Credit Union Is The New Powerhouse
Posted: Minggu, 17 November 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Credit Union
0
Selamat Pagi, Credit Union!
Lama saya tidak menulis tentang credit
union, khususnya di Indonesia. Beberapa hari lalu, saya mulai terusik dengan
keberadaan credit union di Indonesia, yang seolah menjadi terkesan ‘ecek-ecek’, hanya karena saya melihat
sebuah acara talkshow di sebuah televisi lokal Kalimantan.
Dalam talkshow yang menghadirkan seorang
tokoh credit union di Kalimantan Barat (tokoh tersebut selama ini mengklaim
diri sebagai bapaknya gerakan credit union di Kalimantan Barat) sebagai
narasumber, terlihat jelas bagaimana bias dan tidak jelasnya credit union di
Indonesia. Tayangan yang bagi saya seharusnya menjadi kesempatan emas bagi
credit union untuk show the power,
menjadi hambar dan ‘biasa-biasa saja’ alias sia-sia, hanya karena
ketidakmampuan sang narasumber mempresentasikan positioning dan differentiation
credit union. Ironi besar, karena sang narasumber berasal dari ‘kiblat’-nya
credit union di Indonesia.
Saya tidak sepakat bahwa itu 'hanyalah' soal marketing communication. Karena bagi saya, komunikasi menjadi sarana ampuh (golden ways) bagi sebuah produk, apalagi brand untuk tidak sekadar di-aware oleh pelanggannya, namun sekaligus juga bisa diasosiasi dengan benar dan tepat di benak dan hati pelanggannya.
Kondisi itu yang sering saya katakan
sebagai ugly-nya marketing credit
union. Ups... Maaf jika ada yang tersinggung.
Saya mencoba melupakan hal tersebut, dengan
menampilkan sisi lain dari credit union. Sisi yang selama ini sudah sangat
sering saya sampaikan di berbagai kesempatan bertemu dan ‘ngobrol’ dengan
sahabat-sahabat credit union. Yups… sisi marketing
value dari credit union. Seperti apa? Saya akan me-review untuk sahabat-sahabat credit union, semoga menginspirasi.
Ada satu ungkapan menarik yang dikemukakan
oleh James Kauzes dan Barry Posner, dua ‘guru besar’
kepemimpinan, dalam karya terakhirnya yang inspiratif, A Leader’s Legacy.
Kata Kauzes - Posner, ‘leadership is
about leaving a lasting legacy’. Untuk dapat mengubah dunia dan juga make
a difference, seseorang harus meninggalkan ‘warisan sepanjang masa’.
Jika analogi warisan ini juga diterjemahkan
dalam konteks credit union, maka credit union sebagai sebuah perusahaan, harus
mampu menjadi a Social Business Enterprise dengan salah satu unsur terpenting
dalam hidupnya adalah university of life-nya. Karena menjadi ‘pesantren’
kehidupan orang banyak yang ada di dalamnya, maka credit union juga harus
mempunyai ‘warisan sepanjang masa’.
Riilnya bagaimana?
Credit union harus menjadi pemimpin, guru,
kyai, pendeta, atau room dari pesantren kehidupan itu. Ia yang kemudian harus
terus menerus membentuk dan tak habis-habisnya menginsipirasi orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Tidak peduli itu anggota, manajemen, dan kepengurusan,
atau bahkan calon anggota. Bahkan seperti iklan sebuah sepeda motor, … yang
tidak beli pun tetap untung. Ini baru namanya doing good thing.
Kemudian untungnya bagi credit union apa?
Ya sudah pasti keuntungan riil, baik itu short-term
profit maupun long-term profit atau yang saya sebut sebagai return.
Pertanyaan eksistensial yang muncul
kemudian adalah, dengan cara apa credit union menuju ke kondisi ideal itu?
Pada prinsipnya, credit union bisa
dikategorikan sebagai sebuah powerhouse, yaitu perusahaan ekonomi kelas nasional,
bahkan dunia, yang serba besar, berpengaruh bagi masyarakat yang ada di
sekitarnya, mampu memberikan kontribusi yang maksimal bagi masyarakat, dan
tentu saja harus iconic.
Powerhouse credit union
sendiri bukan sekadar menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar dan
menyumbangkan pendapatan yang besar, namun juga mampu mengonversikan nilai
tambah. Ia secara terus menerus menciptakan value dari sesuatu yang
mungkin ‘statik di perut bumi’, menjadi manfaat yang besar. Ia juga mampu
menjadi icon yang mengangkat citra credit union dan koperasi secara umum,
baik sebagai sebuah lembaga bisnis maupun aset berharga milik bangsa.
Itulah alasan, mengapa credit union harus
bisa memberikan ‘warisan sepanjang masa’. Untuk bisa menjadi sebuah powerhouse,
credit union secara jujur harus mengakui bahwa mereka membutuhkan bukan lagi people,
tapi the right people. Mereka adalah manusia alfa (manusia pilihan,
the brightest star), dan tentu saja credit union yang mereka kendalikan
dan kelola bukanlah credit union ecek-ecek.
Credit union yang mampu tumbuh besar, butuh manusia unggul, yang tidak sekadar ‘thinking’ out of box, tetapi juga ‘jump’ out of the box.
Nah, ketika sahabat credit union membaca
tulisan ini, saya sangat berharap, credit union Anda telah mulai ‘menciptakan’ the
right people tersebut. Caranya? Memberikan ‘rumah’ bagi human resurce
development process yang profesional. Sehingga akan lahir
manusia-manusia alfa, yang tidak
sekadar pandai berhitung angka dan uang, punyai marketing communication skill yang oke, namun sekaligus juga punya passion for credit union yang unlimited.
Bagaimana dengan Anda?
Think
Big Start Small…