Big Pricture Thinking
Posted: Selasa, 28 Juli 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Leadership
0
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kemampuan berpikir konseptual. Kemampuan berpikir konseptual juga disebut dengan big picture thinking. Yaitu kemampuan untuk tidak hanya melihat pohon, tetapi juga melihat hutan. Kemampuan ini juga disebut dengan helicopter view. Big picture thinking sangat membantu para pemimpin dalam mengembangkan ide-ide besar dan menjual ide-ide besar kepada orang lain. Helicopter view membuat seorang pemimpin berbeda dengan orang lain. Mereka yang tidak memiliki kemampuan ini dapat menjadi prajurit yang baik, tetapi untuk menjadi jenderal yang baik mereka harus memiliki helicopter view. Kemampuan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, terbang ke atas seperti helikopter sehingga mampu melihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas.
Big picture thinking juga berkaitan dengan global thinking. Pemikir besar pada umumnya memiliki pengetahuan yang sangat luas, tingkat kesadaran yang sangat tinggi dan visi besar yang memungkinkan mereka bukan saja mampu berpikir dalam skala yang sangat agung, tetapi juga mampu berpikir pada tingkatan abstrak. Berpikir abstrak adalah proses berpikir tentang obyek yang bersifat abstrak. Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Gagasan abstrak hanya dapat dialami dalam pikiran dan imajinasi kita. Kebalikan dari gagasan abstrak adalah gagasan konkrit. Yaitu, gagasan tentang obyek yang dapat kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita cium, dan cicipi. Obyek yang keberadaannya dapat kita pahami melalui kelima panca indera kita. Meja, kursi, pensil adalah obyek konkrit. Demokrasi, keadilan, perdagangan, kesamaan hak, pelayanan prima, merupakan contoh obyek abstrak.
Seseorang dikatakan mampu berpikir global, apabila ia mampu berpikir melampaui hal-hal yang sempit sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar. Contohnya sebagai pegawai suatu perusahaan, kita mempu melihatnya sebagai bagian dari suatu industri, bagian dari suatu kekuatan nasional, dan akhirnya bagian dari dunia secara keseluruhan.
Para tokoh sejarah dunia pada umumnya memiliki kemampuan berpikir global dan berpikir abstrak. Sebut saja Winston Churchill, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Bunda Theresa, Albert Einstein, Abraham Lincoln, Soekarno, Muhammad Yunus dan sebagainya.
Kemampuan berpikir abstrak Soekarno luar biasa. Melalui kemampuannya berpikir abstrak ia dapat memahami konsep kemerdekaan, kolonialisme, kemiskinan, kebangsaan, ketahanan, demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan. Melalui kemampuan berpikir global ia dapat melihat pentingnya Indonesia menjadi bagian dari kekuatan dunia melawan kolonialisme dan imperialisme negara-negara barat. Ia mampu menawarka konsep the new emerging forces untuk melawan hegemonisme negara-negara barat.
Mahatma Gandhi mampu melihat kemiskinan sebagai musuh dunia yang harus diperangi. Demikian dengan Bunda Theresa, Abraham Lincoln yang mampu melihat perbudakan sebagai masalah ketidakadilan yang harus dihapuskan meskipun untuk mewujudkannya memerlukan perang saudara yang menelan demikian banyak korban. Nelson Mandela melihat apartheid sebagai bentuk ketidakadilan yang harus dihapuskan dari muka bumi. Hampir semua tokoh dan pelaku sejarah merupakan pemikir besar yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan berpikir global.
Masa-masa pasca pilpres ini, tepat sekali waktunya untuk mengevaluasi apakah pasangan capres dan cawapres terpilih kita mempunyai kompetensi big picture thinking. Di antara tiga pasangan yang maju dalam pilpres, siapakah diantara mereka yang mampu merumuskan pemikiran besar untuk mengatasi tiga musuh besar bangsa kita saat ini. Kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Mari kita simak secara seksama apakah yang disampaikan dalam kampanye pilpres lalu mencerminkan kualitas mereka sebagai pemikir besar. Pemikir yang mampu memahami musuh besar bangsa berupa kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Marilah simak konsep besar yang mereka tawarkan untuk mengalahkan tiga musuh besar bangsa tersebut. Marilah kita uji apakah konsep yang mereka tawarkan merupakan hasil dari pemikiran besar. Konsep yang benar-benar merupakan hasil pemikiran besar karena mereka mampu berpikir global, mampu berpikir abstrak, dan memiliki helicopter view.
Mari mengevaluasi!
Big picture thinking juga berkaitan dengan global thinking. Pemikir besar pada umumnya memiliki pengetahuan yang sangat luas, tingkat kesadaran yang sangat tinggi dan visi besar yang memungkinkan mereka bukan saja mampu berpikir dalam skala yang sangat agung, tetapi juga mampu berpikir pada tingkatan abstrak. Berpikir abstrak adalah proses berpikir tentang obyek yang bersifat abstrak. Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Gagasan abstrak hanya dapat dialami dalam pikiran dan imajinasi kita. Kebalikan dari gagasan abstrak adalah gagasan konkrit. Yaitu, gagasan tentang obyek yang dapat kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita cium, dan cicipi. Obyek yang keberadaannya dapat kita pahami melalui kelima panca indera kita. Meja, kursi, pensil adalah obyek konkrit. Demokrasi, keadilan, perdagangan, kesamaan hak, pelayanan prima, merupakan contoh obyek abstrak.
Seseorang dikatakan mampu berpikir global, apabila ia mampu berpikir melampaui hal-hal yang sempit sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar. Contohnya sebagai pegawai suatu perusahaan, kita mempu melihatnya sebagai bagian dari suatu industri, bagian dari suatu kekuatan nasional, dan akhirnya bagian dari dunia secara keseluruhan.
Para tokoh sejarah dunia pada umumnya memiliki kemampuan berpikir global dan berpikir abstrak. Sebut saja Winston Churchill, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Bunda Theresa, Albert Einstein, Abraham Lincoln, Soekarno, Muhammad Yunus dan sebagainya.
Kemampuan berpikir abstrak Soekarno luar biasa. Melalui kemampuannya berpikir abstrak ia dapat memahami konsep kemerdekaan, kolonialisme, kemiskinan, kebangsaan, ketahanan, demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan. Melalui kemampuan berpikir global ia dapat melihat pentingnya Indonesia menjadi bagian dari kekuatan dunia melawan kolonialisme dan imperialisme negara-negara barat. Ia mampu menawarka konsep the new emerging forces untuk melawan hegemonisme negara-negara barat.
Mahatma Gandhi mampu melihat kemiskinan sebagai musuh dunia yang harus diperangi. Demikian dengan Bunda Theresa, Abraham Lincoln yang mampu melihat perbudakan sebagai masalah ketidakadilan yang harus dihapuskan meskipun untuk mewujudkannya memerlukan perang saudara yang menelan demikian banyak korban. Nelson Mandela melihat apartheid sebagai bentuk ketidakadilan yang harus dihapuskan dari muka bumi. Hampir semua tokoh dan pelaku sejarah merupakan pemikir besar yang memiliki kemampuan berpikir abstrak dan berpikir global.
Masa-masa pasca pilpres ini, tepat sekali waktunya untuk mengevaluasi apakah pasangan capres dan cawapres terpilih kita mempunyai kompetensi big picture thinking. Di antara tiga pasangan yang maju dalam pilpres, siapakah diantara mereka yang mampu merumuskan pemikiran besar untuk mengatasi tiga musuh besar bangsa kita saat ini. Kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Mari kita simak secara seksama apakah yang disampaikan dalam kampanye pilpres lalu mencerminkan kualitas mereka sebagai pemikir besar. Pemikir yang mampu memahami musuh besar bangsa berupa kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Marilah simak konsep besar yang mereka tawarkan untuk mengalahkan tiga musuh besar bangsa tersebut. Marilah kita uji apakah konsep yang mereka tawarkan merupakan hasil dari pemikiran besar. Konsep yang benar-benar merupakan hasil pemikiran besar karena mereka mampu berpikir global, mampu berpikir abstrak, dan memiliki helicopter view.
Mari mengevaluasi!