Credit Union, The New Spiritual Company

Posted: Senin, 25 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Beberapa hari lalu, saya mendapat kiriman buku dari guru saya, Mas Yuswohady. Buku terbaru yang beliau editori. Buku berjudul 'Great Spirit, Grand Strategy' (Gramedia Pustaka Utama, 2013)ini ditulis oleh Arief Yahya, Direktur Utama Telkom. Buku ini berisi platform strategi yang menjadi landasan Pak AY (begitu ia biasa dipanggil di internal Telkom) dalam memanajemeni Telkom.


Dalam buku tersebut, Pak AY menuangkan betul betul butir-butir pemikiran manajemennya. Salah satu butir pemikiran yang saya sukai adalah mengenai peran spiritualism dalam membangun sebuah organisasi. Saya menjadi sangat terinspirasi oleh nilai-nilai dalam buku ini untuk bisa diterapkan di dunia credit union Indonesia.

Bunuh Diri

Posted: Minggu, 17 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Orang-orang yang bunuh diri, rohnya tidak akan pernah sampai ke tujuan. Mereka juga tidak bisa kembali ke tempat darimana mereka datang. Mereka ‘tersangkut’ di tengah jalan tanpa kepastian.

Pernyataan yang disampaikan oleh salah satu tokoh supranatural dalam sebuah acara televisi yang mengungkap dunia lain manusia beberapa waktu lalu, terus melekat dalam ingatan saya. Hal ini mengingatkan saya akan kultwit Komaruddin Hidayat, tentang roh orang-orang yang meninggal karena bunuh diri. Beliau-beliau ini menjelaskan soal roh yang tersesat ini.

Bagaimanakah Diferensiasi Itu?

Posted: Minggu, 17 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Beberapa jam sebelum saya posting tulisan ini, saya mendapatkan BBM dari seorang sahabat credit union di Pontianak, Kalbar.

Isinya kurang lebih seperti ini, ‘Credit union kami dapat bertahan karena kualitas produk dijaga terus-menerus. Penjualan diupayakan tidak berfluktuasi, namun tampaknya image merek tak mampu setara dengan merek lembaga keuangan lain, seperti bank. Sekalipun bisa kami katakan kualitas merek mereka di bawah kualitas kami? Apa yang salah, Mas?’

Meskipun saya sering mendapat pertanyaan serupa dari para sales, marketer, maupun sahabat credit union, namun saya tetap dengan senang hati meresponnya, dengan jawaban yang hampir sama. Hehehe...

Ini serius, saya selalu memberikan inspirasi tentang diferensiasi dimana pun dan dalam konteks apapun, dengan garis besar pembicaraan yang hampir sama. Penjelasannya seperti ini...

Credit Union Is The New Powerhouse

Posted: Minggu, 17 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Selamat Pagi, Credit Union!
Lama saya tidak menulis tentang credit union, khususnya di Indonesia. Beberapa hari lalu, saya mulai terusik dengan keberadaan credit union di Indonesia, yang seolah menjadi terkesan ‘ecek-ecek’, hanya karena saya melihat sebuah acara talkshow di sebuah televisi lokal Kalimantan.

Dalam talkshow yang menghadirkan seorang tokoh credit union di Kalimantan Barat (tokoh tersebut selama ini mengklaim diri sebagai bapaknya gerakan credit union di Kalimantan Barat) sebagai narasumber, terlihat jelas bagaimana bias dan tidak jelasnya credit union di Indonesia. Tayangan yang bagi saya seharusnya menjadi kesempatan emas bagi credit union untuk show the power, menjadi hambar dan ‘biasa-biasa saja’ alias sia-sia, hanya karena ketidakmampuan sang narasumber mempresentasikan positioning dan differentiation credit union. Ironi besar, karena sang narasumber berasal dari ‘kiblat’-nya credit union di Indonesia.

Saya tidak sepakat bahwa itu 'hanyalah' soal marketing communication. Karena bagi saya, komunikasi menjadi sarana ampuh (golden ways) bagi sebuah produk, apalagi brand untuk tidak sekadar di-aware oleh pelanggannya, namun sekaligus juga bisa diasosiasi dengan benar dan tepat di benak dan hati pelanggannya.

Kebaikan Kecil

Posted: Kamis, 14 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Malam minggu, Rangga dan Rossa (adik kelas satu fakultas yang baru sebulan dipacarinya) bergandengan di halte bus, menunggu taksi yang bakal membawa mereka ke sebuah konser music yang diadakan di pinggir kota Denpasar. Hujan deras sejak setengah jam lalu, menambah romantis kencan mereka.

Ketika tiba-tiba, seorang gadis berlari kesetanan, hendak menyeberang jalan, menuju halte di seberang kampus. Rangga kenal si gadis, Rahmadiana, yang berjuluk ‘Ratu Katrok’. Gaya berdandan Rahma memang ndeso.

Tak gampang menyeberang di tengah hujan deras dan angin kencang. Tapi, Rahma nekat, hingga pakaiannya basah dan buku-bukunya kuyup. Sejenak Rahma jadi ‘tontonan’, sebelum ‘diselamatkan’ Rangga, yang memintanya masuk ke dalam taksi.

Asal Bukan Saya

Posted: Kamis, 14 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Guyon ini kerap tercetus. Ketika bau kentut merebak, orang Inggris yang kebetulan ‘membuang’-nya mengaku dengan bilang, “Pardon me!” Tapi, kalau kebetulan orang Australia yang melakukannya, ia akan berkata, “Forgive me!” Sedangkan orang Amerika, “Execuse me!” Tapi, apa kata orang Indonesia? “Not me!

Pasti ada keprihatinan yang dalam, sehingga kita begitu sinis kepada bangsa sendiri.

Ngaso = Meletakkan Beban

Posted: Kamis, 14 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Alexis Carrel  seorang ahli bedah kelahiran Lyons, Prancis, pejuang militer, sekaligus ilmuwan yang pernah mengilhami Charles Lindbergh dalam ilmu penerbangan, dikenal sebagai pekerja keras. Meski demikian pemenang Nobel Kedokteran 1912 ini tetap menyarankan agar kita mencari waktu untuk ngaso (istirahat), di tengagh sempitnya kesempatan. Sebaiknya kita istirahat dan menghibur diri dengan berbagai cara sehingga istirahat dan hiburan tersebut tidak menimbulkan kelelahan baru.

Manfaat ngaso bermacam-macam. Suatu kali, seorang porfesor memulai kuliahnya dengan mengangkat sebuah gelas kaca penuh air di depan para mahasiswanya. “Berapa berat gelas ini?” Jawaban mahasiswa beragam, “Mungkin 100 gram, 150 gram, ¼ kg.”

Belajar Setia pada Impian Kita

Posted: Rabu, 13 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kesetiaan dan keyakinan itu pilihan. Dan sebuah pilihan tentu ada konsekuensi dan membutuhkan pengorbanan serta perjuangan untuk mendapatkan dan mempertahankannya. Hebatnya, seringkali sukses hidup manusia ditentukan oleh seberapa kuat dan mampu kita mempertahankan keyakinan diri dan hati kita. 

Impian besar saja tidak cukup, kita butuh keyakinan dan kemampuan untuk mempertahankan keyakinan impian kita itu, agar impian tidak lagi sebatas impian, namun terwujud menjadi sebuah kenyataan dan kesuksesan. Ada cerita inspiratif untuk sahabat sekalian, semoga terinspirasi...

Seseorang pedagang ikan .memulai berjualan di pasar dipagi hari. Agar dapat menarik banyak pembeli, ia memasang papan pengumuman bertuliskan "HARI INI DI SINI DIJUAL IKAN SEGAR!"

Don't Judge A Book by Its Cover!

Posted: Rabu, 13 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Menilai apalagi men-justifikasi sesungguhnya bukan kewajiban kita sebagai manusia, apalagi yang kita nilai dan justifikasi adalah mereka yang menjadi sesama hidup kita. Apapun kondisi kita, akan sangat sulit melihat dan menilai orang lain, apalagi jika hanya berdasarkan penglihatan luar kita. 

Manusia adalah makhluk yang terus bertumbuh, sekecil apapun itu, jadi kita tidak akan pernah mendapatkan sisi obyektifitas dalam menilai karakter atau perilakunya, bahkan juga fisiknya sekalipun. Ibarat sebuah obyek foto, maka manusia adalah moving object, selalu bergerak (bertumbuh) bahkan kadang tanpa kendali.

Berikut ini, seperti biasa, ada kisah inspiratif buat sahabat sekalian. Semoga membawa inspirasi dan kebaikan...


Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi, lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah seorang pelayan.

Arti Hidup Seratus Ribu Rupiah...

Posted: Selasa, 12 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Selamat Pagi, sahabat!

Kisah ini terjadi sekitar 8 tahun yang lalu. Saya teringat kembali dan ingin membagikan dengan teman-teman, karena beberapa hari yang lalu, sahabat yang saya sebut dalam kisah ini, menghubungi saya...

Begini kisahnya...

Wisuda, Hari Kemenangan atau Kekalahan?

Posted: Minggu, 10 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Sabtu, 9 November 2013, beberapa ruas jalan utama kota Ruteng, Manggarai dipenuhi oleh para wisudawan. Mereka yang baru ‘ditahbiskan’ dari kawah candradimuka pendidikan, yang mungkin tidak sekadar menguras energi dan biaya, namun juga emosi dari sebuah kampus lokal bernama STKIP St. Paulus, larut dalam keceriaan dan suka cita, seolah-olah baru saja terlepas dari suatu beban berat. Yups… rata-rata dari mereka adalah wisudawan sekaligus calon-calon ujung tombak pendidikan bangsa ini. Semoga…

Saya menjadi tertarik dengan istilah wisudawan, bukan hal lainnya. Seringkali saat bulan ramadhan tiba, para pemuka agama menganalogikan orang yang selesai berpuasa sebagai wisudawan. Menurutnya, berpuasa itu ibarat mengikuti ujian dari Tuhan. Ujian ini diselenggarakan secara amat ketat dan berlangsung dengan sangat fair karena Tuhan sendirilah yang menjadi jurinya. Setelah lulus, tentu saja Anda masih harus membuktikan kualitas ‘kesarjanaan’ Anda selama setahun ke depan. Hal ini juga yang melanda sebagian besar mahasiswa, dimana pun dan dari kampus apapun.

Tepatkah analogi tersebut? Sepintas lalu, kita mungkin tidak akan menemukan masalah apapun. Namun kalau kita renungkan kembali lebih dalam, analogi tersebut jelas bermasalah, bahkan berpotensi mereduksi makna dan hakikat puasa sebenarnya.

Apakah saya sedang mengada-ada atau membesar-besarkan masalah? Tentu saja, Anda dapat menilainya sendiri. Yang jelas bagi saya, penggunaan analogi itu sangat penting. Analogi adalah cara kreatif untuk menggali sesuatu yang ada di bawah kesadaran kita. Analogi yang kita gunakan menggambarkan paradigma terdalam diri kita.

Speedy Gonzales Strategy

Posted: Minggu, 10 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

“Kecepatan akan menjadi kunci dari kemenangan Anda dalam persaingan pasar. Bukan lagi siapa yang kuat, dialah yang akan menang tapi siapa yang cepat dia yang akan keluar sebagai pemenang...”

Waktu adalah uang…
Waktu adalah bisnis…
Waktu adalah produktivitas…
Waktu adalah inovasi dan kreativitas…
Waktu adalah sumber kenyamanan…
Waktu adalah sumber kemenangan…

Inilah berbagai jargon yang banyak dinyatakan dan diyakini oleh para pelaku bisnis di seluruh dunia. Intinya, perusahaan dan para pelaku bisnis sangat percaya bahwa waktu adalah sumber diferensiasi. Percayakah Anda akan hal ini?

Perusahaan akan memenangkan persaingan karena kualitas, biaya, dan kecepatan dalam merespon pasar. Contoh perusahaan yang memenangkan persaingan karena waktu sangatlah banyak. Yang mugkin paling sering didengar adalah kemenangan Toyota terhadap perusahaan-perusahaan otomotif Amerika yang banyak bermarkas di Detroit.

Pada dekade 1990-an, Toyota hampir unggul di semua lini. Untuk memproduksi sebuah mobil baru, Toyota membutuhkan waktu 3 tahun dan Detroit selama 5 tahun. Untuk membuat sebuah produk hingga menjadi produk jadi, Toyota membutuhkan waktu 2 hari dan Detroit selama 5 hari. Untuk memenuhi kebutuhan dealer, maka Toyota membutuhkan waktu selama 1 hari dari sejak order diterima, dan Detroit selama 5 hari. Total pergantian stok untuk dealer Toyota adalah 16 kali per tahun, sementara dealer dari merek-merek mobil Detroit adalah 8 kali per tahun. Karena kecepatan ini, kita kemudian mengenal sebuah model yang disebut dengan just in time. Hingga sekarang, model ini telah memberikan inspirasi kepada seluruh perusahaan di seluruh dunia.

