Belajar Setia pada Impian Kita
Posted: Rabu, 13 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Kesetiaan
dan keyakinan itu pilihan. Dan sebuah pilihan tentu ada konsekuensi dan
membutuhkan pengorbanan serta perjuangan untuk mendapatkan dan
mempertahankannya. Hebatnya, seringkali sukses hidup manusia ditentukan oleh
seberapa kuat dan mampu kita mempertahankan keyakinan diri dan hati kita.
Impian besar saja tidak
cukup, kita butuh keyakinan dan kemampuan untuk mempertahankan keyakinan impian
kita itu, agar impian tidak lagi sebatas impian, namun terwujud menjadi sebuah
kenyataan dan kesuksesan. Ada cerita inspiratif untuk sahabat sekalian, semoga
terinspirasi...
Seseorang
pedagang ikan .memulai berjualan di pasar dipagi hari. Agar
dapat menarik banyak pembeli, ia memasang papan pengumuman bertuliskan "HARI
INI DI SINI DIJUAL IKAN SEGAR!"
Tidak
lama kemudian, datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.
"Mengapa kau tuliskan kata HARI INI? Bukankah kau memang hari ini
berjualan, bukan kemarin atau besok?"
Pedagang ikan itu berpikir dan menjawab, "Iya, kau benar." Kemudian ia menghapus tulisan "HARI INI" dan di papan tersebut tulisan berkurang menjadi "DISINI JUAL IKAN SEGAR!"
Beberapa saat kemudian datang pembeli kedua. Pembeli tersebut juga menanyakan tulisan di papan, "Mengapa kau tulis kata DI SINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DI SINI , bukan DI SANA atau di tempat lain?"
"Benar juga!" pikir si pedagang ikan tersebut, lalu dihapusnya kata "DI SINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR!"
Tidak lama kemudian datang pengunjung ketiga yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"
"Benar juga!", pikir si pedagang ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN!"
Pedagang ikan itu berpikir dan menjawab, "Iya, kau benar." Kemudian ia menghapus tulisan "HARI INI" dan di papan tersebut tulisan berkurang menjadi "DISINI JUAL IKAN SEGAR!"
Beberapa saat kemudian datang pembeli kedua. Pembeli tersebut juga menanyakan tulisan di papan, "Mengapa kau tulis kata DI SINI ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DI SINI , bukan DI SANA atau di tempat lain?"
"Benar juga!" pikir si pedagang ikan tersebut, lalu dihapusnya kata "DI SINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR!"
Tidak lama kemudian datang pengunjung ketiga yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata SEGAR ? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"
"Benar juga!", pikir si pedagang ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN!"
Sesaat kemudian, datanglah
pengunjung keempat yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis
kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan
dipamerkan atau dibagikan?"
Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "JUAL" dan tinggalah tulisan "IKAN!"
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung kelima, yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan bukan daging atau sayur? Dan di sini memang pasar ikan."
"Benar juga!", pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Tinggallah pedagang ikan tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan pada akhirnya tidak ada pengunjung yang datang membeli, meski banyak orang berlalu-lalang di depan tempat ia berjualan. Mereka tidak mengetahui jika ia berjualan ikan segar.
Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "JUAL" dan tinggalah tulisan "IKAN!"
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung kelima, yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan bukan daging atau sayur? Dan di sini memang pasar ikan."
"Benar juga!", pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Tinggallah pedagang ikan tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan pada akhirnya tidak ada pengunjung yang datang membeli, meski banyak orang berlalu-lalang di depan tempat ia berjualan. Mereka tidak mengetahui jika ia berjualan ikan segar.
Yakinlah bahwa tidak mungkin kita bisa memuaskan setiap orang. Sudah menjadi kodrat manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbeda-beda, dan membawa keunikan masing-masing.
Jadi utamakan suara hati kita!
Fokus pada impian kita, dan biarkan orang lain berpendapat!
Jangan jadikan pendapat orang lain untuk menentukan hidup kita, hargai dan jadikan sebatas referensi, bukan penentu sukses hidup kita!
Sukses dan nilai hidup diri kita, ditentukan diri kita sendiri...
Dream, Believe It, and Make It Happen!