Antara Angelina Jolie dengan Tony Sardjono
Posted: Minggu, 05 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Satu-satunya unsur yang paling penting dalam formula keberhasilan adalah mengetahui bagaimana cara bergaul dengan orang lain...
Ingat, seberapa jauh kita melangkah dalam kehidupan tergantung pada sikap lembut kita kepada kaum muda, belas kasihan kepada orang-orang tua, simpati kepada orang-orang yang berjuang, dan toleransi kepada orang-orang yang lemah dan kuat. Karena suatu hari dalam kehidupan ini kita adalah mereka semua.
Saya pernah membaca sebuah artikel tentang aktris Angelina Jolie, yang beberapa tahun lalu mengalami pergeseran teladan, saat membaca sebuah naskah. Jolie, yang sebelumnya memenangkan Oscar tahun 1999, untuk perannya dalam Girl, Interrupted bisa jadi hanyut dalam karir sebagai gadis postes seumur hidup. Anak dari aktor John Voight dan Marcheline Bertrand ini besar di Hollywood, dan bergelimang banyak kelebihan, serta dikenal karena sikapnya yang kasar dan merusak diri sendiri. Ia yakin bahwa ia akan mati muda.
'Ada saatnya saya tidak pernah merasa memiliki tujuan apapun, tidak pernah merasa berarti sebagai manusia', kata Jolie. 'Saya kira banyak orang yang memiliki perasaan seperti itu - ingin bunuh diri atau minum obat terlarang atau membuat diri sendiri mati rasa, karena Anda tidak bisa menutupnya atau Anda hanya merasa tidak enak dan tidak tahu apa sebabnya.'
Keberhasilan dalam film tidak berarti menolongnya. 'Sepanjang waktu saya merasa begitu bingung', aku Jolie. 'SDaya ingat saat-saat kehidupan yang paling menjengkelkan adalah setelah saya berhasil, stabil secara keuangan dan saya sedang jatuh cinta, dan saya berpikir, saya sudah memiliki semua dan kata orang seharusnya bahagia, tetapi saya tidak bahagia.'
Kemudian dia membaca naskah Beyond Borders, yang bercerita tentang kisah seorang wanita yang mempunyai kehidupan berkecukupan yang mengetahui keadaan menyedihkan dari para pengungsi dan anak-anak yatim di seluruh dunia. Kenang Jolie, 'Sesuatu dalam diri saya inigin untuk mengerti apa yang film ini sampaikan, manusia yang terlantar di dunia, perang, kelaparan, dan pengungsi.' Selama setahun ia berkeliling dunia dengan pekerja-pekerja PBB. 'Saya mendapat pendidikan hidup yang paling berharga, dan berubah secara drastis', katanya. Ia mengunjungi kamp-kamp di Sierra Leone, Tanzania, Coted'Ivoire, Kamboja, Pakistan, Namibia, dan Thailand. Seluruh perspektifnya berubah. Ia menyadari bahwa dunia terdiri dari orang-orang lain juga, yang banyak di antaranya ada dalam keadaan yang mengkhawatirkan, banyak di antaranya yang dapat ia tolong.
Saat Anggota Komisi Tinggi PBB untuk pengungsi pada tahun 2001, memintanya untuk menjadi Duta Besar Kebaikan, ia menerimanya dengan gembira. Ia juga mulai mendonasikan uangnya untuk para pengungsi dan para yatim piatu, termasuk tiga juta dolar ke Program Pengungsian PBB. (Ia berkata bahwa dengan berakting di film, 'ia mencetak uang sangat banyak'.) Ia mengadopsi Maddox, seorang anak pengungsi asal Kamboja. Baru-baru ini majalah Worth mendaftarkannya sebagai salah seorang di antara dua puluh lima dermawan yang paling berpengaruh di dunia. Ia mengestimasikan bahwa hampir sepertiga dari penghasilannya didermakan.
Jolie memberikan perspektifnya, 'Anda bisa saja mati besok dan Anda sudah membuat beberapa film, memenangkan beberapa penghargaan - tetapi itu tidak berarti apa-apa. Tetapi jika Anda sudah membangun gedung-gedung sekolah, atau membesarkan seorang anak atau melakukan sesuatu untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik bagi orang lain, rasanya itu lebih baik. Hidup jauh lebih baik.'
Mengapa sampai ia merasa seperti itu? Karena akhirnya ia mendapatkan gambaran yang jelas. Ia berhenti memusatkan perhatian untuk dirinya sendiri dan mulai mendahulukan orang lain. Dan inilah langkah pertama jika orang mau mengembangkan keahlian luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain.
Saya banyak belajar dari Pak Tony Sardjono, seorang relasi bisnis dari Jakarta, tentang bagaimana kita membangun dan memperindah relasi dan networking kita dalam segala bidang tidak saja bisnis. Keinginan untuk berbagi, menjadi kunci bagi kita untuk melakukan hal-hal biasa di sekitar kita, dengan cara yang luar biasa.
Saya meyakini inilah yang menjadi dasar kita dalam berkarya bagi orang lain, apapun jalurnya, termasuk credit union. Segalanya butuh uang, tapi uang bukan segalanya. Kita perlu passion for people dan passion for service ketika kita sangat menggebu menjalankan passion for business, lengkapi semua ini dengan passion for knowledge.
Dari Pak Tony juga saya melihat sebuah ketulusan akan sebuah servis, bukan saja ketika bekerja tapi dalam keseharian kita juga. Ternyata attitude menjadi kunci sukses hidup kita, bukan hal-hal lain.
