Mari Belajar dari Bibit Mangga

Posted: Minggu, 31 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya masih ingat, beberapa tahun lalu, ketika saya masih belajar di bangku sekolah dasar hingga tingkat atas, saya sering kali datang berkunjung ke rumah nenek saya setiap kali liburan sekolah.

Suatu hari, ketika saya libur kuliah, saya berlibur ke rumah nenek di desa. Sebuah desa terpencil di selatan Jawa Tengah. Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, nenek menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.

'Wah, mangganya harum dan manis sekali, nek, sedang musim ya? Saya sudah lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya', ujar saya sambil terus melahap mangga itu.

Dengan tersenyum nenek menjawab, 'Makanya, sering-seringlah menjenguk nenek. Nenek rindu cucu nenek yang nakal ini. Pohon mangga itu sebenarnya bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, kamu itu anak yang paling bandel. Setelah menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga yang telah kamu makan. Nah, ini hasil dari kenakalanmu itu, telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya.'



'Sungguh, nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar sulit dipercaya', saya tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga ada di hadapan.

Nenek melanjutkan berkata, 'Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam.'

Malam hari, saya merenungkan percakapan dengan nenek tadi. Karena merasa penasaran, maka saya ambil biji buah mangga yang masih tersisa di meja dan kemudian saya belah menjadi dua. Saya ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Tapi ternyata, saya tidak menemukan perbedaan apapun.

Melihat tingkah saya. Nenek menyela, 'Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Demikian pula dengan manusia, tampak dari luar, setiap manusia adalah sama, tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak hal kepada kita. Bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah kamu mengerti?'. 'Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan datang ke sini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas”. Ucapku sambil memeluk tubuh rapuh nenek.

Sahabat sekalian, hukum alam pada kisah di atas telah mengajarkan pada kita dua hal.
Pertama, apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga - hukum alam mengajarkan - kita pasti akan menuai hasilnya.
Kedua, bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga. Tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, kualitas (mental, emosional, intelektual, bahasa dan sebagainya) yang ada di dalam diri kita yang akhirnya akan membedakan dan menentukan keberhasilan kita sebagai manusia di masa depan.

Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.
Terima kasih ...

0 komentar: