Bagaimanakah Diferensiasi Itu?
Posted: Minggu, 17 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Credit Union
0
Beberapa jam sebelum saya posting tulisan
ini, saya mendapatkan BBM dari seorang sahabat credit union di Pontianak,
Kalbar.
Isinya kurang lebih seperti ini, ‘Credit
union kami dapat bertahan karena kualitas produk dijaga terus-menerus.
Penjualan diupayakan tidak berfluktuasi, namun tampaknya image merek tak mampu
setara dengan merek lembaga keuangan lain, seperti bank. Sekalipun bisa kami
katakan kualitas merek mereka di bawah kualitas kami? Apa yang salah, Mas?’
Meskipun saya sering mendapat pertanyaan serupa dari para sales,
marketer, maupun sahabat credit union, namun saya tetap dengan senang hati
meresponnya, dengan jawaban yang hampir sama. Hehehe...
Ini serius, saya selalu memberikan inspirasi tentang diferensiasi dimana pun dan dalam konteks apapun, dengan garis besar pembicaraan yang hampir sama. Penjelasannya seperti ini...
Apakah produk bagus dengan kualitas tinggi sudah cukup mengantarkan kita
menjadi market leader? Sekali lagi jawaban harus dikontekskan dengan
industri dan tingkat kompetisi yang dihadapi di industri kita. Sebelum
pembahasan ke tingkat persaingan dalam industri, maka sebaiknya disadari dulu
pengertian diferensiasi yang berbeda-beda antara satu pebisnis dengan pebisnis
lainnya.
Banyak persepsi yang salah kaprah mengartikan diferensiasi dalam
pemasaran sebagai keunikan produk. Bahkan, sebelum bicara keunikan produk, ada
yang menganggap bahwa ‘diferensiasi’ tingkat pertama dan yang paling mudah
dilakukan oleh marketer yang unsophisticated, yakni menawarkan produk dengan
‘harga lebih murah’ adalah sebuah keunikan. Paradigma berpikir seperti ini memang
diterapkan oleh marketer, khususnya credit union yang unsophisticated,
yang bisanya hanya membuat produk dengan harga lebih murah. Sebagai contoh,
banyak produk simpanan jangka panjang credit union yang masih memberikan bunga
jauh di atas bunga pasar. Tujuannya cuma satu, menggaet penabung
sebanyak-banyaknya dengan iming-iming
bunga besar.
Diferensiasi tahap kedua berbicara soal produk yang berbeda. Seringkali credit
union ngotot mencari cara membuat produk yang ‘lebih baik’, yang lebih
berkualitas. Bahkan, karena yakin produknya lebih berkualitas, maka credit
union begitu ngotot mencoba meyakinkan pasar bahwa produknya memang
lebih berkualitas daripada pesaing. Adakah yang salah jika membangun
diferensiasi dari sisi produk yang kita sendiri anggap lebih berkualitas
dibandingkan produk pesaing?
Pasalnya, pasar sekarang bukan hanya butuh produk yang berkualitas dengan
harga yang sesuai, tapi juga sudah membutuhkan kesemuanya, yakni harga yang
sesuai, dengan kualitas top, pelayanan dan pengalaman yang menyenangkan, serta image
yang kuat. Jika dipersamakan, maka pasar atau customer sekarang
butuhnya value yang berasal dari hasil hitungan kualitas dibagi harga.
Jika tidak punya kemampuan meningkatkan kualitas, maka yang sering dipilih oleh
credit union adalah menurunkan harga. Ini cara memasarkan yang paling
sederhana, sering dilakukan oleh credit union yang tidak mempunyai
keahlian pemasaran. Contohnya, melempar pinjaman dengan suku bunga pinjaman
yang lebih rendah dibanding suku bunga pasar, hanya karena kelebihan dana
mengendap dan takut kehilangan pasar.
Bagi credit union, diferensiasi seharusnya bukanlah menyajikan sesuatu
yang lebih baik, tetapi menyajikan sesuatu yang memang berbeda.
‘It’s better to be little bit different than to be little bit better. It’s about perception, perception and perception.’
Yang mesti dibangun adalah persepsi ‘kualitas yang berbeda’ tanpa harus
mengeluarkan biaya lebih mahal dibandingkan pesaing, dan persepsi better off
tanpa harus menurunkan harga lebih banyak dibanding pesaing. Apakah itu?
Kata kuncinya berbeda. Yang namanya beda, begini: kalau saya ke kanan,
Anda ke kiri. Kalau saya ke atas, Anda ke bawah. Kalau saya ke laut, Anda ke
gunung, nah ini namanya beda. Tetapi
yang sering kita temui, credit union mengartikan diferensiasi sebagai lebih
baik sedikit. Maka, kalau diterapkan contoh tadi, kalau saya ke kanan dengan
sepeda, Anda ke kanan dengan mobil, bukan ke kiri; kalau saya berlayar di laut
dengan perahu, Anda berlayar di laut dengan kapal motor, bukan ke gunung.
Alangkah sulitnya menjadi pelanggan yang harus membedakan mana yang lebih baik
bagi mereka, ke kanan bersepeda atau bermobil? Berperahu layar atau berperahu
motor?
Yang terjadi dengan hasil strategi pemasaran yang dilakukan credit union
selama ini adalah upaya below the line (memaksa alam sadar pelanggan), terus
percaya bahwa kualitas produk credit union sedikit lebih baik dibandingkan
pesaing dengan harga yang lebih murah. Penjualan memang terjadi, tetapi tanpa
ekuitas merek (mengukur ekuitas merek ini juga menjadi rumit, karena credit
union tidak terbiasa melakukannya, yang lebih sering dilakukan hanyalah audit
finansial). Yang optimal adalah penjualan terjadi karena adanya ekuitas merek.
Keadaan yang credit union hadapi menjadi sangat labil. Karena penjualan saat
ini tidak menjamin future cash flow yang sehat. Future cash flow yang
sehat ditentukan oleh kesehatan dan ekuitas merek. Untuk membangun ekuitas
merek mulailah beralih menggunakan strategi ke kanan dan ke kiri atau ke gunung
dan ke laut. Berbeda-beda. Bangun persepsi yang berbeda, sekaligus di saat
bersamaan mereposisi pesaing.
Selamat berjuang, sahabat credit union!
Think Big Start
Small…