Melamun adalah Harta Karun
Posted: Rabu, 09 Mei 2012 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of LifeKemunculan konsumen kelas menengah secara
massal merupakan fenomena baru di Indonesia. Kelas konsumen baru ini
muncul sebagai dampak dari meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya beli
masyarakat. Makin makmurnya konsumen (apalagi mereka juga makin
terdidik) mengubah pola pikir dan perilaku dalam membeli dan mengonsumsi
barang. Perubahan perilaku konsumen ini menciptakan peluang-peluang
baru yang luar biasa bagi entrepreneur. Guru saya, Mas Siwo, bahkan berani mengatakan
lima tahun ke depan Indonesia akan menghadapi “era sejuta peluang” yang terjadi karena fenomena revolusi kelas menengah.
Munculnya begitu banyak peluang pasar ini tak didominasi oleh
segelintir bidang, tapi terjadi hampir di semua industri dan sektor. Tak
hanya di sektor barang (goods) tapi juga jasa (services); tak hanya
sektor B2B (business to business) tapi juga B2C (business to consumer);
tak hanya di kota tapi juga di desa. Tidak usah mikir yang sulit-sulit,
coba kita lihat contoh-contoh gampang berikut ini.
#Beras Diabetes
Dulu yang namanya beras ya untuk bikin kenyang, untuk mengganjal perut.
Tapi dengan meningkatnya kesadaran kelas menengah akan kesehatan, kini
mulai banyak konsumen kelas menengah mengonsumsi beras untuk tujuan
sehat. Banyak label yang diberikan untuk menyebut beras “sehat” ini. Ada
yang menyebutnya beras merah, beras anti diabetes, beras organik, dsb.
Beras Taj Mahal adalah salah satu merek beras sehat
yang jeli memanfaatkan maraknya konsumen kelas menengah. Produk asal
Malaysia ini bahkan mengklaim dapat mencegah diabetes, ejakulasi dini,
mengatasi berat badan, dan mempercepat proses diet. Bisa dipastikan
konsumen kelas menengah akan berseloroh, “Ini beras gue banget!”
#Konser Tiap Minggu
Selama tiga tahun terakhir kita menyaksikan fenomena yang luar biasa di kota-kota besar, khususnya Jakarta, yaitu maraknya konser artis asing beragam musik dari pop, rock,
hingga jazz. Yang mencengangkan adalah, konser-konser bertiket mahal
itu laris-manis. Bahkan untuk beberapa konser seperti Katy Perry tiket bisa sold-out dalam ukuran jam. Lady Gaga
konser baru bulan Juni mendatang, tapi kemarin (11/3) ribuan orang
sudah antresejak dini hari. Bahkan Super Junior-nya K-Pop pun tidak luput dari sukses besar. Tidak hanya itu, karena kapasitas
pengetahuan dan global view-nya, kini konsumen kelas menengah juga mulai
mencari hiburan-hiburan berkelas ala teater Broadway (Phantom of the Opera) atau drama musikal (Laskar Pelangi).
#Wine Freak
Rutin mengonsumsi wine sebelumnya hanya ada di kalangan bule-bule
ekspatriat. Namun karena kemampuan menyerap informasi (melalui TV kabel,
Googling, Facebook, Twitter), konsumen kelas menengah mulai tahu
bagaimana tradisi minum wine itu. Karena itu sejak beberapa tahun
terakhir banyak bermunculan wine lounge (seperti Vin+) dan komunitas-komuintas penikmat wine (seperti Vox Populi atau Wine Spirit Lover) di Jakarta dan kota-kota besar tanah air. Minum wine tidak lagi luxury, tapi sudah menjadi mass luxury.
#“See and to be Seen”
Ketika kebutuhan perut sudah tercukupi, maka kebutuhan konsumen kelas menengah naik kelas ke kebutuhan yang “aneh-aneh”.
Salah satunya adalah kebutuhan narsis dalam rangka eksistensi diri dan
aktualisasi diri. Itu sebabnya gerai atau kafe di mal yang menawarkan
value “see and to be seen” menjamur luar biasa. Terdapat tren McDonalds atau KFC
keluar mal untuk menangkap konsumen kelas menengah yang hobinya
nongkrong sambil ber-“see and to be seen” ria hingga menjelang Subuh.
Gerai seperti 7-Eleven menikmati sukses luar biasa karena cerdik menangkap peluang kelas menengah dengan gaya hidup baru ini.
#Lab Asam Urat
Saya punya seorang teman yang memulai bisnis laboratorium kesehatan
untuk pengujian kadar kolesterol, asam urat, hingga gula darah. Dengan
mata berbinar-binar si teman bercerita kepada saya betapa bisnis lab
saat ini menggeliat luar biasa. Kenapa? Karena, kata dia, saat ini mulai
terbentuk kebiasaan di kalangan konsumen kelas menengah kita untuk
berobat secara preventif, bukan kuratif. Dulu kita baru datang ke rumah
sakit kalau kita sudah meriang-meriang atau mencret-mencret. Kini, orang
segar-bugar datang ke rumah sakit untuk tahu berapa kadar asam urat
atau mencari tahu apakah jeroan-nya bekerja normal. Ini, ujar teman
saya, merupakan peluang luar biasa bagi bisnis lab. “Semakin maju dan
makmur suatu negara, maka makin banyak pasien yang datang ke rumah
sakit. Sebagian besar mereka ke rumah sakit bukan dalam keadaan
demam-deman atau mencret-mencret, tapi segar-bugar,” seloroh teman saya. MANTAB!
#Harta Karun
Sederet pasar-pasar baru, produk-produk baru, atau bisnis-bisnis baru di
atas adalah sebagian kecil saja dari begitu banyaknya peluang-peluang
baru yang muncul sebagai akibat munculnya konsumen kelas menengah baru
di Indonesia. Ketika “era sejuta peluang” sudah di depan mata, maka
hanya ada satu tekad bagi entrepreneur Indonesia: BANGKIT!!!
Ketika peluang-peluang pasar baru bertebaran, maka indra penciuman
para entrepeneur harus lebih tajam. Caranya bagaimana? Saya punya dua
tips. Pertama, amati orang-orang di sekeliling Anda!
Di manapun Anda berada — di mal, di airport, suntuk di tengah
kemacetan, di terminal bis, di dalam busway, di kantor, di pasar, di
kantin, di acara pernikahan, di forum-forum seminar, nonton TV,
mendengarkan radio, semuanya — Anda harus mengamati dengan seksama
gerak-gerik dan perilaku mereka, apa yang mereka bicarakan, bagaimana
bahasa tubuh mereka, dsb-dsb. Semakin banyak Anda mengamati, semakin
banyak pula ide-ide bisnis Anda peroleh.
Kedua, perbanyaklah melamun!
Setelah Anda mengamati orang-orang di sekeliling Anda, bawalah amatan
itu ke otak Anda. Paksa otak Anda bekerja keras untuk menemukan
insight-insight bisnis di balik amatan-amatan tersebut. Umbarlah mimpi
Anda. Umbarlah ide-ide gila Anda. Lakukan itu dengan passion, tanpa
kenal tempat, tanpa kenal waktu, kalau perlu sampai dibawa mimpi.
Pengalaman pribadi, momen paling favorit bagi saya untuk melamun ada
dua: saat (maaf) beol pagi-pagi dan saat nyetir terjebak kemacetan di belantara
jalan.
Saat ini diimana pun waktu berjalan demikian cepat, semua orang sibuk, semua
orang dikejar-kejar deadline pekerjaan. Tapi percayalah pada saya, Anda harus
menyediakan cukup waktu untuk melamun!
Ingat! Melamun adalah harta karun paling berharga Anda di “era sejuta peluang.”
Mari Melamun, kawan!