Be Analytical!

Posted: Jumat, 29 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Beberapa kesempatan lalu, saya pernah menulis artikel tentang great marketer. Fokus pembahasan adalah seputar karakter dari great marketer. Melalui kemampuan otak kanannya, mereka harus memiliki original thinking, creative thinking, observational thinking, dan holistic thinking. Sementara melalui otak bagian kirinya, great marketer haruslah mengembangkan kemampuan dalam hal analytical thinking, volume thinking, dan pragmatic thinking.

Harus diakui, peran otak kanan semakin penting. Apalagi, marketer yang masuk dalam industri yang membutuhkan banyak kreativitas dan inovasi, semakin banyak menggunakan sisi otak kanannya. Fenomena ini seringkali mulai kebablasan. Banyak marketer atau bahkan top management berpikir bahwa marketer yang hebat, haruslah kreatif dan memiliki EQ yang tinggi.

Dalam tulisan kali ini, saya ingin sekali berbagi untuk memberikan keseimbangan. Say ingin, agar para marketer, yang saat ini menempati posisi di middle management, harus mengembangkan kemampuan analitikalnya. Kreativitas tanpa analitikal akan menjadi sebuah produk unik yang tidak relevan bagi konsumen. Mereka boleh memiliki ide kreatif, tetapi akhirnya tidak menghasilkan laba bagi perusahaan karena konsumen tidak melihatnya sebagai produk yang pas dengan keinginan dan harapan mereka.

Perusahaan-perusahaan kelas dunia adalah perusahaan yang biasanya memiliki kemampuan analitikal yang sangat baik. Bahkan, di antaranya mengakui bahwa hal ini bisa menjadi bagian dari keunggulan bersaing mereka. Perusahaan seperti Wal-Mart, Amazon.com, Google, dan Fedex memiliki kemampuan analitikal papan atas. Mereka benar-benar membuat keputusan berdasarkan analisis dan penyusunan model. Tidak mengherankan, walau tidak sepenuhnya selalu benar karena dinamika pasar, perusahaan-perusahaan itu mempunyai peluang untuk selalu lebih inovatif dan berpikir selangkah lebih maju dibandingkan dengan para pesaingnya.



Dalam dunia olah raga pun sudah sering kita dengar. Klub-klub NBA, misalnya, mereka memiliki eksekutif yang mampu melihat angka-angka selama pertandingan dan mengolahnya menjadi suatu model untuk membuat keputusan dalam pertandingan. Daryl Morey, MBA lulusan MIT, direkrut oleh Houston Rockets untuk membuat berbagai analisis yang menghasilkan prediksi untuk pertandingan yang akan datang.
Di dunia sepakbola, AC MIlan memiliki Milan Labs yang posisinya diisi oleh mereka yang analitikal, untuk membuat prediksi mengenai kemungkinan para pemain akan mengalami cedera. Mereka menggunakan data-data fisik, ortopedi, dan psikologis para pemain.

Apakah Perusahaan Kita Analitikal?
Yang disebut dengan kemampuan analitikal adalah kapasitas perusahaan atau individu dalam penggunaan data, statistik, analisis kuantitatif, berbagai model dan pengelolaan fakta untuk membuat keputusan dan implementasi yang lebih efektif.

Thomas Davenport, profesor dalam bidang analitikal di Harvard, membagi perusahaan dalam 5 level sehubungan dengan kemampuan analitikal perusahaan. Level pertama adalah perusahaan yang disebut sebagai Analytically Impaired. Inilah kelompok dimana dalam sebuah meeting, sering melontarkan pertanyaan tunggal: apa yang terjadi dengan bisnis kita? Bagaimana penjualan? Setelah itu, tidak ada pertanyaan susulan karena memang tidak ada parameter pengukuran pencapaian yang digunakan perusahaan ini.

Level kedua adalah Localized Analytical. Perusahaan ini sudah mulai memiliki data di masing-masing divisi. Mereka menggunakan data untuk membuat perbaikan di divisinya. Mereka senang bertanya bagaimana membuat sebuah program atau aktivitas lebih baik, tetapi masih terkotak-kotak dan tidak menyentuh pada tingkat korporasi.

Level ketiga disebut dengan Analytical Aspirations. Perusahan sudah mulai mengintegrasikan data dari berbagai divisi. Mereka ingin melihat masa depan dengan mempelajari data di masa lampau. Key performance indicators dari perusahaan ini sudah jelas, seperti pencapaian pangsa pasar, kekuatan brand, loyalitas pelanggan, dan sebagainya. Biasanya, perusahaan sudah memiliki tenaga profesional yang menyukai angka dan membuat analisis untuk melakukan ekstrapolasi data ke masa mendatang.

Level yang lebih tinggi, yakni level keempat, adalah Analytical Company. Perusahaan sudah menggunakan kemampuan analitikal untuk membuat inovasi dan menciptakan keunggulan bersaing. Perusahan sudah membangun kemampuan analitikalnya di level korporasi dan menyatukan kemampuan analitikal di masing-masing divisi. Walaupun demikian, kunci sukses perusahaan ini masih karena hal-hal seperti kualitas produk, distribusi atau aspek strategi lainnya.

Tingkatan tertinggi disebut sebagai Analytical Competitors, yaitu perusahaan yang menjadikan kemampuan analitikal ini sebagai driver utamanya. Mereka jauh lebih hebat dibandingkan pesaingnya dalam hal database, analisis dan menggunakannya untuk menciptakan penjualan, kepuasan dan loyalitas pelanggan, membangun brand yang kuat dan selalu berada di depan dibandingkan dengan para pesaingnya.

Studi juga menunjukkan bahwa perusahaan yang masuk level 4 dan 5 ini, biasanya memiliki kinerja yang lebih baik. Kemampuan analitikalnya tidak bisa dianggap biasa. Inilah kemampuan yang tidak mudah ditiru. Inilah kemampuan yang membuat perusahaan mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang baru dan berubah cepat. Mereka umumnya dapat membuat keputusan yang lebih cepat dan lebih baik saat lingkungan bisnis berubah cepat.

Lihat saja para operator hotel sekelas Ritz Carlton. Mereka semakin berkibar dan banyak operator nasional sulit bersaing dengan mereka. Kelebihan oprator seperti Marriott, Ritz-Carlton, Hilton, dan sejenisnya adalah penggunaan datanya. Mereka memiliki database yang lebih baik. Mereka menggunakan analisis data untuk memprediksi perilaku pelanggan di masa mendatang. Kemudian, menggunakan pola data untuk membuat keputusan bisnis, baik yang menyangkut inovasi maupun ekspansi.

Tingkatkan Level Perusahaan Kita!
Bagaimana dengan perusahaan kita? Bagaimana dengan credit union kita? Berada di level manakah? Bila di level 1 dan 2, kita sungguh perlu segera berbenah. Dengan tingkat kompetisi yang sudah semakin tinggi, setiap perusahaan atau credit union perlu masuk minimal di level 3. Bila perusahaan kita berada dalam industri seperti credit union, bank, asuransi, telekomunikasi, airline dan industri dimana database sangat tersedia, maka perlu langkah untuk membawa perusahaan pada minimal level 4. Level 5 adalah tingkatan yang tentunya sulit dan belum tentu perusahaan atau credit union mampu mencapainya. Ini tergantung seberapa penting kemampuan analitikal dapat digunakan sebagai senjata untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Bila perusahaan atau credit union akan menaikkan levelnya, apa saja yang perlu dibenahi? Elemen pertama, sudah pasti adalah sumber daya manusia (people). Dibutuhkan pimpinan atau top management yang mempunyai komitmen untuk mengembangkan kemampuan ini. Tanpa dukungan dari mereka, maka mustahil terbentuk. Saya melihat dan mengikuti dari berbagai macam perusahaan dan credit union yang sudah berhasil melakukan transformasi ke level yang lebih tinggi. Selain komitmen, perusahaan dan credit union membutuhkan figur pimpinan yang menyukai membuat keputusan berdasarkan fakta untuk memprediksi masa depan. Kemudian, mereka adalah pimpinan yang mengerti membangun tim analitikal, mengembangkan mereka dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat.

Setelah itu, perusahaan atau credit union sendiri haruslah membangun struktur yang memungkinkan agar orang-orang analitikal ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka memiliki desain database, pengolahannya, penggunaannya yang terintegrasi. Elemen dari key performance indicator dari individu dan setiap divisi sudah menggunakan berbagai matrik. Elemen lain yang perlu dibangun tentunya adalah perangkat teknologi, kualitas data dan database. Tidak bisa dihindari, perusahaan dan credit union haruslah melakukan investasi untuk membangun teknologi dan sistem informasi data maupun struktur database-nya.

Apa peran kita sebagai marketer? Apakah pekerjaan di atas hanyalah untuk pimpinan puncak dan mereka yang ada di divisi IT? Tidak. Justru, inilah era dimana marketer bisa mengambil peran yang semakin besar. kemampuan analitikal haruslah menjadi keputusan bisnis yang berdasarkan pasar, sesuai dengan kebutuhan pelanggan, mengikuti perkembangan ekonomi, teknologi, dan kompetisi.

Sebagai marketer, kita harus kreatif dan penuh dengan imajinasi. Tetapi, pekerjaan kita bukan berhenti sebagai seniman yang kreatif. Kita bekerja untuk membuat keputusan bisnis yang lebih bijak. Ingat, untuk menghasilkan marketing plan dan action plan yang low budget high impact marketing kita perlu ini ... Be Analitical!

0 komentar: