Mintalah, maka Kamu Akan Diberi!
Posted: Rabu, 08 Januari 2014 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Perjalanan awal saya sebagai Professional Service Consultant tidak
semulus yang saya kira. Padahal, personal
brand awareness saya sudah cukup tinggi berkat memberi training di banyak
credit union di Indonesia sejak masih jadi bagian dari Puskopdit Bali Artha
Guna. Personal brand association saya
juga sudah sangat ‘tajam’, karena selalu dan hanya menulis dan memberi training
dari ‘angle’ marketing. Kalau
dihitung secara kasar saja, tiga tahun berturut-turut waktu itu, berarti sudah lebih
dari 50 tulisan marketing untuk credit union dan lebih dari 50 training
marketing pula untuk credit union.
Kehadiran saya di MarkPlus Forum Surabaya pun membantu terjadinya network. Di sanalah saya mulai menawarkan diri untuk bicara secara ‘gratis’ di perusahaan-perusahaan selain credit union. Itu pun ternyata masih sangat susah!
Kehadiran saya di MarkPlus Forum Surabaya pun membantu terjadinya network. Di sanalah saya mulai menawarkan diri untuk bicara secara ‘gratis’ di perusahaan-perusahaan selain credit union. Itu pun ternyata masih sangat susah!
Mereka suka membaca tulisan saya karena mudah dicerna, tapi tak mau spend waktu untuk anak buah. Mereka takut kalau saya hanya omong kosong. Akhirnya saya harus menerima pekerjaan di perusahaan lain, dengan catatan posisi harus top management. Ya, saya akhirnya sambil bekerja di The Bali Times sebagai brand manager dan sekaligus di C151 Vill’s Development sebagai Ass. Director of Marketing. Bagi saya tidak masalah, pokoknya, supaya kelihatan sibuk, saya harus pergi keluar rumah setiap hari selama 7 hari seminggu!
Bagaimana
tidak, waktu saya memulai karier sebagi professional
service consultant saya baru 6 bulan menempati rumah baru saya di salah
satu perumahan cukup elit di Bali, dan waktu itu saya kadung promosi diri
setiap ditanya tentang pekerjaan. Saya selalu menjawab bahwa saya seorang marketing analyst and consultant. Karena
waktu itu saya sudah persiapan resign dari
credit union.
Jadi
begitu benar-benar resign dari credit
union dan belum punya klien, ya saya
harus tetap kelihatan sibuk. Sehingga Senin sampai Kamis saya bekerja di The
Bali Times dan C151 Villa’s Development, Jumat sampai Minggu saya gunakan untuk
keluar Bali memberi training pada siapa saja. Yang penting ada training, soal
bayaran itu nomor sekian.
Kalau cuma di rumah, saya malu sama tetangga! Karena itu, setiap hari saya harus keluar rumah, nyetir BMW second ke mana aja. Paling sering ya mengunjungi kantor teman untuk menjajakan diri, tapi tidak laku! Gratis sekalipun.
Semua orang yang dulu hormat, ketika saya masih jadi salah satu bos di credit union, kayak ogah ditemui. Padahal, dulu mereka yang mencari-cari saya. Pinjam buku, minta tambahan training, bahkan sebatas diskusi dan konsultasi gratis. Terus terang, sesudah sebulan hingga tiga bulan saya agak putus asa. Mau balik kerja sama orang malu, mau meneruskan rasanya berat sekali. Tapi, saya tidak boleh terlihat seperti itu di rumah maupun di depan teman-teman.
Setiap malam saya sedih melihat kedua anak saya yang masih kecil, Nanda dan Nindi. Saya tidak khawatir akan saya sendiri, tapi khawatir akan nasib mereka yang masih kecil dan soal sekolah mereka nantinya. Di malam hari, beberapa kali saya mengeluarkan air mata secara tidak sengaja.
Tapi, bagaimanapun, saya harus bertahan! Caranya? Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk menghadap kepada salah satu GM credit union yang cukup besar di Jawa Timur. Saya ajak Nanda (anak pertama saya) dan saya brief dia selama perjalanan dari Denpasar ke Pasuruan bahwa saya akan ