Bila Cinta Memanggilmu
Posted: Selasa, 30 Juni 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Inspirasi dalam mencintai hidup dari Khalil Gibran...
Bila cinta memanggilmu, turutilah bersamanya.
Kendati jalan yang mesti engkau tempuh sangat keras dan terjal.
Ketika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya.
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimu.
Ketika ia bertutur kepadamu, maka percayalah padanya.
Walaupun suaranya akan memporandakan mimpi-mimpimu laksana angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman.
Cinta akan memahkotai dan menyalibmu.
Menyuburkan dan mematikanmu.
Membumbungkanmu terbang tinggi, mengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik
dan menerbangkanmu ke wajah matahari.
Namun cinta juga akan mencekik dan menguruk-uruk akar-akarmu sampai tercabut dari perut bumi.
Serupa dengan sekantong gandum, cinta menyatukan dirimu dengan dirinya.
Meloloskanmu sampai engkau bugil bulat.
Mengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmu.
Melumatmu untuk memutihkanmu.
Meremukkanmu sampai engkau menjelma dan menjadi liat.
Lantas,
Cinta akan membopongmu ke kobaran api sucinya,
sampai engkau berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada Tuhan.
Cinta melakukan semua itu hanya untukmu
sampai engkau berhasil menguak rahasia hatimu sendiri.
Agar dalam pengertianmu itu engkau sanggup menjadi bagian dari kehidupan.
Jangan sekali-kali engkau ijinkan ketakutan bersemayam di hatimu.
Supaya engkau tidak memperbudak cinta hanya demi meraup kesenangan.
Sebab memang akan jauh lebih mulia bagimu,
untuk segera menutupi aurat bugilmu dan meninggalkan altar pemujaan cinta,
dan kemudian memasuki alam yang tak mengenal musim.
Yang akan membuatmu bebas tersenyum, tawa yang bukan bahak,
hingga engkaupun akan menangis, air mata yang bukan tangisan.
Cinta tak akan pernah menganugerahkan apa pun kecuali wujudnya sendiri.
Dan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali wujudnya sendiri itu pula.
Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai.
Lantaran cinta terlahir hanya demi cinta.
Manakala engkau bercinta, jangan pernah tuturkan 'Tuhan bersemayam di dalam lubuk hatiku.'
Namun ucapkanlah, 'Aku tengah bersemayam di dalam lubuk hati Tuhan.'
Jangan pula engkau mengira bahwa engkau mampu menciptakan jalanmu sendiri.
Sebab hanya dengan seijin cintalah jalanmu akan terkuak.
Cinta tidak pernah mengambisikan apapun kecuali pemuasan dirinya sendiri.
Tetapi bila engkau mencintai dan terpaksa mesti menyimpan hasrat, maka jadikanlah hasratmu seperti ini...
Melumatkan diri dan menjelma menjadi anak-anak sungai
yang gemericik mengumandangkan tembang ke ranjang malam.
Memahami nyerinya rasa kelembutan.
Berdarah oleh pandanganmu sendiri terhadap cinta.
Menanggung luka dengan hati yang penuh tulus nan bahagia.
Bangkit di kala fajar dengan hati mengepakkan sayap-sayap.
Dan melambaikan rasa syukur untuk limpahan hari yang berbalur cinta.
Merenungkan muara-muara cinta sambil beristirahat di siang hari,
dan kembali di kala senja dengan puja yang menyesaki rongga hati.
Lantas, engkaupun berangkat ke peraduanmu dengan secarik doa,
yang disulurkan kepada sang tercinta di dalam hatimu,
yang diiringi seuntai irama pujian yang meriasi bibirmu.
Menjadi pribadi yang seutuhnya, menjadi pribadi yang menerima setiap impian yang ada di dalam hati kita, bukan sebuah kesalahan, namun kadang kita dikalahkan oleh rasa takut, rasa khawatir, dan rasa kesendirian. Kita kadang tidak memantaskan diri untuk mendengar panggilan cinta kehidupan ini.
Ketika kita mempunyai impian, itulah panggilan kita. Sayangnya, kita lebih sering menutup pintu hati dan jendela telinga kita untuk menerima sapaannya. Mengawali pribadi yang sukses, harus mampu mendengarkan dan meyakinkan diri akan impian yang memanggil kita.
Jangan pernah menjadi pribadi yang berhenti dengan kondisi apa adanya, tapi jadilah pribadi yang selalu menjadikan ada segala sesuatu yang mengindahkan kita. Karena itulah bentuk syukur yang sebenarnya, dan karena itulah jawaban ketika 'cinta' memanggil kita.
Bila cinta memanggilmu, turutilah bersamanya.
Kendati jalan yang mesti engkau tempuh sangat keras dan terjal.
Ketika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya.
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimu.
Ketika ia bertutur kepadamu, maka percayalah padanya.
Walaupun suaranya akan memporandakan mimpi-mimpimu laksana angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman.
Cinta akan memahkotai dan menyalibmu.
Menyuburkan dan mematikanmu.
Membumbungkanmu terbang tinggi, mengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik
dan menerbangkanmu ke wajah matahari.
Namun cinta juga akan mencekik dan menguruk-uruk akar-akarmu sampai tercabut dari perut bumi.
Serupa dengan sekantong gandum, cinta menyatukan dirimu dengan dirinya.
Meloloskanmu sampai engkau bugil bulat.
Mengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmu.
Melumatmu untuk memutihkanmu.
Meremukkanmu sampai engkau menjelma dan menjadi liat.
Lantas,
Cinta akan membopongmu ke kobaran api sucinya,
sampai engkau berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada Tuhan.
Cinta melakukan semua itu hanya untukmu
sampai engkau berhasil menguak rahasia hatimu sendiri.
Agar dalam pengertianmu itu engkau sanggup menjadi bagian dari kehidupan.
Jangan sekali-kali engkau ijinkan ketakutan bersemayam di hatimu.
Supaya engkau tidak memperbudak cinta hanya demi meraup kesenangan.
Sebab memang akan jauh lebih mulia bagimu,
untuk segera menutupi aurat bugilmu dan meninggalkan altar pemujaan cinta,
dan kemudian memasuki alam yang tak mengenal musim.
Yang akan membuatmu bebas tersenyum, tawa yang bukan bahak,
hingga engkaupun akan menangis, air mata yang bukan tangisan.
Cinta tak akan pernah menganugerahkan apa pun kecuali wujudnya sendiri.
Dan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali wujudnya sendiri itu pula.
Cinta tidak pernah menguasai dan tidak pernah dikuasai.
Lantaran cinta terlahir hanya demi cinta.
Manakala engkau bercinta, jangan pernah tuturkan 'Tuhan bersemayam di dalam lubuk hatiku.'
Namun ucapkanlah, 'Aku tengah bersemayam di dalam lubuk hati Tuhan.'
Jangan pula engkau mengira bahwa engkau mampu menciptakan jalanmu sendiri.
Sebab hanya dengan seijin cintalah jalanmu akan terkuak.
Cinta tidak pernah mengambisikan apapun kecuali pemuasan dirinya sendiri.
Tetapi bila engkau mencintai dan terpaksa mesti menyimpan hasrat, maka jadikanlah hasratmu seperti ini...
Melumatkan diri dan menjelma menjadi anak-anak sungai
yang gemericik mengumandangkan tembang ke ranjang malam.
Memahami nyerinya rasa kelembutan.
Berdarah oleh pandanganmu sendiri terhadap cinta.
Menanggung luka dengan hati yang penuh tulus nan bahagia.
Bangkit di kala fajar dengan hati mengepakkan sayap-sayap.
Dan melambaikan rasa syukur untuk limpahan hari yang berbalur cinta.
Merenungkan muara-muara cinta sambil beristirahat di siang hari,
dan kembali di kala senja dengan puja yang menyesaki rongga hati.
Lantas, engkaupun berangkat ke peraduanmu dengan secarik doa,
yang disulurkan kepada sang tercinta di dalam hatimu,
yang diiringi seuntai irama pujian yang meriasi bibirmu.
Menjadi pribadi yang seutuhnya, menjadi pribadi yang menerima setiap impian yang ada di dalam hati kita, bukan sebuah kesalahan, namun kadang kita dikalahkan oleh rasa takut, rasa khawatir, dan rasa kesendirian. Kita kadang tidak memantaskan diri untuk mendengar panggilan cinta kehidupan ini.
Ketika kita mempunyai impian, itulah panggilan kita. Sayangnya, kita lebih sering menutup pintu hati dan jendela telinga kita untuk menerima sapaannya. Mengawali pribadi yang sukses, harus mampu mendengarkan dan meyakinkan diri akan impian yang memanggil kita.
Jangan pernah menjadi pribadi yang berhenti dengan kondisi apa adanya, tapi jadilah pribadi yang selalu menjadikan ada segala sesuatu yang mengindahkan kita. Karena itulah bentuk syukur yang sebenarnya, dan karena itulah jawaban ketika 'cinta' memanggil kita.