Leadership Climate
Posted: Selasa, 15 Mei 2012 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Leadership
0
Beberapa hari lalu saya mendapatkan buku menarik dari guru saya. Beliau selama hampir setahun terakhir ini terlibat dalam riset bersama pak Stanley Atmadja,
pendiri Adira Finance, untuk meneliti proses dan gaya kepemimpinan di
Adira Finance selama 20 tahun terakhir. Hasilnya adalah sebuah buku
karya pak Stanley berjudul Inside the Giant Leap yang diluncurkan awal Mei ini, dan saya mendapatkan salah satunya dengan free alias gratisan. Sesungguhnya buku ini merupakan elaborasi dari karya pak Stanley sebelumnya Making the Giant Leap yang terbit tahun 2009 lalu.

Buku ini memiliki tesis yang menarik karena berbeda dengan kebanyakan buku kepemimpinan yang lain. Sebagian besar buku kepemimpinan memfokuskan kajiannya pada pengembangan kualitas kepemimpinan (leadership qualities) dan praktek kepemimpinan (leadership practices) dari si pemimpin. Buku-buku tersebut umumnya menekankan pentingnya pemimpin membangun kualitas atau praktek kepemimpinan yang unggul seperi memiliki visi jauh ke depan, pemberdayaan, empati, adaptif terhadap perubahan, dan sebagainya.
Buku ini menggunakan pendekatan dan perspektif yang sama sekali berbeda. Ya, karena buku ini lebih melihat sukses pemimpin dari sisi kemampuannya membangun iklim kepemimpinan (leadership climate) yang membangkitkan “energi positif” bagi semua orang di dalam organisasi untuk mencapai kinerja luar biasa. Perlu diingat, iklim kepemimpinan menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih robust dan sustainable dibanding kualitas/praktek kepemimpinan.
Bagaimana iklim kepemimpinan itu terbentuk?
Awalnya dimulai dari pembentukan apa yang disebut karakter-karakter kepemimpinan (leadership characters) dan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership principles) yang melekat pada diri si pemimpin. Melalui fungsi role modeling pemimpin kemudian membudayakan (culturing) karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut di kalangan anak buah (followers). Proses pembudayaan ini dilakukan dengan menginternalisasi karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut ke seluruh anak buah sehingga mereka memahami, menghayati, dan melakukannya.
Ketika proses pembudayaan ini berlangsung massal dan mencakup seluruh orang di dalam organisasi, maka ia akan bisa membentuk sebuah iklim kepemimpinan (leadership climate) di dalam organisasi. Iklim kepemimpinan ini memungkinkan organisasi menjalankan siklus manajemen (mencakup tahapan-tahapan visioning, planning, implementing, dan winning) secara efektif. Karenannya, iklim inilah yang menentukan baik tidaknya sebuah organisasi mengeksekusi strategi dan kemudian menerjemahkannya menjadi hasil kinerja.
Dua organisasi yang berbeda, mengimplementasi program yang sama (misalnya program implementasi Balanced Scorecard atau aplikasi Enterprise Resource Planning - ERP) akan menuai hasil yang berbeda, karena adanya perbedaan iklim yang dibangun oleh masing-masing organisasi tersebut. Di sinilah iklim kepemimpinan berkontribusi pada pencapaian hasil kinerja
Organisasi yang mampu membangun iklim yang positif dan produktif (saling trust antar karyawan, kekeluargaan, empowerment, kerjasama tim) akan mampu menuntaskan program-program tersebut secara lebih baik, cepat, dan efisien. Sebaliknya organisasi yang tidak mampu membangun iklim organisasi yang baik (hubungan antar karyawan yang sarat dengan intrik dan politik kantor, kurangnya spirit untuk mencapai kinerja terbaik, birokrasi yang rumit, komunikasi yang terhambat) akan menyelesaikan program-program tersebut lebih lama, hasil yang kurang memuaskan, dan biaya yang besar karena suasana kerja yang tidak produktif.
Satu hal menarik yang ditemukan dari survei yang dilakukan dalam buku ini adalah bahwa tugas pemimpin tak hanya membangun visi dan menginspirasi followers-nya dengan visi tersebut. Tugas pemimpin juga tak hanya sekedar menjadi role model bagi orang-orang yang dipimpinnya. Tugas terbesar seorang pemimpin adalah menciptakan iklim produktif yang memungkinkan eksekusi strategi atau program dituntaskan dengan baik hingga menghasilkan kinerja luar biasa dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru.
Saya yakin Anda sekalian setuju dan ingin membaca buku ini lebih detail.
Think Big Start Small...

Buku ini memiliki tesis yang menarik karena berbeda dengan kebanyakan buku kepemimpinan yang lain. Sebagian besar buku kepemimpinan memfokuskan kajiannya pada pengembangan kualitas kepemimpinan (leadership qualities) dan praktek kepemimpinan (leadership practices) dari si pemimpin. Buku-buku tersebut umumnya menekankan pentingnya pemimpin membangun kualitas atau praktek kepemimpinan yang unggul seperi memiliki visi jauh ke depan, pemberdayaan, empati, adaptif terhadap perubahan, dan sebagainya.
Buku ini menggunakan pendekatan dan perspektif yang sama sekali berbeda. Ya, karena buku ini lebih melihat sukses pemimpin dari sisi kemampuannya membangun iklim kepemimpinan (leadership climate) yang membangkitkan “energi positif” bagi semua orang di dalam organisasi untuk mencapai kinerja luar biasa. Perlu diingat, iklim kepemimpinan menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih robust dan sustainable dibanding kualitas/praktek kepemimpinan.
Bagaimana iklim kepemimpinan itu terbentuk?
Awalnya dimulai dari pembentukan apa yang disebut karakter-karakter kepemimpinan (leadership characters) dan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership principles) yang melekat pada diri si pemimpin. Melalui fungsi role modeling pemimpin kemudian membudayakan (culturing) karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut di kalangan anak buah (followers). Proses pembudayaan ini dilakukan dengan menginternalisasi karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut ke seluruh anak buah sehingga mereka memahami, menghayati, dan melakukannya.
Ketika proses pembudayaan ini berlangsung massal dan mencakup seluruh orang di dalam organisasi, maka ia akan bisa membentuk sebuah iklim kepemimpinan (leadership climate) di dalam organisasi. Iklim kepemimpinan ini memungkinkan organisasi menjalankan siklus manajemen (mencakup tahapan-tahapan visioning, planning, implementing, dan winning) secara efektif. Karenannya, iklim inilah yang menentukan baik tidaknya sebuah organisasi mengeksekusi strategi dan kemudian menerjemahkannya menjadi hasil kinerja.
Dua organisasi yang berbeda, mengimplementasi program yang sama (misalnya program implementasi Balanced Scorecard atau aplikasi Enterprise Resource Planning - ERP) akan menuai hasil yang berbeda, karena adanya perbedaan iklim yang dibangun oleh masing-masing organisasi tersebut. Di sinilah iklim kepemimpinan berkontribusi pada pencapaian hasil kinerja
Organisasi yang mampu membangun iklim yang positif dan produktif (saling trust antar karyawan, kekeluargaan, empowerment, kerjasama tim) akan mampu menuntaskan program-program tersebut secara lebih baik, cepat, dan efisien. Sebaliknya organisasi yang tidak mampu membangun iklim organisasi yang baik (hubungan antar karyawan yang sarat dengan intrik dan politik kantor, kurangnya spirit untuk mencapai kinerja terbaik, birokrasi yang rumit, komunikasi yang terhambat) akan menyelesaikan program-program tersebut lebih lama, hasil yang kurang memuaskan, dan biaya yang besar karena suasana kerja yang tidak produktif.
Satu hal menarik yang ditemukan dari survei yang dilakukan dalam buku ini adalah bahwa tugas pemimpin tak hanya membangun visi dan menginspirasi followers-nya dengan visi tersebut. Tugas pemimpin juga tak hanya sekedar menjadi role model bagi orang-orang yang dipimpinnya. Tugas terbesar seorang pemimpin adalah menciptakan iklim produktif yang memungkinkan eksekusi strategi atau program dituntaskan dengan baik hingga menghasilkan kinerja luar biasa dan melahirkan pemimpin-pemimpin baru.
Saya yakin Anda sekalian setuju dan ingin membaca buku ini lebih detail.
Think Big Start Small...