Namun kebanyakan teknik dan alat manajemen merancang untuk bisnis produk. Padahal bisnis jasa berbeda dengan bisnis produk dalam satu hal utama; manajemen pelanggan. Dalam bisnis jasa pelanggan bukan hanya pengguna dari jasa tapi juga bagian integral dari produksinya. Karenanya bisnis jasa perlu pendekatan yang agak berbeda, yang memerhatikan empat aspek untuk dapat menciptakan bisnis jasa yang menguntungkan.

Indonesia dan Credit Union: Sebuah Proyek Bersama

Posted: Rabu, 22 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
2

Tiap saya memikirkan Indonesia, tiap itu pula saya menemukan cinta yang rumit. Saya ingin melepaskan diri dari negeri ini. Saya ingin berhenti membaca koran, menonton televisi, mendengar gosip politik apalagi selebritis, saya ingin menjauh. Apalagi hari-hari ini ketika rasanya semua serba tak pasti. Para elite politik bersaung berebut jabatan, orang-orang baru meminta dipilih, koruptor kok tak habis-habisnya.

Tapi saat keinginan itu muncul, saat itu pula saya tidak bisa menghindar. Indonesia itu selalu menempel dalam pikiran, dimanapun, kapanpun. Indonesia membetot saya terus melotot, menyaksikannya tertatih, mendengar gemuruh ketidakpastiannya.

Setiap saya pesismitis, secara paralel muncul optimisme. Bagaimanapun, negeri ini masih menyimpan harapan, bagaimana pun saya tetap ingin suatu saat melihat tanah air ini bangkit menuju kegemilangan. Setiap saya menampik Indonesia, saat itu pula saya membangun sebuah kesadaran, sebuah harapan, karena saya punya anak-anak yang tak mungkin saya pisahkan dari tumpah-darahnya. Toh saya mungkin bisa melepaskan diri dari siapapun, orang-orang di masa lalu dan masa sekarang dalam hidup saya, tapi bagaimana dengan sejarahnya?

Saya, dan kami sekeluarga, mungkin bisa saja menghapus nama Indonesia dari KTP. Lalu tinggal di sebuah desa tua di Kyoto, menyewa apartemen murah di Bruges, bekerja apa saja di Ohio. Tapi apakah saya bisa melepaskan Indonesia? Ketika saya bandara Svarnabhumi, Bangkok, saya tercenung menunggu pesawat. Saya lihat orang di sana yang tertib, kota yang bersih, jadual yang tepat. Dan saya membandingkannya dengan Indonesia. Begitu saja, tanpa saya paksa dan rencanakan di kepala. Indonesia menyembul ketika saya terpesona dan kepincut negeri lain.

Marketing vs Finance

Posted: Rabu, 22 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Para pelaku pemasaran sedang mengalami sebuah tekanan untuk menunjukkan akuntabilitas hasil kegiatan komunikasi pemasaran terhadap kontribusinya kepada perusahaan. Selama ini, efektivitas kegiatan komunikasi pemasaran ditinjau dari sisi media, misalnya GRP, CPM dan sebagainya, dan sikap konsumen terhadap kegiatan komunikasi pemasaran (awareness, association, image dan sebagainya). Pengukuran tersebut telah mendapatkan tantangan terutama bila dikaitkan dengan peningkatan penjualan perusahaan.

Secara perlahan-lahan, pengukuran kegiatan komunikasi pemasaran melalui cara pengukuran keuangan mulai dikenalkan. Pengukuran baru ini telah memikat bagian keuangan atau auditor karena meningkatkan kemudahan pengambilan keputusan dengan menciptakan pembanding yang lebih akurat antara investasi tangible dan intangible. Selama ini, mereka (bagian keuangan) sangat sulit mengukur efektivitas kegiatan komunikasi pemasaran dibandingkan jika mereka mengukur efektivitas pembelian satu unit fasilitas produksi. Mereka ingin tahu seberapa banyak peningkatan pendapatan jika berinvestasi satu rupiah di komunikasi pemasaran. Mereka mulai membuat ukuran keberhasilan kegiatan komunitas pemasaran berdasarkan ROI (Return on Investment) Marketing.

Tentu pandangan di atas akan merubah cara berkomunikasi selama ini. Seperti 'seberapa banyak uang yang kita belanjakan untuk iklan?' berubah menjadi 'seberapa banyak seharusnya kita berinvestasi untuk seluruh kegiatan pemasaran?', 'pendekatan kreatif mana yang paling efektif' menjadi 'bentuk pengembalian seperti apa yang kita dapatkan dari pendekatan kreatif tersebut?', 'bagaimana kita mengalokasikan antara sales promotion dengan public relations?' menjadi 'siapa pelanggan yang pantas untuk investasi kita dan tingkat pengembalian yang optimal antara akuisisi dan retensi'.

Bermain dan Berkarya

Posted: Rabu, 22 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Ketika ditanya tentang rahasia suksesnya Steven Allan Spiellberg, seorang pembuat film yang sangat terkenal mengungkapkan bahwa 'rahasia sukses yang dilupakan orang dewasa adalah bermain karena itulah saya ingin selalu ditemani oleh anak-anak dalam setiap pekerjaan saya...'

Dunia anak-anak yang sudah sekian lama kita tinggalkan ternyata menyimpan nasihat luar biasa, sebuah rahasia untuk sukses lahir batin bagi siapa saja. Coba perhatikan sejenak aktifitas yang dilakukan oleh anak-anak dengan dunianya yang penuh dengan suka cita itu, hampir seluruhnya adalah aktifitas bersenang-senang atau bermain-main.

Mungkinkah hal ini yang membuat semua urusan anak-anak begitu mudah lancar dan baik-baik saja sehingga setiap kebutuhan anak-anak hampir 100% selalu dipenuhi meskipun melalui orang-orang di sekitarnya. Pertanyaanya, siapa yang menggerakkan mereka memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut kalau bukan Tuhan tentunya?

Belum lagi bila ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan, kita dapatkan informasi yang cukup menarik untuk ditelusuri bahwa gelombang otak anak-anak umur 5 tahun ke bawah semuanya masih berada dalam frekuensi alpha, yaitu 8 - 13.9 Hz. Sebuah frekuensi yang sudah kita pahami bersama sebagai jalan masuk ke otak bawah sadar atau ke dalam hati nurani kita sendiri. Selain itu gelombang alpha adalah syarat untuk khusyu dimana Tuhan mengabulkan semua permintaan hamba-Nya.

Buzz Public Relations

Posted: Rabu, 22 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Buzz kini semakin penting bagi perusahaan. Tugas public relations adalah menciptakan buzz positif. Namun demikian, bila muncul buzz negatif hal itu bukanlah karena kegagalan PR semata, melainkan kegagalan etika perusahaan. Kok bisa?

Buzz? Ini adalah sesuatu yang bisa memengaruhi apa yang kita pikirkan tentang sesuatu, kita bicarakan, kita baca dan sebagainya. Intinya, buzz adalah menjadi perhatian dan perbincangan publik. Dalam era media-centric, buzz bisa disejajarkan dengan publisitas.

Bedanya, media sekarang makin berkembang dengan munculnya media sosial yang dikelik-kelik oleh perkembangan internet dan telepon seluler. Sekarang media massa konvensional (koran, majalah, radio, dan televisi) mempunyai saudara bernama YouTube, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Luar biasanya, mereka seakan-akan bahu membahu sehingga keberadaan media sosial seakan membuat apa yang kita lihat, dengar, baca, dan rasakan menyebar luas dengan cepat seperti virus.

Siang, artis Julia Perez tertangkap kamera bermesraan dengan cowok yang bukan pasangannya, siangitu juga gambarnya tersebar kemana-mana melalui YouTube, handphone, milist dan sebagainya. Beberapa menit atau jam kemudian televisi, koran, majalah, dan radio ikut menyebarkan informasi tersebut. Orang ingin menonton televisi atau membaca tabloid, majalah atau koran seakan beralasan ingin mengonfirmasikan atau memperjelas informasi tersebut.

Sun Tzu Lesson. Kekuatan Penyusunan Bala Tentara

Posted: Rabu, 22 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Pasukan kalah, berperang dulu demi mengejar kemenangan. Pasukan menang, menganalisis kemenangan dulu sebelum berperang ...

Jika dalam tulisan-tulisan sebelumnya, kita telah banyak membahas tentang 13 strategi Perang Sun Tzu dari sisi kepemimpinan, perencanaan, dan intelijen, maka kini kita akan membahas mengenai salah satu aspek yang ada dalam bab 4 tentang Penyusunan Bala Tentara. Dalam bagian ini, terdapat dua hal penting yang perlu dipahami sebelum maju berperang.

Pertama yaitu suatu pasukan yang kalah terlibat dalam pertempuran terlebih dahulu, baru kemudian berusaha mendapatkan kemenangan. Di sini, pasukan kalah karena tidak memiliki persiapan yang cukup untuk bertempur, tidak mengenal musuh dengan baik, tidak mengetahui bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada.

Kedua suatu pasukan yang menang memastikan bahwa ia akan menang, bahkan sebelum maju bertempur. Yang dilakukan sebelum maju perang adalah menganalisis untuk menciptakan berbagai kondisi dan peluang untuk menang.

Public Relations 2.0

Posted: Selasa, 21 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kendati banyak yang meragukan keberadaannya, program public relations terbukti terus bergulir di tengah arus web 2.0 dan upaya perusahaan membangun integrated marketing communications. Bagaimana seharusnya PR mereposisi diri?

Beberapa waktu lalu, saya menulis di blog ini tentang kemungkinan kematian PR (PR Is Dead?), kali ini saya akan memberikan beberapa gambaran kenapa PR harus mereposisi diri untuk tetap eksis membantu membangun kekuatan sebuah perusahaan.

Ketika kita mendiskusikan peran dan posisi public relations (PR) masa kini, maka tak bisa dipisahkan dengan fenomea web 2.0 yang tengah terjadi saat ini. PR dan media ibarat dua sisi mata pisau. Kemana PR bergerak, disitu pula media ada. Itu sebabnya, ketika internet dinyatakan telah mendorong terjadinya 'ledakan' gerakan media baru yang disebut social media, keberadaan PR pun lalu dipertanyakan oleh banyak pihak.

Mengapa? Karakter social media adalah mengedepankan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi terbuka dimana setiap orang mempunyai kesempatan untuk menyuarakanide, pendapat, dan pengalaman mereka melalui media online khusus (blog atau website) ataupun jaringan online sosial, seperti Facebook, MySpace, Blogger, YouTube, dan sebagainya. Dengan karakter seperti ini, berarti social media memiliki peran seperti PR. Media baru secara alamiah menggantikan sebagian besar tugas praktisi PR di dalam perusahaan.

Namun, jika peran PR hanya diterjemahkan sebagai layaknya salon kecantikan yang memoles wajah perusahaan dengan pupur dan gincu - agar yang jelek di dalam menjadi kinclong di luaran - maka tugas praktisi PR bisa gagal total. Ini karena upayanya itu akan dilindas oleh keberadaan social media yang jelas lebih agresif, terbuka, dan transparan. Social media itulah yang akan membuka semua kedok yang ditutupi.

Jika upaya praktisi PR dalam membangun citra positif perusahaan hanya dilakukan dengan bicara positif ke wartawan dan media massa. Jika mereka melakukan kegiatan-kegiatan coporate social responsibility yang standar dengan menulis advertorial di sebanyak-banyaknya di sebanyak mungkin surat kabar mengenai perilaku baik perusahaan, maka ini yang dikhawatirkan bahwa PR benar-benar berada diambang kehancuran.

Financial W.I.S.D.O.M

Posted: Jumat, 17 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Pada awal Maret 2009, Majalah Forbes menerbitkan daftar orang terkaya sedunia. Urutan pertama diduduki oleh Bill Gates dengan kekayaan yang melorot US$ 18 miliar dibanding tahun lalu. Sementara itu, Warren Buffett tergeser ke posisi kedua setelah kekayaannya turun sebesar US$ 25 miliar menjadi US$ 37 miliar. Meski kekayaan mereka telah turun drastis, jumlahnya tetap fantastis. Pertanyaannya, apakah benar mereka merupakan orang terkaya di dunia?

Sekitar 3000 ribu tahun yang lalu ada seorang raja yang terkenal sangat kaya dan bijak. Kemungkinan besar Anda pernah mendengarnya, yaitu Raja Sulaiman. Tampaknya, Raja Sulaiman-laoh yang lebih berhak menyandang gelar orang terkaya di dunia. Berdasarkan penelitian arkeologis yang dikutip oleg DR. Murdoch, nilai rumah ibadah yang dibangun Raja Sulaiman bila menggunakan harga-harga saat ini adalah sekitar 500 miliar dollar AS. Itu baru rumah ibadahnya, belum lagi istananya yang terkenal dan indah. Total nilai kekayaan Raja Sulaiman diukur dengan uang sekarang sangat mungkin di atas 1 triliun dollar AS. Jumlah ini jauh lebih banyak (beberapa puluh kali lipat) dibandingkan nilai kekayaan Bill Gates atau Warren Buffett.

Untuk hidup bahagia dan penuh energi memang tidak perlu harus punya uang banyak. Kendati begitu, di negara sedang berkembang seperti Indonesia, masalah besar yang dihadapi (terlebih di masa krisis finansial saat ini) adalah kemiskinan dan pengangguran. Kebutuhan hidup dasar saja sulit terpenuhi. Jadi, masalah keuangan menjadi sangat relevan bagi kebanyakan orang Indonesia.

Untuk menjadi makmur, adalah logis bila kita belajar dari orang yang memang sudah membuktikan kemampuannya menjadi makmur. Berdasarkan uraian di atas, sudah selayaknya kita memilih Raja Sulaiman yang terkenal makmur dan bijak sebagai role model. Apa sih rahasia keberhasilan beliau?

Ketika Raja Sulaiman ditawarkan untuk meminta satu permintaan, beliau tidak meminta kekayaan atau kejayaan, melainkan wisdom atau himat. Rupanya, berkat hikmat inilah akhirnya beliau bisa menjadi sangat makmur dan jaya. Menurut beliau:

... wisdom is more profitable than silver and the gain she brings is better than gold ... and her paths all lead to prosperity ...

Artinya, hikmat itu lebih berharga dari harta biasa dan hikmat inilah yang merupakan sumber kemakmuran dan kejayaan.

... be careful to know the state of your flock and take good care of your herds ...

Dalam bidang finansial, ini berarti kita perlu mengetahui situasi aset dan mengelolanya dengan cermat.

... make plans by seeking advice, if you wage war obtain guidance ...

Intinya, kita perlu memiliki strategi yang tepat.

... a sluggard doe not plow in season, so at harvest time he looks but finds nothing ...

Sadurannya, kita perlu mengambil tindakan untuk memperoleh hasil.

Manajemen Pemadam Kebakaran vs Manajemen Petani

Posted: Jumat, 17 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Konsumen adalah Raja ..., tetap berlaku. Dalam art sempit, raja di sini bisa dimaknai sebagai orang yang harus dilayani dengan maksimal.

Pernahkah kita mencoba memerhatikan isi surat pembaca di berbagai media? Kalau iya, pastilah kita akan menemui banyak sekali keluhan dan kritikan yang muncul setiap hari. Tak hanya satu dua. Jika dikumpulkan, untuk satu industri saja, misalnya telekomunikasi, dalam seminggu jumlahnya bisa puluhan bahkan ratusan. Itupun hanya sebagian kecil yang mau mengungkap masalahnya ke publik dengan bersusah payah mengirimkan surat pembaca.

Lantas, apa yang terjadi dengan semua keluhan dan kritikan tersebut? Beberapa muncul dengan jawaban singkat, masalah sudah diselesaikan dengan yang bersangkutan. Sayang, kita tidak pernah tahu, apa kompensasi terhadap masalah yang timbul tersebut.

Keluhan, kritikan, hingga aduan memang kadang masih sering dinomorduakan dalam berbagai jenis usaha, baik yang sifatnya berupa produk barang maupun jasa. Bahkan tak jarang, adanya masalah hanya akan ditangani jika dianggap 'membahayakan' nama baik perusahaan. Misalnya, jika aduan sudah sampai di tangan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Tapi, jika hanya 'kecil', maka cukup ditangani oleh customer service via telepon. Inilah kadang yang tidak disadari oleh para pelaku usaha. Baik usaha dalam skala kecil maupun skala besar, termasuk kita di credit union, sebenaynya istilah konsumen adalah raja tetap berlaku. Dalam arti sempit, raja di sini bisa dimaknai sebagai orang yang harus dilayani dengan maksimal. Atau, di sisi lain, raja pun punya kekuasaan (wewenang) untuk memerintah. Tentunya, posisi antara produsen dan konsumen tak perlu seekstrim itu. Jadi, unsur pelayanan memegang peran penting dalam menjalin hubungan dengan konsumen.

Waktu Senggang

Posted: Jumat, 17 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Rekreasi di waktu senggang, sering bukan dimaknakan sebagai 'penciptaan-kembali' (Rekreasi), melaionkan justru menenggelamkan diri dalam aktivitas profan untuk sekadar lari dari kenyataan hidup yang mungkin begitu berat.

Apa yang terbayang di benak Anda ketika mendengar kata 'Waktu Senggang'? Jika Anda adalah seorang dengan kesibukan kerja yang luar biasa, barangkali waktu senggang adalah saat bersantai, shopping atau ke tempat hiburan melepaskan diri dari kepenatan beraktivitas. Namun, sebuah renungan bisa kita lakukan di sini, bahwa dalam pemaknaan waktu senggang seperti itu, umumnya manusia mengisi waktu senggang dengan melarikan dirinya ke perangkap-perangkap eksterior ketimbang melakukan kontemplasi atau menata interioritas dirinya.

Rekreasi di waktu senggang, sering bukan dimaknakan sebagai 'Penciptaan-Kembali' (Re-Kreasi) melainkan justru menenggelamkan diri dalam aktivitas profan untuk sekadar lari dari kenyataan hidup yang mungkin begitu berat. Barangkali akan menarik jika kita menelisik bahwa pada masa Yunani kuno, waktu senggang ternyata justru memiliki makna berbeda dari apa yang umum dipahami sekarang.

Pada masa itu, waktu senggang justru saat yang tepat untuk eksistensi diri, mengisi kepenuhan dirinya agar kemanusiaan semakin utuh.

Bayangan Sesama

Posted: Rabu, 15 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Beberapa hari yang lalu saya kembali bertemu dengan teman sekolah saya waktu di SD dulu. Ternyata dia tinggal di Denpasar, sebuah surprise yang luar biasa. Dulu kami tidak cukup akrab, tapi waktu bertemu kemarin ada kerinduan yang luar biasa. Saya mesti berterima kasih dengannya. Kenapa? Ketika saya bertemu dengannya, saya dimintanya menunggu beberapa saat, karena dia harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya. Maklum saya datang di waktu kerja. Sembari menunggu, di meja dekat kursi saya duduk, saya melihat suatu buku biografi. Secara acak saya membacanya, tapi meskipun begitu saya menemukan sesuatu yang istimewa. Saya jadi teringat sebuah cerita, yang saya yakini penuh makna.

Sekarang keistimewaan biografi yang saya temui tanpa sengaja ini akan saya bagikan kepada sahabat sekalian, sembari saya mengajak sahabat sekalian 'bertamasya' ke Bandung ...
Satu di antara segelintir ilmuwan yang mampu merajut hidupnya dalam ranah ilmu dan humanisme secara selaras, adalah Prof. Oei Ban Liang, PhD. Setidaknya, di mata anak didiknya, baik dalam civitas akademika ITB Bandung, maupun para koleganya di luar negeri. Dalam biografinya Pelopor Bioteknologi, Begawan Kimia dan Sosok Guru Yang Humanis, ilmuwan kelahiran Blitar, 79 tahun lalu ini dilukiskan menarik. Pencapaiannya di bidang bioteknologi diakui dunia internasional, tapi sebagai pendidik ia juga dikenal amat humanis. Ia layaknya 'nyala api' kasih yang mampu meluluhkan kekerasan hati siapapun dengan pendekatannya yang unik seperti yang saya ibaratkan dalam kisah berikut ini.

Pemimpin

Posted: Rabu, 15 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya kembali terjebak dalam pembicaraan mengenai pemimpin. Beberapa jam yang lalu saya memberikan workshop untuk sebuah hotel di Nusa Dua, Bali. Topiknya tidak jauh-jauh dari kepemimpinan. Sepertinya memang topik ini tidak akan pernah ada matinya. Selalu enak untuk dibicarakan dan akan terus berkembang mencari format idealnya.

Akhir-akhir ini dunia kita seperti nyaris terkooptasi oleh gambar para caleg. Maklum beberapa waktu lalu pesta demokrasi digelar dengan berbagai carut marut yang ada, baik pra maupun pasca pemilu. Satu garis besar yang tidak saya mengerti namun telah bisa ditebak oleh banyak pihak termasuk juga saya adalah, tidak adanya pemimpin yang terwakili melalui caleg-caleg tersebut yang secara riil menjadi seorang pemimpin yang benar-benar berjiwa besar dan mencerminkan diri sebagai pemimpin yang sebenarnya.

Dari sekian banyak gambaran caleg di sekitar kita, ada yang tersenyum sipatik, tak kurang cukup sangar. Kostumnya pun dari yang 'dandan habis' sampai yang ala kadarnya. Semua ingar-bingar kampanye itu mestinya jangan sampai melenakan kita bahwa yang sedang berlangsung ini proses memilih pemimpin. Lalu apakah memilih pemimpin itu dapat begitu saja dilakukan dengan main tunjuk gambar? Pemimpin itu terbentuk melalui jalan panjang suatu proses. Artinya bahwa, politik yang sedang mendominasi headline berbagai media komunikasi sekarang ini mesti dikembalikan ke wilayah martabat. Sebarapa layak para calon pemimpin itu menempatkan diri sebagai 'yang terpilih'.

Kita dapat melihat kiprah politik Abraham Lincoln dari Negara Paman Sam, yang mampu memberikan dua hal: bahwa pemimpin sejati selalu adalah alumnus 'Perguruan Kegagalan' sebelum berhasil masuk ke dalam 'Istana Keberhasilan'. Bahwa adalah mungkin, seorang (yang cuma) politisi bermetafora menjadi negarawan sejati yang berhasil mengatasi kepentingan pribadinya.

Dari sisi pengembangan karier, kegigihan Lincoln jelas inspirasi yang menjulang. Cocok benar dengan prinsip pemimpin dunia lainnya dari era PD II, Winston Churchill, Never, never, never, give up. Tetapi kenegarawanannya setelah menjadi presiden-lah yang mengabadikan namanya dan membangkitkan rasa hormat sampai ke seberang samudera.

The Power of Customer Community

Posted: Rabu, 15 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Apapun bisnis kita, apakah penjualan sampo, jualan sepeda motor, jualan traktor, jualan kapal tanker, jualan asuransi, jualan uang, pokoknya jualan apapun, kita harus menganggap dan memperlakukan setiap konsumen kita sebagai member. Every customer is member of your brand and community.

Kita di credit union yang selama ini selalu mengedepankan yang namanya member, sepertinya perlu meredefinisi lagi apa itu member. Apa bedanya customer dan member? Pertama, customer tidak saling kenal dan karena itu tidak saling berinteraksi satu sama lain. Member sebaliknya, secara intens, berinteraksi dan berbagi secara intens membentuk sebuah keluarga yang begitu intim.

The Power of Book

Posted: Selasa, 14 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Buku adalah jendela dunia. Karena itu, membaca buku akan membuka dunia bagi siapapun juga. Karena itu, buku bukan sekadar sumber ilmu, namun juga 'tambang emas' kesuksesan yang perlu terus digali dan dimaksimalkan potensinya. 

Beberapa tahun silam, dua orang peneliti bernama George dan Alec Gallup mengadakan penelitian mengapa ada orang yang lebih sukses dibanding orang lain. Hasil penelitian yang dibukukan dalam judul 'The Great American Success Story' itu menyebut bahwa orang sukses pasti senang membaca...

Inilah fakta, bahwa membaca membuka cakrawala mencapai kesuksesan sebenarniya. Namun, jauh sebelum dilakukan penelitian itu, masyarakat China sudah mengenal pepatah yang sangat dalam maknanya.

Orang miskin karena buku dia akan menjadi kaya. Orang kaya karena buku dia akan menjadi anggun...

Behind the Scene

Posted: Selasa, 14 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Salah satu nama dewa yang sangat terkenal dalam mitologi Yunani adalah Narcissus. Suatu ketika Narcissus yang tengah mengambil air dari sebuah danau, terpesona oleh indahnya pantulan wajahnya di atas permukaan air. Ia begitu kagum dan terpesona oleh ketampanan wajahnya sehingga jatuh cinta pada dirinya sendiri. Sejak saat itu, Narcissus setiap hari berlutut di dekat sebuah danau untuk mengagumi dirinya sendiri. Ia begitu terpesona hingga, suatu pagi, ia jatuh ke dalam danau dan tenggelam. Katika Narcissus mati, dewi-dewi hutan muncul dan mendapati danau tadi, yang semula berupa air segar, telah berubah menjadi danau airmata yang asin.

'Mengapa engkau menangis?' tanya dewi-dewi. 'Aku menangisi Narcissus', jawab danau. 'Oh, tak heranlah jika kau menangisi Narcissus', kata mereka. 'Sebab walau kami selalu mencari dia di hutan, hanya kau saja yang dapat mengagumi keindahannya dari dekat.''Tapi... indahkah Narcissus?' tanya danau. 'Siapa yang lebih mengetahuinya daripada engkau?', dewi-dewi bertanya heran. 'Di dekatmulah ia tiap hari berlutut mengagumi dirinya!' Danau terdiam beberapa saat. Akhirnya, ia berkata, 'Aku menangisi Narcissus, tapi tidak pernah kuperhatikan bahwa Narcissus itu indah. Aku menangis karena, setiap ia berlutut di dekat tepianku, aku bisa melihat, di kedalaman matanya, pantulan keindahanku sendiri.'

Narcissus itulah yang kini menjadi sebutan, olok-olok, celaan, bahkan juga kebanggaan, yang ditujukan kepada seseorang yang suka memuji dirinya sendiri. Orang banyak menyebutnya dengan istilah N-A-R-S-I-S.

Antara Angelina Jolie dengan Tony Sardjono

Posted: Minggu, 05 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Satu-satunya unsur yang paling penting dalam formula keberhasilan adalah mengetahui bagaimana cara bergaul dengan orang lain...

Ingat, seberapa jauh kita melangkah dalam kehidupan tergantung pada sikap lembut kita kepada kaum muda, belas kasihan kepada orang-orang tua, simpati kepada orang-orang yang berjuang, dan toleransi kepada orang-orang yang lemah dan kuat. Karena suatu hari dalam kehidupan ini kita adalah mereka semua.

Saya pernah membaca sebuah artikel tentang aktris Angelina Jolie, yang beberapa tahun lalu mengalami pergeseran teladan, saat membaca sebuah naskah. Jolie, yang sebelumnya memenangkan Oscar tahun 1999, untuk perannya dalam Girl, Interrupted bisa jadi hanyut dalam karir sebagai gadis postes seumur hidup. Anak dari aktor John Voight dan Marcheline Bertrand ini besar di Hollywood, dan bergelimang banyak kelebihan, serta dikenal karena sikapnya yang kasar dan merusak diri sendiri. Ia yakin bahwa ia akan mati muda.

All About Dream. Satu Langkah Saja ke Depan

Posted: Minggu, 05 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sahabat sekalian mungkin pernah mendengar ucapan ini. 'Rencana yang baik yang dilakukan dengan penuh semangat sekarang, jauh lebih baik dibanding rencana yang sempurna yang dilakukan seminggu kemudian.'

Seperti biasa, saya punya cerita.
Kemmons Wilson selalu menjadi seorang inisiator. Ia mulai bekerja saat berusia tujuh tahun, dan tidak pernah berhenti. Sejak saat ia menjual majalah, koran dan popcorn. Pada tahun 1939 di usia matang, tujuh belas tahun, ia memutuskan untuk mencoba bekerja pada orang lain, dan ia menghasilkan dua belas dolar seminggu dengan menulis angka di papan harga seorang penjual kapas.

All About Dream. Tidak Mau Menerima Kata Tidak sebagai Jawaban

Posted: Minggu, 05 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sahabat sekalian masih ingat tulisan saya terakhir? Dalam suatu paragraf saya mengatakan, impian tidak akan bekerja, kecuali kita bertindak. Ya, perbuatan-perbuatan kitalah yang akan mengungkapkan secara detail siapa kita sebenarnya.

Ada sebuah cerita menarik tentang hal ini. Pada tahun 1947, Lester Wunderman dipecat secara sepihak dari pekerjaannya di bidang periklanan di New York. Tetapi pemuda ini merasa bahwa ia masih harus belajar banyak dari pemimpin agen periklanan itu, Max Sackheim. Jadi pagi berikutnya, Wunderman kembali ke kantornya dan mulai bekerja seperti sebelumnya. Ia bercakap-cakap dengan rekan-rekan kerja dan para klien, juga menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan kantornya - semua tanpa digaji!

Selama sebulan Sackheim tidak mengacuhkannya. Saat bulan kedua berlalu, Sackheim yang bertemperamen itu mendatangi Wunderman, dan berkata, 'Oke, kamu menang', katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih membutuhkan pekerjaan dibandingkan uang.'

All About Dream. Sherlock Holmes Nyata

Posted: Jumat, 03 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Semua orang pernah mendengar tentang Sherlock Holmes, tokoh ciptaan penulis Inggris, Sir Arthur Conan Doyle. Holmes diilhami oleh salah seorang guru Doyle yang memiliki naluri alami menakutkan dalam menemukan rincian. Saat Doyle, yang profesinya adalah dokter, memutuskan untuk menggabungkan minatnya terhadap ilmu pengetahuan dan sastra dengan menulis kisah-kisah misteri, ia mencipitakan seorang detektif fiktif yang menjadikan pengejaran para penjahat sebagai suatu ilmu eksakta, dengan meniru mantan gurunya. Begitulah Sherlock Holmes dilahirkan.

Yang tidak diketahui kebanyakan orang adalah bahwa Doyle menggunakan kemampuan deduktif ini dalam kehidupan nyata, untuk membebaskan seorang yang tidak bersalah dari penjara. George Edalji sudah divonis dan dihukum tujuh tahun kerja keras karena tuduhan menyebabkan kuda-kuda cacat. Tetapi Doyle memeriksa fakta-fakta dan berkas pemeriksaan jaksa penuntut. Kejahatan itu dilakukan pada malam hari, dan tertuduh hampir buta. Penglihatannya tidak memampukannya untuk dapat memanjat pagar, melewati rel, kawat, dan semua halangan lain, untuk tiba di kandang kuda. Berdasarkan kerja Doyle, Edalji, yang tidak bersalah dibebaskan. Ini terjadi karena pemikiran Doyle berbeda dari orang lain.

Dalam kesempatan ini sahabat sekalian, kita hanya ingin mengatakan, pikiran adalah sumber sesungguhnya dari semua kekayaan, keberhasilan, kekayaan materi, semua temuan, dan penemuan yang hebat, serta semua prestasi, bahkan juga kehancuran kita. Maka, kuasailah pemikiran-pemikiran kita. Ini menjadi begitu penting. Kenapa? Karena impian adalah benda mati dan tidak akan bekerja, kecuali kita bertindak ...

Berikut saya akan menampilkan cara pikir orang-orang biasa yang berhasil berpikir luar biasa.

CU-aholic

Posted: Rabu, 01 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Senang rasanya banyak tanggapan dari teman-teman saya lewat blog maupun facebook tentang tawaran Credit Union Becomes Horizontal. Ini yang kemudian menginspirasi munculnya tawaran baru lagi, bagaimana jika kita bisa menciptakan CU-holic bagi pelanggan kita?

Saya menggambarkan jika seandainya credit union sudah seperti layaknya narkoba. Awalnya penasaran, karena selalu menjadi bahan pergunjingan teman di kantin, sela-sela meeting, atau saat SMSan. Lalu Anda iseng mencobanya dengan bergabung dan 'membuat' account secara fisik di salah satu credit union. Lalu Anda tanpa sengaja menikmati setiap produk dan servis yang ditawarkan oleh credit union tersebut. Anda mulai menikmati pinjaman yang diberikan, merasakan betapa besar manfaat menabung dengan berbagai jenis tabungan, dan sebagainya dan sebagainya...

Begitu keasyikan, Anda pun mulai merasa banyak waktu Anda terambil untuk credit union. Credit union pun menjadi peringkat satu dalam list pengembangan diri Anda mengalahkan pacar, bahkan istri/suami (juga selingkuhan…hehehe). Dan pada akhirnya sampai pada suatu titik dimana Anda tak berdaya lagi untuk keluar dari pengaruh “medan magnet” credit union.

Begitu banyak waktu Anda habiskan untuk “fly” (tripping juga kalee…) di dunia credit union. Kemanapun dan dimanapun otak Anda terus memikirkannya. Anda seperti berada dalam pengaruh “guna-guna” credit union. Sejam saja tak berbicara dan mendapatkan info tentang credit union, rasanya mau kiamat, Anda menjadi begitu resah, tidak konsen saat meeting dengan rekan kerja di kantor. Sama rasanya dengan Anda yang sedang gila facebook.

Anda juga dihantui “kangen luar biasa” ketika sesaat saja tidak bertemu, bercengkrama, dan berdiskusi dengan teman-teman Anda di credit union. Hidup Anda menjadi hampa ketika Anda tidak berada di titik fokus sorotan teman-teman credit union Anda (well… “celebrity syndrome” or “narcissistic disease”).

Inilah suatu titik dimana Anda terjangkit penyakit yang cool abis: CU-aholic.

Mau tahu Anda terjangkit CU-aholic?

Maaf...

Posted: Rabu, 01 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saling memberi maaf sudah menjadi tradisi. Tetapi maaf yang bagaimana?

Awal September 2007, muncul berita mengejutkan. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, menyatakan mundur dari jabatannya karena merasa pemerintahannya selalu dipenuhi skandal keuangan.

Setiap kali ada berita semacam ini di luar negeri, selalu saja kita kemudian berpikir, hebat sekali ya pemimpin-pemimpin itu. Berani mengakui kesalahannya, terbuka meminta maaf dan rela melepaskan jabatannya.

Lalu ada juga berita tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menerima telepon dari PM Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi. Intinya beliau menyatakan penyesalan dan meminta maaf sedalam-dalamnya atas kasus pemukulan terhadap ketua delegasi wasit karateka Indonesia, Donald Luther Colopita oleh empat orang polisi Malaysia tanpa alasan yang jelas. Ini juga hebat. 'Hanya' karena masalah polisi keroco, seorang petinggi negara - mewakili negara - berani memintakan maaf pada pemimpin negara lain.

Permintaan maaf terjadi biasanya karena ada kesalahan. Namun wajar bila manusia berbuat salah karena manusia gudangnya kelemahan. Jika karena kelemahan atau ketidaktahuannya manusia melakukan kesalahan. sudah seharusnyalah meminta maaf. Itu sebabnya setiap seseorang meminta maaf, dia akan menyebutkan kata-kata: baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tuluskah kalimat itu? Bisa jadi. Tapi bagi pakar kesalahan dan mastro minta maaf, mungkin juga kalimat itu diucapkan karena dia tidak mau berterus terang mengakui dan meminta maaf atas kesalahan tertentu yang sudah dilakukannya.

All About Dream. Berkomitmen Pada Impian Sejati Anda

Posted: Rabu, 01 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Hidup dan bermimpi adalah dua hal yang berbeda, tetapi Anda tidak bisa melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya...

Impian adalah suatu idealisme, menyangkut suatu kesan kemungkinan daripada kemungkinan-kemungkinan besar, potensi daripada keterbatasan.
Impian adalah sumber gairah, memberikan kita arah dan menuntun kita pada puncak-puncak yang tinggi.
Impian adalah suatu ungkapan optimisme, harapan, dan nilai-nilai yang tinggi sehingga dapat menggugah imajinasi dan melibatkan semangat.
Impian memengaruhi dan menggugah kita.
Impian mampu mengangkat kita ke puncak-puncak baru dan mengatasi keterbatasan yang kita buat sendiri.

Ada cerita menarik tentang bagaimana the power of dream mampu mengubah dunia di sekitar kita. Ini dia kisahnya.