Thank's Mr. Tony...
Ingat, seberapa jauh kita melangkah dalam kehidupan tergantung pada sikap lembut kita kepada kaum muda, belas kasihan kepada orang-orang tua, simpati kepada orang-orang yang berjuang, dan toleransi kepada orang-orang yang lemah dan kuat. Karena suatu hari dalam kehidupan ini kita adalah mereka semua.
Saya pernah membaca sebuah artikel tentang aktris Angelina Jolie, yang beberapa tahun lalu mengalami pergeseran teladan, saat membaca sebuah naskah. Jolie, yang sebelumnya memenangkan Oscar tahun 1999, untuk perannya dalam Girl, Interrupted bisa jadi hanyut dalam karir sebagai gadis postes seumur hidup. Anak dari aktor John Voight dan Marcheline Bertrand ini besar di Hollywood, dan bergelimang banyak kelebihan, serta dikenal karena sikapnya yang kasar dan merusak diri sendiri. Ia yakin bahwa ia akan mati muda.
'Ada saatnya saya tidak pernah merasa memiliki tujuan apapun, tidak pernah merasa berarti sebagai manusia', kata Jolie. 'Saya kira banyak orang yang memiliki perasaan seperti itu - ingin bunuh diri atau minum obat terlarang atau membuat diri sendiri mati rasa, karena Anda tidak bisa menutupnya atau Anda hanya merasa tidak enak dan tidak tahu apa sebabnya.'
Keberhasilan dalam film tidak berarti menolongnya. 'Sepanjang waktu saya merasa begitu bingung', aku Jolie. 'SDaya ingat saat-saat kehidupan yang paling menjengkelkan adalah setelah saya berhasil, stabil secara keuangan dan saya sedang jatuh cinta, dan saya berpikir, saya sudah memiliki semua dan kata orang seharusnya bahagia, tetapi saya tidak bahagia.'
Kemudian dia membaca naskah Beyond Borders, yang bercerita tentang kisah seorang wanita yang mempunyai kehidupan berkecukupan yang mengetahui keadaan menyedihkan dari para pengungsi dan anak-anak yatim di seluruh dunia. Kenang Jolie, 'Sesuatu dalam diri saya inigin untuk mengerti apa yang film ini sampaikan, manusia yang terlantar di dunia, perang, kelaparan, dan pengungsi.' Selama setahun ia berkeliling dunia dengan pekerja-pekerja PBB. 'Saya mendapat pendidikan hidup yang paling berharga, dan berubah secara drastis', katanya. Ia mengunjungi kamp-kamp di Sierra Leone, Tanzania, Coted'Ivoire, Kamboja, Pakistan, Namibia, dan Thailand. Seluruh perspektifnya berubah. Ia menyadari bahwa dunia terdiri dari orang-orang lain juga, yang banyak di antaranya ada dalam keadaan yang mengkhawatirkan, banyak di antaranya yang dapat ia tolong.
Saat Anggota Komisi Tinggi PBB untuk pengungsi pada tahun 2001, memintanya untuk menjadi Duta Besar Kebaikan, ia menerimanya dengan gembira. Ia juga mulai mendonasikan uangnya untuk para pengungsi dan para yatim piatu, termasuk tiga juta dolar ke Program Pengungsian PBB. (Ia berkata bahwa dengan berakting di film, 'ia mencetak uang sangat banyak'.) Ia mengadopsi Maddox, seorang anak pengungsi asal Kamboja. Baru-baru ini majalah Worth mendaftarkannya sebagai salah seorang di antara dua puluh lima dermawan yang paling berpengaruh di dunia. Ia mengestimasikan bahwa hampir sepertiga dari penghasilannya didermakan.
Jolie memberikan perspektifnya, 'Anda bisa saja mati besok dan Anda sudah membuat beberapa film, memenangkan beberapa penghargaan - tetapi itu tidak berarti apa-apa. Tetapi jika Anda sudah membangun gedung-gedung sekolah, atau membesarkan seorang anak atau melakukan sesuatu untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik bagi orang lain, rasanya itu lebih baik. Hidup jauh lebih baik.'
Mengapa sampai ia merasa seperti itu? Karena akhirnya ia mendapatkan gambaran yang jelas. Ia berhenti memusatkan perhatian untuk dirinya sendiri dan mulai mendahulukan orang lain. Dan inilah langkah pertama jika orang mau mengembangkan keahlian luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain.
Saya banyak belajar dari Pak Tony Sardjono, seorang relasi bisnis dari Jakarta, tentang bagaimana kita membangun dan memperindah relasi dan networking kita dalam segala bidang tidak saja bisnis. Keinginan untuk berbagi, menjadi kunci bagi kita untuk melakukan hal-hal biasa di sekitar kita, dengan cara yang luar biasa.
Saya meyakini inilah yang menjadi dasar kita dalam berkarya bagi orang lain, apapun jalurnya, termasuk credit union. Segalanya butuh uang, tapi uang bukan segalanya. Kita perlu passion for people dan passion for service ketika kita sangat menggebu menjalankan passion for business, lengkapi semua ini dengan passion for knowledge.
Dari Pak Tony juga saya melihat sebuah ketulusan akan sebuah servis, bukan saja ketika bekerja tapi dalam keseharian kita juga. Ternyata attitude menjadi kunci sukses hidup kita, bukan hal-hal lain.
Thank's Mr. Tony...