Don't Judge A Book by Its Cover!

Posted: Rabu, 13 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Menilai apalagi men-justifikasi sesungguhnya bukan kewajiban kita sebagai manusia, apalagi yang kita nilai dan justifikasi adalah mereka yang menjadi sesama hidup kita. Apapun kondisi kita, akan sangat sulit melihat dan menilai orang lain, apalagi jika hanya berdasarkan penglihatan luar kita. 

Manusia adalah makhluk yang terus bertumbuh, sekecil apapun itu, jadi kita tidak akan pernah mendapatkan sisi obyektifitas dalam menilai karakter atau perilakunya, bahkan juga fisiknya sekalipun. Ibarat sebuah obyek foto, maka manusia adalah moving object, selalu bergerak (bertumbuh) bahkan kadang tanpa kendali.

Berikut ini, seperti biasa, ada kisah inspiratif buat sahabat sekalian. Semoga membawa inspirasi dan kebaikan...


Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi, lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah seorang pelayan.

Seorang pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu, lalu memberikan buku menu makanan. Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.

“Berapa harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?” tanya si anak kecil. Si pelayan menjawab, “Lima puluh ribu.”
Anak kecil itu lantas memasukkan tangan ke dalam saku celana dan mengambil beberapa uang receh, kemudian menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, “Kalau es krim yang tidak diberi saus strawberry dan cokelat?”

Si pelayan yang sudah mulai kesal dengan tingkah laku si anak, mengerutkan kening dan menjawab, “Dua puluh ribu.”
Sekali lagi anak kecil itu mengambil uang receh dari dalam saku celananya lalu menghitung. “Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?” Kesal dengan kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, “Sepuluh ribu!”
Sang anak lalu tersenyum, “Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!”

Pelayan itu mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur, dan beberapa saat kemudian kembali membawa es krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh itu dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan kembali datang memberikan nota pembayaran.

“Semua sepuluh ribu, bukan?” tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan setumpuk uang receh. Wajah si pelayan tampak masam karena harus menghitung ulang receh-receh itu. Lalu si anak mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku belakang celananya, “Dan ini tips untuk Anda!” ujar sang anak sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.

Ups... 

Ada kalanya kita tidak hanya melihat apa yang melekat pada tubuh seseorang saja sebagai penilaian. Bukan hal yang bagus untuk meremehkan seseorang hanya dari dan karena penilaian luarnya. Kita tidak akan pernah tahu pada beberapa waktu yang akan datang, seseorang yang kita nilai rendah dan remehkan bisa jadi merupakan pengantar rejeki yang tak terduga bagi hidup kita.

Don't Judge A Book by Its Cover!

0 komentar: