Growth Leadership
Posted: Senin, 04 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Leadership
0
Growth leaders adalah para pemimpin yang ideologi dan mindset-nya hanya satu, yaitu pertumbuhan. Setua apapun bisnis yang dimasuki, seorang growth leader akan tetap melihat bisnis tersebut sebagai growth business. Mereka tidak pernah dan tidak akan pernah kenal yang namanya batas pertumbuhan ...
Anda pasti tahu Noel Tichy, kan? Ialah guru leadership dan transformasi organisasi yang mungkin lebih kita kenal karena buku larisnya, dengan judul Control Your Destiny or Someone Else Will. Buku spektakuler inilah yang kemudian meroketkan nama Jack Welch sebagai CEO paling hebat saat ini, dan lebih-lebih karena pernyataannya tentang the rule of no.1 or no.2.
Melalui kedua buku ini, Noel Tichy semakin mengukuhkan posisinya sebagai the guru di antara para pemikir manajemen dekade ini. Ia menjadi sejajar dengan figur-figur seperti Kanter, Hamel, Porter, ataupun Slywotzki.
Buku yang kedua, Every Business Is a Growth Business ini berbicara mengenai bagaimana pertumbuhan dan bagaimana seorang pemimpin seharusnya melihat pertumbuhan. Mula-mula Tichy mencoba melihat fenomena banyak perusahaan top dunia, seperti Ford, AT&T, Coca Cola maupun GE yang mampu menjaga kinerja pertumbuhannya di tengah industri yang mulai jenuh dan menua ini. Industri yang dimasuki oleh perusahaan-perusahaan top dunia tersebut rata-rata ditandai oleh berbagai kenyataan berikut: kompetisi sedemikian ketat, pasar sudah sedemikian terfragmentasi dengan niche-niche yang terus dieksploitasi, peluang semakin kecil dan tentunya pertumbuhan industri yang terus saja melambat serta rentan ditempa krisis. Inilah bukti bahwa industri yang mereka masuki adalah decline industry.
Namun seperti bisa sama-sama kita lihat, kinerja berbagai perusahaan tersebut bukannya semakin loyo, justru sebaliknya semakin kokoh dan perkasa. Mereka terus saja menjadi mesin dan sumber uang yang tiada henti bertumbuh.
Nah, apa rahasia mereka?
Kuncinya, menurut Tichy, terletak pada adanya growth leaders yang memiliki visi jauh ke depan dan cerdas menyikapi pertumbuhan. Apa itu growth leaders? Growth leaders adalah pemimpin yang ideologi dan mindset-nya hanya satu, yaitu pertumbuhan. Setua apapun bisnis yang dimasukinya, seorang growth leader akan tetap melihat bisnis tersebut sebagai growth business. They always learn to look beyond their traditional definition of industry and markets.
Mereka tidak pernah dan tidak akan pernah kenal yang namanya batas pertumbuhan. Ketika para growth leader ini melihat berbagai risiko usahanya, maka mereka terus membangun skills dan kompetensi untuk mengeksploitasi peluang yang ada, dan akhirnya mereka meloncat meninggalkan peluang-peluang lama yang sudah tidak relevan lagi untuk kemudian masuk ke peluang yang baru.
Transformasi perusahaan untuk terus berkembang secara berkelanjutan mustahil terjadi jika ideologi pertumbuhan di atas hanya dimonopoli oleh sang leader. Karena itu, growth leader ini selalu melihat adanya urgensi bahwa seluruh level manajemen pun haruslah memiliki growth mentality. Jadi ada semacam budaya baru dalam sebuah bisnis. Selain itu, growth leader juga memiliki komitmen kuat untuk menyebarkan yang namanya growth mentality tadi ke seluruh level manajemen. Atau, dalam ungkapan lain bisa dikatakan, para growth leader ini akan terus berupaya untuk terus berusaha mereplikasikan dirinya sehingga akan muncul growth leaders di seluruh level manajemen.
Dalam membangun mentalitas pertumbuhan dan secara umum mengemudikan proses transformasi perusahaan ini, seorang growth leader menggunakan apa yang disebut Tichy dengan a teachable point of view. Pemimpin-pemimpin besar sekelas Jack Welch-nya GE, Larry Bossid-nya AlliedSignal, Andy Grove-nya Intel, ataupun Roberta Goizueta-nya Coca Cola selalu menciptakan sense of urgency untuk terus bertumbuh melalui teachable point of view ini. Mereka memiliki ide yang jelas mengenai kemana arah transformasi akan dijalankan. Mereka punya nilai-nilai yang akan menjadi acuan seluruh jajaran manajemen untuk menggerakkan perusahaan. Mereka selalu memiliki emotional energy yang menggerakkan growth leader lain di seluruh level manajemen.
Dan terakhir kali, mereka berani mengambil tugh decision dalam menghadapi kerasnya lingkungan bisnis. Keputusan Jack Welch untuk selalu memberikan pressure kepada karyawannya yang berada di peringkat 10% terbawah untuk berkinerja lebih baik atau terpaksa keluar, saya kira butuh keberanian yang luar biasa, karena hal tersebut jelas akan menimbulkan gejolak yang tidak kecil untuk bisa diselesaikan.
Sekarang, bagaimana dengan credit union? Sejauhmana kebutuhan dan pentingnya growth leader bagi credit union?
Credit union memang merupakan sebuah 'perusahaan' yang unik dan selalu bergejolak jika sudah berbicara dan masuk pada area ini, leadership. Kenapa? Lihat bagaimana ternyata di credit union tipikal leadership-nya adalah kepemimpinan kolektif. Demokrasi sangat diutamakan. Sementara riilnya, tidak ada demokrasi dalam bisnis, yang ada dan dibutuhkan hanya satu, 'otoriter'. Jika kita mengembangkan demokrasi dalam bisnis, seolah-olah bisa dipastikan bahwa bisnis tersebut akan lambat bertumbuh dan berkembang. Tapi bagi saya tidak. Sekolektif apapun kepemimpinan yang dikembangkan di credit union, tetap membutuhkan growth leader. Sang growth leader inilah yang nantinya akan memberikan warna tersendiri dalam credit union dengan teachable point of view yang dimilikinya. Dia menjadi orang yang paling visionable, paling tahu bagaimana dan kemana arah credit unionnya akan berkembng. Ini tidak mungkin dijumpai pada semua orang dalam credit union. Mungkin satu dari sekian banyak orang di kepengurusan, manajemen, atau bahkan anggota.
Meski demikian, dia akan mampu memengaruhi sekian orang lainnya, karena karakternya yang selalu ingin bertumbuh ini cepat atau lambat akan menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Dia seperti orang yang tidak bisa diam. Selanjutnya, credit union tinggal menciptakan budaya yang memungkinkan bibit potensial ini untuk bertumbuh sesuai dengan arah credit union. Penciptaan budaya dan 'lahan' inilah yang seringkali menjadi kendala, karena belum adanya kedewasaan organisasi dan bisnis hampir di setiap lini di credit union. Budaya ini dapat dimunculkan salah satunya dengan proses edukasi.
Masalah selanjutnya adalah ketika ternyata sebagian besar growth leader seperti ini di credit union didominasi oleh mereka yang masuk kategori muda. Anda masih ingat iklan A Mild dengan promotion statement 'Belum Tua Belum Boleh Bicara', kan? Inilah yang terjadi di kebanyakan credit union. Makanya yang lebih sering terjadi kemudian adalah, disharmoni dan tidak berjalannya budaya leadership yang berkualitas di lingkup credit union. 'Senioritas' masih begitu dominan. Generasi baru selalu menginginkan perubahan secara cepat dan radikal dengan orientasi pada perubahan landscape business. Hal ini bertolak belakang dan akhirnya saling berlawanan dengan generasi 'tuwir'. Sekumpulan orang yang kemudian menamakan diri sebagai senior ini, bukannya tanpa visi. Namun orientasi mereka lebih pada hasil (profit). Jadi hitung-hitungannya bukan lagi investasi dan return, tapi lebih pada profit dan risiko. Sebagus apapun pertumbuhan tetap tidak akan diterima, jika risiko terlalu besar, jika profit tidak jelas atau terlalu lama diperoleh. Manajemen waktu diselaraskan dengan masa pengabdian mereka untuk credit union.
Ini yang seharusnya makin hari makin dikikis di credit union, jika credit union ingin melihat pertumbuhan sebagai sesuatu yang natural melalui suatu proses kepemimpinan yang ideal. Jadi, sekarang berikan kesempatan bagi para rising star di credit union kita untuk tumbuh subur dan berkembang. Jangan pernah membatasi dengan berbagai macam hal yang justru menghambat kreativitas dan inovasinya. Dan jangan lupa, bahwa great leader ini tidak pernah lahir dari sistem 'karbitan'. Jangan memaksakan orang yang tidak mempunyai 'bakat' growth leader untuk menjadi seorang star.
Menutup tulisan ini, saya akan kutipkan pernyataan Tichy yang sangat menarik. not all growth is good. Growth at all costs, or growth for its own sake, can be a recipe of disaster. Banyak perusahaan mampu memompa pertumbuhan secara sangat mengesankan, namun ujung-ujungnya justru akhirnya perusahaan mengalami kerugian kronis. Bahkan tidak jarang angka-angka pertumbuhan yang semu ini akan menciptakan apa yang kemudian disebut oleh John Kotter sebagai too much complacency - terlalu cepat puas - sehingga sense of crisis justru tidak akan pernah muncul. Karena itu Tichy mengatakan bahwa, setiap growth leader tidak sembarangan dalam menciptakan pertumbuhan. Mereka hanya akan menciptakan good growth, yaitu pertumbuhan yang setidaknya memenuhi tiga kriteria, yaitu sustainable, profitable, dan terakhir capital efficient.
Nah, mari berkaca pada diri kita. Apa kita adalah seorang growth leader?