Akhirnya, pada tahun 2007 ini, kita melihat Toyota telah menjadi produsen terbesar di seluruh dunia. Angka-angka yang diperoleh pada dekade 1990-an, dalam kurun waktu 15 tahun kemudian, telah menjadi sebuah kemenangan besar di pasar. Inilah perusahaan yang telah memperlihatkan betapa pentingnya waktu untuk memenangkan persaingan pasar.

Kalau kita membeli saham Southwest Airlines di tahun 1990, maka hari ini, kita akan mendapatkan gain sebanyak 15 kali lipat. Bila pada tahun yang sama Anda memutuskan untuk membeli saham perusahaan penerbangan lainnya seperti Delta, Northwest, United Airlines atau American Airlines, maka harga saham Anda tidak akan berbeda atau bahkan ada yang berkurang nilainya. Southwest Airlines adalah perusahaan yang hanya fokus kepada tiga hal, yaitu melayani penerbangan yang berjarak pendek tetapi dengan schedule yang banyak, pelayanan yang berkualitas dan kecepatan.

Dalam hal kecepatan, Southwest Airlines hanya membutuhkan ground time sekita 20 - 25 menit untuk mengisitirahatkan pesawatnya sebelum terbang lagi. Ini terjadi karena penanganan nomor kursi tempat duduk lebih efisien, sementara pelayanan di pesawat dan pelayanan ekstra lainnya yang tidak penting dieleminasi. Bandingkan dengan American Airlines yang membutuhkan ground time selama 55 menit. Selisih waktu 30 menit inilah yang digunakan oleh Southwest Airlines untuk terbang di udara dan memperoleh revenue dan profitabilitas per pesawat yang lebih tinggi. Kecepatan ini juga ditopang oleh kekuatan dari para top management untuk menciptakan budaya bekerja yang lebih cepat.

Deretan contoh perusahaan global yang memenangkan persaingan karena kecepatan, sangat banyak. Fedex dan DHL sulit ditembus dominasinya karena kedua perusahaan ini sangat fokus untuk membuat pelayanan yang secepat mungkin. Bila Anda pernah menonton film Castaway yang dibintangi oleh Tom Hanks, terlihat jelas film ini disponsori oleh Fedex, yang ingin menceritakan kepada dunia, betapa pentingnya bekerja secara cepat.

Salah satu iman dari Google adalah fast, fast and fast. Mereka harus membuat search engine yang bekerja dengan sangat cepat. Kecepatan inilah yang akhirnya membuat Google mampu meninggalkan para pesaingnya sebagai hunter site paling ‘jago’.

Ekspansi, Kepercayaan, dan Inspirasi

Posted: Senin, 04 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

‘Capacity expansion is one of the most significant strategic decisions faced by firms, measured both in terms of the amount of capital involved and the complexity of the decision-making problem... Capacity decisions require the firm to commit resources based on expectations about conditions far into the future’. (Michael E. Porter, Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, 1980)

Ironis, ketika banyak negara mengecam AS dengan mengklaim diri sebagai anti-imperialis, anti-hegemoni, anti-monopoli, Christianto Wibisono (The Global Nexus, 2007) melaporkan, orang yang berteriak anti AS ternyata duitnya malah di taruh di Wall Street. Malah, negara-negara yang secara politik mengecam AS, mendukung dan membenarkan ‘teror’, dalam hati kecil juga masih merasa aman menaruh duit di AS. Mereka masih percaya bahwa gubernur bank sentral AS tidak akan korupsi atau KKN. Terlebih dari itu, mereka percaya bahwa lembaga hukum di AS berfungsi secara imparsial dan independen. Sehingga, biarpun bank sentral AS cuma memasang tarif suku bunga yang kecil (2 – 4%, bahkan 1% di tahun 2003) ada sekitar US$ 4 triliunan harta milik dunia disimpan di AS.

Jika mengacu pada teori Capacity Expansion-nya Michael Porter, maka salah satu syarat untuk berkembang telah terpenuhi, yaitu akumulasi amount of capital. Dilengkapi dengan kompetensi bangsa dalam metodologi pemecahan masalah (problem-solving methodology) yang dilandasi sikap rasional, asas keadilan dan kematangan berdemokrasi, bakal menumbuhkembangkan saling percaya ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Akibatnya, dinamika wacana intelektual dan praksis sosialnya terus berputar ke atas (spiral-up movement).

Di tataran makro maupun mikro pada galibnya esensi pembangunannya tak jauh berbeda. Manakala pertumbuhan bisnis dilandasi pembangunan kultur yang pada ujungnya membuat perusahaan jadi layak dipercaya (trustworthy), dan bisa jadi model serta inspirasi yang membuat banyak pihak ingin mengemulasinya, maka organisasi ini sesungguhnya sudah menjadi asset bangsa. Pada gilirannya bangsa yang bisa menginspirasi bangsa lain adalah asset internasional.

… that a nation’s well being, as well as its ability to compete, is conditioned by a single, pervasive cultural chararacteristic: the level of trust inherent in society’. (Francis Fukuyama, Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity, 1995).

Saya Punya Ide...

Posted: Senin, 04 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Joni duduk termenung di salah satu sudut ruang kantornya. Dalam benaknya berseliweran sejumlah gagasan tentang bagaimana melakukan terobosan dalam pekerjaan, perusahaan, serta karier dan kehidupannya sendiri. Sebenarnya ia kerap ‘meluncurkan’ ide-idenya kepada pimpinan, tetapi sayangnya jarang diterima atau bahkan ditanggapi.

Apa sebenarnya pokok permasalahannya? Apakah idenya jelek? Tidak juga. Banyak ide yang bagus dan brilian, namun justru tidak dilakukan dengan benar. Kalau sudah begitu, ide yang bagus tadi menjadi terbuang percuma. Sungguh sayang… Ide yang hanya terpendam di kepala tidaklah berguna.

Sejatinya mempunyai ide itu bagus, sedangkan menawarkan atau mengutarakan kepada pihak lainlah yang menjadi tantangannya. Tak bisa dimungkiri, banyak orang takut mengemukakan ide yang dipikirkannya. Bayangan akan penolakan sudah lebih dulu muncul dan telah menggurita di sana sini. Akibatnya, mereka takut kalau ide yang dianggap brilian itu justru ditolak mentah-mentah oleh orang lain. Padahal, mempunyai pikiran yang positif itu teramat penting. Berpikir positif akan membuka kesempatan untuk mengutarakan atau menawarkan ide-ide yang kita temukan. Ide adalah produk yang berasal dari inspirasi, kreativitas, dan kerja keras Anda sendiri.

Memang, tidak ada formula khusus untuk mem-pitching-kan ide Anda. Tetapi, penting sekali untuk diingat bahwa proses dan persiapannya membutuhkan waktu yang lebih panjang daripada waktu yang diperlukan untuk mempresentasikan ide tersebut. 

Tip-tip berikut mungkin bisa membantu untuk mengeluarkan ide-ide yang tengah terkubur di dalam pikiran Anda. Sehingga, Anda dapat mempresentasikan dengan efektif dan semoga dapat diterima dengan baik oleh pihak lain.

Iklan Adalah (Hasil) Perbuatan

Posted: Minggu, 03 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Akhir-akhir ini, kenyamanan hati saya mulai terusik oleh iklan gerakan cuci tangan, dengan latar belakang tingkat kesehatan hidup masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang 'dikatakan' rendah. Iklan itu seolah menjadi pembenar, bahwa masyarakat NTT adalah masyarakat terbelakang, dengan kehidupan yang sangat sulit. Iklan ini seolah-olah juga menyempurnakan iklan-iklan tentang kondisi NTT lainnya, seperti tentang sulitnya air bersih di NTT. Sebuah generalisasi persoalan, tanpa (maaf) data yang akurat. Saya tidak peduli apa misi di balik iklan ini, apakah murni sebuah gerakan sosial atau ada misi-misi lain yang terselubung. Namanya juga iklan, selalu ada hidden agenda yang ingin disampaikan…



Belum lagi jika saya memerhatikan iklan para calon pemimpin negeri ini. Setiap iklan-iklan itu tayang, saya selalu ‘ngelus dada’… Saya tidak begitu paham dengan tujuan iklan yang sangat pribadi tersebut. Ada yang mengatakan bahwa iklan tersebut merupakan kampanye awal untuk mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Indonesia. Tapi saya juga tidak terlalu mempedulikan hal tersebut, yang ada di pikir saya hanya satu, hidup adalah perbuatan. Saya sepakat, iklan itu adalah hak setiap pengiklan dan pemilik produk. Tapi saya tidak sangat tidak sepakat, jika iklan itu sarat pembodohan apalagi pembohongan.

Bagi saya, iklan adalah hasil dari perbuatan, bukan rencana dari sebuah perbuatan. Sama dengan hidup, hidup adalah perbuatan!