Di Balik Krisis Ada Peluang Hebat
Posted: Jumat, 01 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0

Apa yang dapat dibeli oleh uang?
Ini dia jawabannya...
Uang dapat membeli...
Obat, tapi tidak dapat membeli kesehatan
Tempat tidur yang super empuk, tapi tidak dapat membeli tidur
Makanan enak, tapi tidak dapat membeli selera
Gelar, tapi tidak dapat membeli keterampilan dan pengetahuan
Pengawal, tapi tidak dapat membeli kedamaian, keamanan dan kenyamanan
Permata dan berlian, tapi tidak dapat membeli kepuasan hati
Hiburan, tapi tidak dapat membeli kegembiraan
Harta kemewahan, tapi tidak dapat membeli peradaban
Waktu, tapi tidak dapat membeli perhatian dan cinta
... dan bisa membeli buku, tapi tidak membeli harapan dan kesuksesan
Beberapa hari lalu salah seorang peserta training saya memberi sebuah buku karya Rhenald Kasali, Marketing In Crisis. Buku itu menarik sekali dan seperti biasa saya akan membagikannya kepada sahabat sekalian, apa yang menjadi isi buku itu ...
Krisis sekarang ini memang sedang 'naik daun' dan menjadi buah bibir lantaran sedang melanda berbagai negara di dunia. Krisis sebagai sebua nama kini seolah menjadi begitu dekat dan familier di telinga. Namun kedekatan tersebut pastinya akan mengganggu dalam segala sendi kehidupan, baik dalam usaha, sebagai karyawan, investor, konsumen dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya bisa menggangu roda perekonomian pribadi dan lebih besar adalah bangsa.
Berkaitan dengan krisi seperti ini, buku Rhenald Kasali dengan judul Marketing In Crisis tadi, sebenarna ingin memberi solusi dan therapy marketing untuk memberi keyakinan bahwa krisis sejatinya bisa dikalahkan bahkan bisa menjadi peluang yang sangat dahsyat.
Menurut Rhenald, krisis adalah gabungan antara bencana dan peluang yang datang bersamaan. Dia bisa menghancurkan sekaligus bisa menimbulkan pasar-pasar baru. Dia juga sebagai titik belok yang krusial. Makanya momentum krisis sebaiknya untuk bekerja lebih keras dan cerdas. Adanya krisis harus dilawan dan jangan dibiarkan. Cara melawannya dengan harus cepat melakukan strategi atau tindakan khusus. Strategi atau tindakan itu diantaranya mulai dari percaya instuisi, keberania, perjuangan, ambil risiko, dan pikiran jernih.
Mencermati krisis global yang terjadi sekarang ini memang begitu dahsyat. Rhenald mengibaratkan seperti awan gelap yang sedang menyelimuti Amerika, beberapa negara Eropa, dan negara-negara yang tergantung kepada dua benua tersebut. Dan ketakutan dengan awan gelap tersebut semakin lama semakin menular ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Padahal tidak demikian. Di mata Amerika dan beberapa negara Eropa, negara berkembang tidak berawan gelap. Pasar domestik dan ruang pertumbuhan ekonomi relative lebih baik dan besar. Jadi, kita jangan takut terhadap krisis, pasalnya kekuatan pasar domestik kita masih ada. Tetapi tetap harus kita bisa membaca tanda-tanda akan terjadinya krisis. Selain itu juga kita harus bisa membedakan dan mengetahui ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro itu urusan negara sedangkan mikro itu urusan bisnis.
Nasib perusahaan sejatinya tidak melulu ditentukan oleh kondisi ekonomi makro semata. tetapi juga oleh kondisi-kondisi mikro bisnis seperti konsumen, keinginan membeli, analisis persaingan, merek, dan lain sebagainya. Sebab itu jiika sekarang ini di masa krisis mengalami penurunan permintaan, maka jangan tiba-tiba menyalahkan daya beli yang menurun. Bisa saja itu diakibatkan mental kita dan anak buah kita yang menurun.
Nah, buku ini mengajarkan kita bahwa adanya krisis menyiratkan kita harus juga berubah, beradaptasi menyesuaikan dengan keadaan baru. Rhenald mencontohkan, Nokia dan Sharp yang bisa berumur panjang karena beradaptasi. Demikian pula dengan Bank Mandiri dan Pegadaian yang berhasil berevolusi diri. Pada intinya kita harus bersyukur karena krisis lebih mendorong kita untuk berpikir dan bertindak.
Rhenald melihat ada 4 area yang harus diperhatikan ketika kita ingin beradaptasi atau berevolusi. Keempat area itu adalah teknologi, produk dan jasa, struktur, dan sistem dan sumber daya manusia.
Menghadapi krisis adalah ibarat sebuah perang. Fisik dan mental kita harus benar-benar siap dan benar-benar siaga. Jika kesiapan dan kesiagaan sudah baik maka biasanya keyakinan akan semakin tebal untuk memenangkan pertempuran menghadapi krisis. Dalam buku ini, Rhenald memaparkan satu strategi perang untuk menghadapi krisis. Strategi tersebut adalah strategi pemasaran yang dimulai dari menerapkan prinsip-prinsip terapi pasukan dengan dukungan komandan-komandan lapangan dan pemimpin yang punya keyakinan untuk menang, pikiran jernih, fokus, dan tidak panik.
Dalam strategi ini ibaratnya adalah pahlawan sejati. Untuk menang tidak dengan begitu saja. Tapi harus memutar otak dan menggerakkan seluruh tenaga dan intuisinya. Dan di strategi ini kita bisa melihat secara tidak langsung, apakah kita sudah menerapkan prinsip hope management atau belum. Prinsip hope management sebenarnya tidak rumit, yaitu: fokus pada sasaran yang mudah dicapai dan mudah dilakukan. Sekali lagi fokus dan jangan melompat-lompat, bila sesuatu tercapai biasanya akan meningkatkan keyakinan, manusia bergerak optimis karena terus mempunyai harapan, harapan terpenuhi akan memunculkan harapan-harapan baru dan rayakan setiap kemenangan kecil dan berikanlah pasukan semangat berupa bonus dan pujian.
Inilah kenapa saya di awal tulisan ini, mengingatkan sahabat sekalian apa yang dapat dibeli dengan uang. Karena harapan itu adalah langkah awal kita menjalani, meraih, dan menikmati kemenangan. Selamat berjuang dalam krisis!