Belajar dari Tenggelamnya Kapal Titanic

Posted: Selasa, 28 Juli 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0



Tak dapat dipungkiri, peran seorang leader dalam lingkungan corporate sangat menentukan keberhasilan tercapainya suatu visi dan misi perusahaan, sebagaimana halnya dengan kapal laut besar yang dinahkodai seorang kapten. Di tangan sang leader-lah, biduk bahtera bakal tertuju. Jika sang leader mengarahkan bahtera ke arah barat, maka semua awak kapal akan ke barat, pun jika menuju ke timur, maka kapal tersebut menuju ke arah yang diinginkan sang nahkoda. Celakanya, ketika sang nahkoda salah arah, kehilangan kompas atau tidak tahu kemana arah yang benar, dapat dipastikan seisi kapal tersebut akan tersesat di belantara lautan.

Masih ingat tragedi tenggelamnya kapal Titanic tanggal 14 April 1912? Dalam perjalanan pelayaran perdananya dari Southampton (Inggris) ke New York (Amerika), kapal termewah berlapis baja waktu itu menabrak gunung karang es besar di Grand Banks, New Foundland. Badan kapal terbelah menjadi dua dan ribuan ton air merembes ke palka kapal. Perlahan namun pasti, akhirnya kapal Titanic tenggelam menjadi dua bagian di dasar laut. Kapal skoci hanya bisa menyelamatkan sekitar 700 penumpang, sisanya 1.311 penumpang tenggelam dan membeku di sekitar lautan Samudera Atlantik.

Analogi sederhana di atas menyadarkan kepada kita bahwa betapa pentingnya peran seorang leader, baik dalam skala kelompok kecil atau ukuran organisasi raksasa, karena ditangannyalah nasib sebagian besar anggota kelompok dipertaruhkan. Jika leader itu memiliki kemampuan yang baik untuk membaca situasi, dalam hal ini kasus tragedi Titanic, maka Edward J. Smith, sang kapten kapal Titanic itu, mungkin saja tidak akan merapatkan kapalnya ke wilayah kepulauan karang es. Namun, pada kenyataannya ia gagal membaca situasi hingga tidak bisa menyelamatkan bahaya besar tersebut.

Sebuah perusahaan (corporate), umumnya terdiri dari para pemilik bisnis, seorang pemimpin serta beberapa manajer yang membawahi masing-masing divisi. Dari sales, marketing, HRD, financial sampai IT Department. Semua memiliki leader atau manajer dari masing-masing bagian, dan dari bagian itu bisa saja terdiri dari beberapa staf yang bertugas untuk memastikan kelancaran dari masing-masing divisi secara teknis.

Apa yang terjadi ketika seorang pimpinan kesulitan (gagal) mewujudkan visi dan misis yang diberikan oleh pemilik perusahaan? Mungkin karena sang pilot atau nahkoda perusahaan tersebut kurang petunjuk yang benar tentang bagaimana cara mengemudikan perusahaan dengan baik, kekurangan informasi tentang bagaimana membangun tim, kurang terbimbing secara profesional serta kurang strategi yang komprehensif hingga kendaraan perusahaan yang berjalan amat lambat dan kegagalan mencapai target pada waktunya.

So, mari belajar dari tenggelamnya Kapal Titanic!

0 komentar: