Mengubah Keterbatasan Menjadi Kekuatan
Posted: Rabu, 03 Juni 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Orang sukses tidak santai, orang santai tidak sukses...
Setiap orang pastilah terlahir dengan keterbatasan. Keterbatasan inilah yang kadang membuat orang merasa ada halangan sangat besar dan berat untuk mengarungi kehidupan. Keterbatasan ini jugalah yang kerap dijadikan alasan pembenar bagi terjadinya kegagalan dalam mengejar impian.
Sebenarnya, keterbatasan ada dua macam. Yang pertama adalah keterbatasan bawaan yang biasanya bersifat fisik, misalnya cacat sejak lahir atau kekurangan lain yang terjadi secara alamiah. Yang kedua - dan justru inilah yang lebih berbahaya - yakni keterbatasan yang bersifat psikis, yang lebih sering saya sebut dengan kemiskinan mental. Yang terakhir ini, jika terus kita pelihara, dampaknya bisa membenamkan kita dalam jurang ketidakpastian yang akan membawa diri pada penderitaan.
Tetapi, dalam perjalanan hidup, tidak jarang kita menghadapi berbagai macam rintangan yang justru menyuburkan bibit keterbatasan tersebut. Akhirnya, berbagai alasan pembenar selalu muncul saat kita sedang kalah, gagal, atau terjatuh dalam sulit dan ganasnya kehidupan. Karena itu, jika ini terus dibiarkan, kitalah yang akan dirugikan. Maka, pilihan ini mutlak harus kita jauhkan.
Seperti yang saya lakukan puluhan tahun silam. Saya berasal dari keluarga miskin, berusaha melawan keterbatasan dengan segala kemampuan. Padahal, jika saat itu saya menyerah pada keadaan, pastilah orang akan maklum dengan keterbatasan yang saya alami. Namun, dengan tekad kuat disertai dengan perjuangan tanpa henti, semua keterbatasan itu ternyata hanyalah ujian yang justru menguatkan kita untuk bisa menjadi seorang pemenang.
Inilah bukti bahwa kita bisa melawan semua keterbatasan. Meskipun halangan dan rintangan menghadang, jika kita mampu mendobrak segala tantangan, maka jalan sukses untuk menjadi pemenang selalu terbuka bagi setiap insan. Hal inilah yang melatarbelakangi saya meyakini adanya In Spite of..., atau Meskipun....
Inspirasi kehidupan inilah yang membuat kita selalu berbagi dengan orang lain. Lihat, setiap kata meskipun pasti akan selalu diikuti oleh kata atau kalimat berikutnya. Artinya, keterbatasan yang kita miliki tidak menjadikan kita berhenti berharap dan berkarya, justru harus ada kelanjutan dari semua keterbatasan itu. Apa itu? Perjuangan menjadikan keterbatasan tersebut menjadi batu loncatan untuk meraih hidup yang lebih baik.
Begitu banyak contoh sukses di sekitar kita. Bagi saya ada rahasia besar yang sudah tidak lagi menjadi rahasia, kenapa mereka bisa meraih sukses. Ternyata mereka menggunakan waktu lebih banyak daripada rata-rata orang. Mereka bekerja lebih keras, lebih tekun, lebih ulet, dan tidak mudah menyerah. Adalah tidak benar, kalau ada pendapat yang mengatakan orang-orang sukses lebih santai dari kita. Mereka memang santai, tetapi santai menikmati kesuksesan mereka, namun bekerja keras meraih kesuksesan tersebut.
Memang pada tingkat tertentu mereka lebih santai, itu benar, setelah fondasi usahanya kokoh, setelah sistem dan prosedur berjalan dengan benar sehingga mereka bisa mendelegasikan tugas-tugas dan karya mereka kepada yang lain. Walaupun demikian, mereka tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Mereka selalu dan selalu mencari tantangan-tantangan baru.
Dalam seminggu kita mempunyai waktu kerja standar 40 jam. Waktu tersebut hanya untuk survive atau bertahan hidup saja. Untuk mencapai hasil yang lebih optimal, kita harus bekerja di atas waktu standar tersebut, karean ada perbandingan lurus antara waktu yang kita gunakan dengan tingkat kesuksesan. Semakin banyak waktu yang digunakan, akan semakin besar pula peluang kita 'mendatangkan' kesuksesan.
Jadi, apapun keterbatasan yang kita miliki, bukanlah menjadi alasan bagi kita untuk terus bertumbuh. Ingat, 'meskipun ...'. Jadi, dapat disimpulkan kesuksesan tidak datang dari dunia lain, tetapi merupakan pencapaian atau hasil dari kerja dengan sekuat tenaga, atau bekerja lebih. Jadi, tidak mengherankan kalau kita melihat orang-orang sukses adalah tipe orang pekerja keras, ulet, tekun, serta pantang menyerah.
Mereka masih mau bekerja walaupun di luar jam kerja.
Mereka masih mau bekerja walaupun yang lainnya sudah berhenti bekerja.
Mereka masih mau bekerja walaupun nafas sudah 'ngos-ngosan'.
Mereka masih mau bekerja, berjuang, dan belajar mengejar ketertinggalan, walaupun musuh sudah jauh ke depan.
Mereka masih mau bekerja dan belajar, meskipun ...
Selain itu, mereka yang mampu mengalahkan keterbatasan dan memenangkan sukses, adalah mereka yang mau dan mampu memenangi persaingan dalam mencapai sukses. Untuk memenangkan kompetisi ini, seseorang harus all out. Oleh sebab itu, setiap orang yang sukses adalah mereka yang menggunakan segenap potensi, semua tenaga, keringat, pikiran, keahlian, bahkan keselamatan jiwanya agar bisa keluar sebagai jawara. Kalau hanya setengah-setengah, hidup segan mati tidak mau, maka kita juga akan mendapatkan hasil setengahnya saja.
Sahabat sekalian, simaklah juga pendapat dan pandangan mereka tentang perlunya memanfaatkan waktu secara maksimal untuk mencapai kesuksesan.
Ketika Tiger Woods ditanya strategi apa yang digunakan sehingga ia sukses sebagai seorang pemain golf profesional? Dengan rendah hati ia mengatakan, 'Saya hanya menggunakan waktu lebih banyak. Ketika yang lainnya belum bangun, saya sudah memulai untuk latihan. Ketika yang lain sudah istiraaht, saya masih melanjutkan latihan.'
Hasil penelitian Dr. Thomas Stanley dari University of Georgia menemukan pola yang sama untuk setiap orang-orang yang sukses, yaitu 'kerja keras'. Mereka bekerja 12-14 jam seharinya. Menurutnya tidak ada seorang pun bisa mencapai potensi yang maksimum dengan melakukan yang minimum.
Menurut Ketua Umum Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Muzadi, yang saya kutip dari majalah Gontor edisi 12, mengatakan bahwa orang China adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi. Bayangkan, mereka bersedia bekerja 11 jam sehari. Menurutnya lagi, padahal banyak orang hanya bekerja delapan jam sehari saja sudah keberatan.
Perdana Menteri China, almarhum Zhou Enlai (seorang negarawan dan mantan perdana menteri China sejak kemerdekaan China 1949 sampai ajal menjemput) adalah tipe pekerja keras. Menurut Deng Xiaoping, arsitek kebangkitan China modern, Zhou bekerja 12 jam sehari, dan kadang-kadang 16 jam atau lebih, serta tidak pernah mengeluh selama hidupnya.
So, bekerja keras tidak salah, yang salah adalah bekerja keras yang tidak efisien dan efektif, tidak mempunyai arah, sasaran, tidak mempunyai skala prioritas, tidak fokus, serta bekerja tanpa perencanaan atau persiapan yang baik, bekerja yang tidak konsisten, dan sering berubah arah atau skala prioritas, banyak interupsi atau mengeluh, sehingga hanya 'merampok' waktu, tenaga, pikiran dan hati terbuang sia-sia.
Saya adalah orang yang sibuk mengerjakan pekerjaan yang membangun hidup saya, bukan menghabiskan hidup saya ...