The Power of Book
Posted: Selasa, 14 April 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Buku adalah jendela dunia. Karena itu, membaca buku akan membuka dunia bagi siapapun juga. Karena itu, buku bukan sekadar sumber ilmu, namun juga 'tambang emas' kesuksesan yang perlu terus digali dan dimaksimalkan potensinya.
Beberapa tahun silam, dua orang peneliti bernama George dan Alec Gallup mengadakan penelitian mengapa ada orang yang lebih sukses dibanding orang lain. Hasil penelitian yang dibukukan dalam judul 'The Great American Success Story' itu menyebut bahwa orang sukses pasti senang membaca...
Inilah fakta, bahwa membaca membuka cakrawala mencapai kesuksesan sebenarniya. Namun, jauh sebelum dilakukan penelitian itu, masyarakat China sudah mengenal pepatah yang sangat dalam maknanya.
Filosofi yang bisa diterjemahkan dari kalimat tersebut sangat luas dan dalam. Banyak makna pembelajaran di dalamnya. Kalimat tersebut mengajak orang untuk mau membaca buku. Sebab, buku memang sumber informasi tentang segala hal. Apalagi, buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa. Beribu-ribu informasi dan pengalaman diteliti, dipilah, dianalisis, dan dicari saripatinya kemudian dirangkai dalam untaian kalimat yang bisa diturunkan beribu-ribu tahun kemudian. Kitab 13 Strategi Perang Sun Tzu yang legendaris misalnya, menyisakan saripati pembelajaran strategi yang bisa diaplikasikan di berbagai bidang yang tak lekang oleh zaman, meski ditulis lebih dari 2.400 tahun silam.
Membaca buku ibarat membuka pikiran dan jiwa sehingga kita bisa mendengar suara dari orang-orang di belahan dunia dan zaman yang lain. Membaca buku membuat kita mampu 'bercakap-cakap' dengan orang di masa lampau, bicara dari hati, dan langsung menembus pikiran. Memang, tak jarang kita menemui buku-buku yang mungkin tak kita sukai. Tetapi, dalam setiap buku sesungguhnya minimal ada satu hal, satu pelajaran, satu nilai, satu hikmah, satu pengetahuan, dan satu jalan keluar. Sesuatu yang ada dalam buku itu, entah disadari atau tidak, bisa jadi mengandung pengetahuan yang mengandung banyak makna. Karena itu, setiap buku pastilah ada manfaatnya.
Bisa dikatakan, membiasakan diri membaca buku berarti membiasakan berguru pada sumber-sumber ilmu yang luar biasa. Kandungan dan kekayaan berbagai jenis ilmu bisa kita serap dengan mudahnya melalui membaca. Jadi, membaca sebenarnya adalah sebuah aktivitas pengembangan diri untuk menjadi manusia yang sarat ilmu guna menggapai impian.
Bayangkan, jika kita bisa membaca minimal satu buku dalam seminggu, maka satu bulan minimal empat buku bisa kita cerna manfaatnya dan, tanpa terasa satu tahun sudah 52 buku kita lahap informasinya. Itu berarti, jika terus konsisten membaca, dalam lima tahun kita sudah me,baca 260 buku. Apabila buku yang kita baca topiknya menyangkut bidang yang kita geluti, maka lima tahun berlalu akan membuat kita menjadi ahli dalam bidang yang kita seriusi sehingga kita pasti akan menjadi insan yang kaya dan 'berkompeten' ilmu bermanfaat.
Lebih-lebih bagi saya yang menyadari bahwa pendidikan formal tidak tinggi, maka saya harus terus belajar, sehingga sejak 15 tahun lalu sudah membiasakan dan memaksa diri untuk membaca berbagai jenis bacaan, mulai dari buku marketing, manajemen, leadership, filsafat, hingga berbagai jenis buku lainnya. Kini 5 tahun terakhir saya memfokuskan diri membaca buku-buku marketing dan manajemen. Melalui buku, saya mampu memperbanyak wawasan untuk mengembangkan potensi diri. Sebab, bagi saya, buku adalah guru yang selalu menemani saya untuk terus belajar tanpa henti. Baik saat menunggu di bandara, sebelum berangkat tidur, kebiasaan membaca terus saya pelihara untuk memperkaya khasanah pikiran. Dan kini, dari berbafai bacaan dan pengalaman hidup, saya membagikannya kepada sahabat sekalian melalui berbagai training dan khususnya blog ini.
Maka, tepat kiranya filosofi 'Orang miskin karena buku dia akan menjadi kaya (materi). Orang kaya karena buku akan menjadi anggun (bijaksana)'. Tentunya, kekayaan dan keanggunan yang dimaksud bukan semata soal materi ataupun penguasaan informasi semata. Namun, adanya nilai kekayaan mental dan wisdom-lah yang jauh lebih berharga untuk menggapai sukses sebenarnya.
Karena itulah, saya berterima kasih pada Bapak IB Sidemen, dosen saya di Fakultas Sastra Universitas Udayana yang secara tegas 'memaksa' saya untuk menyisihkan dana dari uang beasiswa waktu kuliah atau setelah kerja untuk membeli minimal 2 buku setiap bulannya, dan tentu saja membacanya. Terima kasih juga, Pak Tony Sardjono, dalam kesempatan bertemu yang sangat singkat beberapa hari lalu di Bali Rani Hotel, beliau menyempatkan diri membawakan 'oleh-oleh special' dari Jakarta untuk saya, oleh-oleh berupa buku.
Ini akan menjadi warisan berharga bagi anak cucu kita. Jauh lebih berharga dan bernilai dibanding apapun di dunia ini. Maka, demi bekal kehidupan yang tak lekang oleh zaman, kita harus mulai membiasakan atau - jika perlu - memaksa sedikit diri untuk membaca. Mari, kita sisihkan waktu sejenak untuk melihat dan mencari berbagai buku yang bermanfaat agar kita menjadi insan yang penuh dengan wisdom. Mulailah dari yang kita sukai ...
Beberapa tahun silam, dua orang peneliti bernama George dan Alec Gallup mengadakan penelitian mengapa ada orang yang lebih sukses dibanding orang lain. Hasil penelitian yang dibukukan dalam judul 'The Great American Success Story' itu menyebut bahwa orang sukses pasti senang membaca...
Inilah fakta, bahwa membaca membuka cakrawala mencapai kesuksesan sebenarniya. Namun, jauh sebelum dilakukan penelitian itu, masyarakat China sudah mengenal pepatah yang sangat dalam maknanya.
Orang miskin karena buku dia akan menjadi kaya. Orang kaya karena buku dia akan menjadi anggun...
Filosofi yang bisa diterjemahkan dari kalimat tersebut sangat luas dan dalam. Banyak makna pembelajaran di dalamnya. Kalimat tersebut mengajak orang untuk mau membaca buku. Sebab, buku memang sumber informasi tentang segala hal. Apalagi, buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa. Beribu-ribu informasi dan pengalaman diteliti, dipilah, dianalisis, dan dicari saripatinya kemudian dirangkai dalam untaian kalimat yang bisa diturunkan beribu-ribu tahun kemudian. Kitab 13 Strategi Perang Sun Tzu yang legendaris misalnya, menyisakan saripati pembelajaran strategi yang bisa diaplikasikan di berbagai bidang yang tak lekang oleh zaman, meski ditulis lebih dari 2.400 tahun silam.
Membaca buku ibarat membuka pikiran dan jiwa sehingga kita bisa mendengar suara dari orang-orang di belahan dunia dan zaman yang lain. Membaca buku membuat kita mampu 'bercakap-cakap' dengan orang di masa lampau, bicara dari hati, dan langsung menembus pikiran. Memang, tak jarang kita menemui buku-buku yang mungkin tak kita sukai. Tetapi, dalam setiap buku sesungguhnya minimal ada satu hal, satu pelajaran, satu nilai, satu hikmah, satu pengetahuan, dan satu jalan keluar. Sesuatu yang ada dalam buku itu, entah disadari atau tidak, bisa jadi mengandung pengetahuan yang mengandung banyak makna. Karena itu, setiap buku pastilah ada manfaatnya.
Bisa dikatakan, membiasakan diri membaca buku berarti membiasakan berguru pada sumber-sumber ilmu yang luar biasa. Kandungan dan kekayaan berbagai jenis ilmu bisa kita serap dengan mudahnya melalui membaca. Jadi, membaca sebenarnya adalah sebuah aktivitas pengembangan diri untuk menjadi manusia yang sarat ilmu guna menggapai impian.
Bayangkan, jika kita bisa membaca minimal satu buku dalam seminggu, maka satu bulan minimal empat buku bisa kita cerna manfaatnya dan, tanpa terasa satu tahun sudah 52 buku kita lahap informasinya. Itu berarti, jika terus konsisten membaca, dalam lima tahun kita sudah me,baca 260 buku. Apabila buku yang kita baca topiknya menyangkut bidang yang kita geluti, maka lima tahun berlalu akan membuat kita menjadi ahli dalam bidang yang kita seriusi sehingga kita pasti akan menjadi insan yang kaya dan 'berkompeten' ilmu bermanfaat.
Lebih-lebih bagi saya yang menyadari bahwa pendidikan formal tidak tinggi, maka saya harus terus belajar, sehingga sejak 15 tahun lalu sudah membiasakan dan memaksa diri untuk membaca berbagai jenis bacaan, mulai dari buku marketing, manajemen, leadership, filsafat, hingga berbagai jenis buku lainnya. Kini 5 tahun terakhir saya memfokuskan diri membaca buku-buku marketing dan manajemen. Melalui buku, saya mampu memperbanyak wawasan untuk mengembangkan potensi diri. Sebab, bagi saya, buku adalah guru yang selalu menemani saya untuk terus belajar tanpa henti. Baik saat menunggu di bandara, sebelum berangkat tidur, kebiasaan membaca terus saya pelihara untuk memperkaya khasanah pikiran. Dan kini, dari berbafai bacaan dan pengalaman hidup, saya membagikannya kepada sahabat sekalian melalui berbagai training dan khususnya blog ini.
Maka, tepat kiranya filosofi 'Orang miskin karena buku dia akan menjadi kaya (materi). Orang kaya karena buku akan menjadi anggun (bijaksana)'. Tentunya, kekayaan dan keanggunan yang dimaksud bukan semata soal materi ataupun penguasaan informasi semata. Namun, adanya nilai kekayaan mental dan wisdom-lah yang jauh lebih berharga untuk menggapai sukses sebenarnya.
Karena itulah, saya berterima kasih pada Bapak IB Sidemen, dosen saya di Fakultas Sastra Universitas Udayana yang secara tegas 'memaksa' saya untuk menyisihkan dana dari uang beasiswa waktu kuliah atau setelah kerja untuk membeli minimal 2 buku setiap bulannya, dan tentu saja membacanya. Terima kasih juga, Pak Tony Sardjono, dalam kesempatan bertemu yang sangat singkat beberapa hari lalu di Bali Rani Hotel, beliau menyempatkan diri membawakan 'oleh-oleh special' dari Jakarta untuk saya, oleh-oleh berupa buku.
Ini akan menjadi warisan berharga bagi anak cucu kita. Jauh lebih berharga dan bernilai dibanding apapun di dunia ini. Maka, demi bekal kehidupan yang tak lekang oleh zaman, kita harus mulai membiasakan atau - jika perlu - memaksa sedikit diri untuk membaca. Mari, kita sisihkan waktu sejenak untuk melihat dan mencari berbagai buku yang bermanfaat agar kita menjadi insan yang penuh dengan wisdom. Mulailah dari yang kita sukai ...