Pakailah TOWS, Bukan SWOT!

Posted: Rabu, 08 Januari 2014 by R. Anang Tinosaputra in Label: ,
0

Ketika menulis buku pertama dengan Mas Yuswohady pada 2007-2008, saya mendapat kesempatan memopulerkan Model Credit Union Marketing. Konsep 4C dan Sembilan Elemen Marketing sudah saatnya dimodifikasi supaya lebih praktis lagi.

Supaya lebih gampang dimengerti juga!
Kan tugas saya bukan 'mempersulit' sesuatu yang sebenarnya 'mudah'. Tapi, justru 'mempermudah yang susah'. Ada tiga hal yang saya lakukan untuk simplification itu.

Pertama, daripada membahas shifting dari situasi persaingan 2C ke 4C, lebih baik langsung memberikan basic platform. Yang saya maksudkan dengan ini adalah terserah masing-masing saja untuk menggunakan model 4C.

Tiga C yaitu change, competitor, dan customer saya gabungkan di landscape. Beda dengan 3C-nya Kehnichi Ohmae yang berarti company, customer, dan competitor! Di model 4C saya yang sudah termodifikasi, landscape adalah yang 'tempat' C keempat, yaitu credit union melaksanakan persaingannya.

Supaya gampang, model 4C itu saya gambar dalam bentuk belah ketupat.

Mas Yuswohady lebih senang menggunakan kata 'wajik'! Karena bentuknya memang mirip kue tradisional Jawa itu.

Change saya taruh di atas karena inilah yang memengaruhi perubahan- perubahan di competitor dan customer. Model saya kan future oriented, supaya bisa dipakai untuk membuat strategi ke depan. Bukan model untuk menganalisis ke belakang!

Sedangkan competitor dan customer saya 'pasang' di titik kiri dan kanan dari 'wajik' itu. Nah, baru di titik bawah, saya taruh credit union. Maksudnya, sebuah credit union sebagai company harus meninjau landscape-nya lebih dulu sebelum memutuskan strategi ke depan. Di dalam buku itu, saya juga menyempurnakan elemen-elemen change yang dulunya tiga jadi lima.

Secara vertikal, tiga eleman awal adalah technology, economy, dan market. Teknologi yang berubah memang mengubah sifat ekonomi, kan?

Lihat saja ketika Alvin Toffler menjelaskan first, second, dan third wave dalam buku
legendarisnya. Teknologi pertanian berkembang jadi teknologi industri dan teknologi informasi. Perekonomian pun akan bergeser menurut arah yang sama.

Itu tercermin di market di mana persaingan antar pemain terjadi. Kalau diterapkan di marketing, jadinya begini. Kalau sebuah credit union membuat produk pinjaman, misalnya, melihat ada pinjaman yang 'lebih ringan dan kecil' milik kompetitor tapi ketinggalan atau terlambat bereaksi, akibatnya fatal, kan?

Mengapa?
Sebab, ekonomi makro akan memenangkan perusahaan yang bisa memberikan more value for money untuk pelanggannya. Selera market pun 'bergerak' ke sana.

So, kalau teknologi itu diambil competitor lebih dulu dan ternyata customer menyukainya, berarti company yang bersangkutan sudah 'ketinggalan' dari landscape-nya yang dinamis itu!

Tapi, saya juga tambahkan elemen change yang keempat dan kelima, yaitu political/legal dan social/culture. Saya taruh yang pertama di kiri elemen ekonomi dan yang kedua di
kanannya. Artinya? Situasi politik yang pro-teknologi sehingga mendorong aturan yang tidak melarang penggunaan teknologi itu akan mempercepat perubahan landscape.

Begitu juga dengan kondisi sosial masyarakat dan nilai-nilai budaya lokal yang 'menerima' bahkan 'menyambut' teknologi semacam itu akan semakin mendorong pergeseran! Sedangkan situasi sebaliknya sering juga bisa 'menghambat' pergeseran ekonomi dan market walaupun teknologinya sudah tersedia!

Pak Hermawan Kartajaya ternyata sangat menyukai 'modifikasi' itu.

