Belajar dari SpongeBob: Refleksi Akhir Tahun

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Kepada anak-anak salah satu pertanyaan favorit yang sering dilontarkan adalah: “Mau jadi apa kelak?” Pertanyaan klise memang. Padahal kalau mau direnungkan pertanyaan itu menyentuh jati diri terdalam.

Bukankah pelbagai profesi yang kemudian disebutkan hanya pantulan dari apa yang terlihat oleh mata hati terhadap diri sendiri? Di cermin itu terlihat apa yang diperkirakan sebagai jati diri kita: bakat, minat, karakter, idealisme yang kemudian mengristal pada pilihan profesi yang akan mengisi hidup kita.


Sayangnya, kadangkala cermin itu kabur sehingga gambarnya tidak begitu jelas. Maklum saja, menilai dan melihat orang lain biasanya lebih gampang ketimbang diri sendiri. Untunglah dalam hidup yang ingar-bingar ini ada sosok-sosok manusia yang berhasil menampilkan dirinya sebagai pribadi yang bening dan menginspirasi. Kebeningan yang menghasilkan karya-karya yang juga jernih. Kebeningan yang membuat orang tahu siapa dirinya dan apa yang hendak dicapainya dalam hidup.

'Kami Tidak Mau Jadi Manekin!'

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Manekin umumnya ada di mal atau department store. Tapi kini mulai banyak saya temui di rumah-rumah di seluruh penjuru tanah air. Coba saja lihat tipikal suasana keluarga kelas menengah Jakarta dan kota besa lainnya, di Sabtu pagi yang cerah. Di ruang keluarga, di situ tercermin kedekatan sebuah keluarga muda yang begitu indah. Di ruangan itu ada si bapak, si ibu, dan si anak yang usianya belum genap sepuluh tahun. Mereka sama-sama di depan TV ruang keluarga, duduk di satu sofa yang sama, wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan. Melihat kedekatan mereka terlintas potret sebuah keluarga yang ideal.

Tapi tunggu dulu. Di balik kedekatan tersebut sesungguhnya ada satu hal yang tidak beres. Coba kita lihat apa yang mereka masing-masing lakukan. Si bapak duduk di sofa sibuk dengan laptopnya mengutak-atik presentasi Powerpoint yang hari Seninnya harus dipresentasikan ke bos di kantor. Di samping mengerjakan presentasinya, tentu saja ia tetap multifungsi, dengan begitu lincah membagi perhatianya pada akun Twitter, Youtube, dan layar televisi yang ada persis di depannya


Social Proof Inspiration

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Dulu, saat saya liburan bareng istri dan anak-anak ke luar kota, ada kiat jitu yang kami pakai untuk memilih tempat makan yang tidak kami ketahui apakah sajiannya enak atau tidak. Biasanya kami muter-muter, kami telusuri satu-persatu warung atau restauran yang ada di kota itu, lalu kami cari mana dari warung atau restoran itu yang dikerumuni pengunjung. Kiat jitu itu adalah, memilih warung atau restoran mana yang paling ramai. Makin ramai, makin kami pilih.

Dari pengalaman kami, memang kiat itu terbukti jitu. Dari kasus-kasus yang kami alami, memang terbukti sebagian besar memang sajiannya enak. Tapi, pertanyaannya, apakah warung yang dikunjungi banyak orang itu pasti enak? Tentu tidak!

Banyak Hal Tidak Berubah, Namun Kita Berubah

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Tulisan ini saya apresiasikan kepada sahabat saya, Sari Prijanto, yang kemarin sempat mengirimkan message ke saya tentang pengalamannya berkarya di credit union. Semoga dapat membantu meyakinkan hati kita semua akan karya kita yang sebenarnya.

Pesawat jenis 747 merupakan salah satu prestasi terhebat abad ke-20. Hingga hari ini pesawat tersebut tetap jadi idola para pengguna transportasi udara lintas benua karena ruangan luas, teknologi super canggih, dan yang terpenting soal safety dapat diandalkan.

Kita Adalah Pena Hidup Kita

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Jika kita tidak bersikap, berpikir, dan berperilaku 
yang menumbuhkan kekuatan; kita pasti menumbuhkan kelemahan, 
dan yang dilemahkan adalah kehidupan kita…

Jika bukan kebaikan yang warnai hati, pikiran dan gerakan-gerakan tubuh kita;
pasti bukan kebaikan yang tumbuh subur dalam hari-hari kita,
dan yang diburukkan adalah kehidupan kita…

Jika bukan kasih sayang keindahan yang warnai hati, wajah, dan cara kita;
pasti bukan keindahan yang kita lihat dan rasakan di dunia ini,
dan yang dikejamkan adalah kehidupan kita…

Kita adalah pena yang menuliskan cara kehidupan kita sendiri;
Jika cerita yang kita pilih berisi kasih sayang dan keindahan,
maka tangan yang menggunakan kita adalah tangan Tuhan…

Berikan perhatian kita pada penderitaan sesama.
Sibuklah dalam melayani dengan kebaikan,
maka kebaikan itu juga akan menjadi bagian kita.

Berjalanlah dalam kebaikan kita.
Jalan-jalan kebaikan itu mudah ditemukan.
Karena jalan kebaikan adalah jalan Tuhan,
sehingga orang-orang yang berjalan di jalan kebaikan,
sebetulnya berjalan bersama Tuhan.

Hidup adalah mengonversikan kesempatan menjadi kenyataan.
Orang yang berhasil selalu luber dengan kesempatan.
Jadilah pribadi yang menjadikan diri kita 
kesempatan bagi orang yang membutuhkan.
Orang yang beruntung akan mendapatkan sahabat bernama kesempatan.

Nilai dari yang kita lakukan, menentukan nilai dari yang kita capai.
Lakukan hal-hal berharga bagi orang lain, 
karena itulah yang membuat hidup kita bernilai.

Kita memerhatikannya atau tidak, Tuhan tetap memerhatikan kita.
Kita meminta atau tidak, Tuhan tetap memberi pada kita.

Tetapi ingatlah…
Jika kita ingin Tuhan melebihkan perhatian-Nya pada kita,
maka lebihkanlah perhatian kita pada-Nya.

Jika kita ingin Tuhan melebihkan pemberian-Nya pada kita,
maka lebihkanlah alasan bagi kelebihan penerimaanmu itu.

Jika kita ingin Tuhan melayani kita,
maka layanilah sesama kita.
Melayani sesama adalah salah satu cara melayani Tuhan.

Bersegeralah melakukan kebaikan.
Bersegeralah untuk memperbaharui perasaan kita dengan kegembiraan.
Bersegeralah untuk merupawankan wajah kita dengan senyum.
Bersegeralah untuk memperindah tutur kata kita dengan keramahan.
Bersegeralah untuk menggunakan perilaku kita dengan kesantunan.
Bersegeralah untuk mengutuhkan semua yang kita lakukan dengan doa.

Jadikanlah diri kita orang yang mencontohkan kegembiraan,
dalam memenangkan kualitas kehidupan yang baik.

Jadilah orang yang bersemangat untuk membesarkan orang lain.

Orang yang besar adalah orang yang berhasil membesarkan orang lain.
Bila orang merasa kecil dan gagal mencari kebahagiaan,
itu bukan karena ia tidak menemukannya,
tetapi karena ia tidak berhenti sejenak, 

untuk sekadar menikmati apa yang telah dimilikinya...

Ketika Aku Tua

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadapku.

Ketika pakaianku terkena sup,
ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata 
tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar,
bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita 
yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil…
aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tekhnologi dan hal-hal baru, 
jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu, 

aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, 
ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, 
berilah aku waktu untuk mengingatnya.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, 

asalkan kau di sampingku, 
untuk sekadar mendengar atau bahkan pura-pura mendengar.
Itu sudah sangat memuaskan hatiku.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu
ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.

Dulu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini,
sekarang temani aku menjalani sisa hidupku.
Beri aku cinta dan kesabaranmu,
maka aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur.

Dalam senyum itu terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Jika Esok Tak Pernah Datang

Posted: Minggu, 01 Desember 2013 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur,
aku akan menyelimutimu lebih hangat dengan hatiku,
dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu,
aku akan memelukmu erat dan menciummu sepenuh hatiku,
dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji,
aku akan merekam setiap kata dan tindakanmu,
dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya aku bersamamu,
aku akan meluangkan waktu lebih lama, meski itu hanya satu atau dua menit,
untuk berhenti dan berkata, “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga…
seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,
aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda.
Dan hari ini mungkin kesempatan terakhir kita untuk memeluk erat orang yang kita sayang.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari ini.

Jadi, dekap erat orang-orang kita sayangi hari ini,
dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kita sangat mencintai mereka,
dan akan selalu menyayangi mereka.

Luangkan waktu untuk mengatakan…
“Aku menyesal”,
“Maafkan aku”,
“Terima kasih”, atau
“Aku baik-baik saja”


Dan bila akhirnya esok tak pernah datang lagi, kita takkan menyesali hari ini.