Turning Zero Into Hero (Filosofi Modal Nol)

Posted: Jumat, 27 Februari 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
2

Banyak perusahaan atau pengusaha yang berjuluk from zero to hero. Dari nol jadi banyak nol di belakang angka.

Belakangam entrepreneurship di Indonesia makin berkembang. Salah satu pencetusnya, adalah makin maraknya sekolah-sekolah entrepreneurship yang berkembang. Mulai dari Entrepeneur University dari Purdi E Chandra, pengusaha yang besar dari lembaga pendidikan Primagama hingga ke sekolah entrepreneur yang didirikan oleh pengusaha properti kawakan, Ciputra. Business School juga diserbu oleh peminat. Tak urung, universitas sekelas ITB pun kini membuat sekolah bisnis. Inilah gambaran positif yang perlu kita syukuri. Sebab, menurut Ciputra, Indonesia masih kekurangan entrepreneur. Ia bahkan menyebut, prosentase pengusaha di negeri yang amat kaya ini masih di bawah angka satu persen. Idealnya, menurut pendiri Ciputra Grup ini, perlu minimal dua persen jumlah prosentase pengusaha di suatu negara untuk memajukan ekonominya.

Namun, di tengah maraknya iklim entrepreneurship yang mulai berkembang, ada saja hambatan yang sering dicap sebagai penghalang. Salah satunya, kesulitan mencari dana bagi pengusaha pemula. Bahkan, belakangan, di tengah ancaman krisis global yang dimulai dari Amerika, pinjaman dari bank pun kembali diperketat. Sehingga, perusahaan kelas kakap pun mulai terkena imbasnya.

Seretnya kredit dana cair dari lembaga keuangan membuat beberapa perusahaan harus mengetatkan anggaran hingga - tragisnya - melakukan rasionalisasi pegawai.



Tetapi, sejarah membuktikan. Banyak perusahaan atau pengusaha yang berjuluk from zero to hero. Dari nol jadi 'banyak nol di belakang angka'. Mereka bahkan memulai dari modal nol atau modal 'dengkul' hingga mampu menjelma jadi pengusaha kawakan. Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana dari sesuatu yang tiada menjadi berada? Memang, hal ini seperti sesuatu yang aneh dan nyaris tidak masuk akal bagi sebagian orang. Bagaimana bisa memulai usaha dengan tanpa uang sama sekali? Nol itu jelas-jelas bukan suatu angka yang bisa digunakan untuk membeli apapun. Nol itu adalah angka yang kosong melompong, bagaimana mungkin kita bisa memulai usaha tanpa memiliki sesuatu apapun? Betul. Jika itu pola pikir yang dianut adalah pola pikir yang biasa-biasa saja. Tapi, bagi sebagian besar orang-orang luar biasa yang mengatakan dirinya memulai usaha dari nol, sebenarnya angka nol mengandung filosofi yang sangat mendalam.

Setidaknya, ada tiga filosofi dasar yang mungkin perlu dipahami tentang modal nol itu sendiri.

Perhatikan angka nol. Bentuknya bulat lonjong, tanpa terputus. Pada satu sisi inilah angka yang bisa dikatakan sebagai simbul bahwa kia - tidak bisa tidak - selalu saling tergantung satu sama lain. Semakin kita bisa saling bekerja sama dengan orang lain, kesempatan menjadi pengusaha pun akan semakin terbuka lebar.
Itulah mengapa angka nol adalah satu bentuk angka yang utuh dengan garis tidak terpisahkan. Keterkaitan kita dengan lainnya sangat bermanfaat untuk menjamin kelancaran sebuah usaha. Layaknya puzzle, kemampuansatu bidang pada diri kita akan dipenuhi oleh kemampuan orang lain di bidang lainnya, baik untuk saling melengkapi maupun saling mendukung demi kemajuan bersama.

Kemudian, coba perhatikan, mengapa bentuk angka nol selalu lonjong memanjang ke atas, bukan bulat penuh atau lonjong ke samping? Ini adalah filosofi hubungan kita dengan Tuhan. Kita bisa menjadi seorang pengusaha harus selalu mengingat ke atas. Bahwa, kia bisa sukses maupun gagal itu selalu ada dalam koridor kekuasaan Tuhan. Dan, Tuhan pun sudah mengatakan, Dia takkan mengubah nasib suatu kaum tanpa kaum itu berusaha mengubah nasibnya sendiri. Inilah filosofi angka nol yang sangat religius. Jika hal ini selalu dijadikan pegangan oleh seseorang, maka untuk menjalani profesi menjadi pengusaha, kita tak perlu khawatir. Sebab, hidup ini pastilah selalu dalam koridor kekuasaan Tuhan yang Mahabesar dengan segala rahmat dan berkah, terutama alam, yang perlu diolah itu.

Filosofi ketiga - menurut banyak pengusaha - inilah salah satu yang terpenting. Sadarkah kita bahwa nol itu adalah sebuah singkatan dari kata tolong-meNOLong? Inilah inti dari mengapa seseorang dengan modal nol bisa menjadi seorang pengusaha sukses. From zero to hero, begitu banyak orang menyebut jika seseorang yang memulai dari bawah dan dari nol bisa menjadi seorang pengusaha sejati.

Kekuatan tolong menolong inilah yang menjadi kekuatan inti dari modal yang sesungguhnya. Modal (baca. uang) seberapa pun besarnya tidak akan bisa membuat kita sukses jika tidak ada unsur saling tolong menolong ini. Modal seperti inilah yang akan membantu kita menjadi pengusaha dalam arti sesunguhnya.

Konon, orang Tionghoa yang kebanyakan sukses menjadi pengusaha, juga menganut prinsip nilai saling tolong menolong ini. Karena itu, biasanya tali persaudaraan di antara mereka sangat kuat. Tak heran, jika banyak perusahaan keluarga yang berkembang pesat di tangan para pengusaha Tionghoa.

Itulah filosofi nol dari pengertian harafiah yang bisa saya terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Modal nol ternyata bukan modal kosong sama sekali. Modal nol justru adalah modal yang sangat ampuh untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship kita. Nilai kebersamaan, keterkaitan satu sama lain, unsur religius berupa kekuatan Tuhan yang selalu disyukuri dan dimaksimalkan, hingga sikap saling tolong menolong, akan membuat sebuah usaha bisa mencapai hasil yang didambakan. Inilah kekuatan dasar untuk menjadi kita ... FROM ZERO TO HERO ...

2 komentar:

  1. luar biasa, saya perlu banyak belajar dari anda. Mohon jangan lupa bantu saya di Kubu Bingin Credit Union. Bagus juga tuh kalau dibuatkan blog dan facebook. Kapan bisa mulai??? Tq n sukses ya

  1. Saya pasti bantu, pak. Minggu ini saya sudah mulai bantu.