Beliau sempat bilang bahwa model 4C yang 'baru' tersebut akan memudahkan orang menganalisis dynamic and ever-changing landscape-nya ketimbang menggunakan model lain yang ruwet!

Nah, setelah menganalisis dampak kelima elemen change itu kepada competitor dan customer-nya, maka sebuah credit union harus melakukan TOWS Analysis! Ini bukan sekadar SWOT yang dibalik!

Ada perubahan paradigma yang mendasar. Kalau Anda menggunakan SWOT, biasanya
akan lebih present atau bahkan bisa jadi past oriented! Coba saja jika tidak percaya!

Daftar S (strength)-nya bisa sangat panjang karena 'mengenang' kejayaan masa lalu. W (weak)-nya tidak banyak karena 'bias' pada pandangan ke belakang. Apalagi kalau ada agency problem!

Artinya, manajer yang sekarang 'takut' disalahkan kalau menulis S-nya sedikit dan W-nya banyak! Padahal, S dan W yang present atau pastoriented itu tidak akan relevan lagi untuk masa depan.

Tapi, kalau kita mulai dengan identifikasi T (threat) dan O (opportunities), otomatis akan ‘dipaksa’ berorientasi pada masa depan. Apalagi kalau dimulai dengan threat, otomatis orang mulai ‘mikir’ tentang 3C yang ada. Opportunities juga berasal dari 3C. Tapi, ‘TO’ itu
harus di- ‘fit’-kan dengan SW dari credit union-nya. Jadi, TO itu bukan hanya external seperti banyak disangka orang!

Suatu pergeseran di 3C yang menguntungkan akan jadi O, sedangkan yang malah
menguntungkan competitor (karena lebih siap) harus jadi T! Jadi, tren yang sama bisa masuk O atau T bagi pemain yang berbeda. Nah, sesudah analisis T dan O, baru ke W dan S! Hasilnya pasti beda.

Yang tadinya S bisa jadi W karena kompetensi yang dimiliki saat ini atau masa lalu tidak cocok, bahkan jadi "beban" untuk masa yang akan datang! Analisis TOWS itu juga sangat disukai Pak Hermawan Kartajaya karena membuka wawasan baru bagi yang biasanya pakai pendekatan SWOT.

Analisis TOWS tersebut akan memberikan ‘paradigma’ masa depan sehingga strategi
yang dibuat juga bisa dipakai untuk masa depan. Kalau pakai SWOT, bisa jadi, strateginya berkiblat kepada masa lalu yang akhirnya malah membuat sebuah credit unionakan semakin kalah bersaing. Kan ada istilah garbage in, garbage out?

Analisis salah, ya strategi salah. Pendekatan TOWS itu pula yang saya pakai untuk membuat tesis bahwa credit union akan bangkit bersaing dengan perusahaan lain dan sungguh-sungguh menjadi pilar ekonomi bangsa. Menjadi Credit Union Baru yang
lebih berdaya saing! Prediksi saya benar 100 persen walaupun waktu itu Pak Hermawan Kartajaya dan Mas Yuswohady agak ‘khawatir’ tesis tersebut akan salah!

Kenyataannya sekarang?

Baru sekitar lima tahunan sesudah launching E=wMC
², justru Amerika dan Eropa yang krisis gak karuan. Tapi Indonesia justru bersiap menjadi macan Asia bersama China dan India. Kenapa? Karena begitu banyak usaha kecil menengah tumbuh subur bagai jamur di musim hujan. UKM inilah yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dan sekaligus mendorong lahirnya kelas #C3000-nya Mas Yuswohady. Dan percaya atau tidak, UKM-UKM ini banyak yang menggunakan tesis saya. Hehehe…

Apapun itu, semua orang sepakat bahwa inilah Abad Asia! Asia sudah menjadi ‘lokomotif’
kebangkitan dunia sesudah krisis 2008! Wow!

Itulah keampuhan analisis TOWS di sebuah model landscape 4C!

Bagaimana menurut Anda?

Think Big Start Small…

0 komentar: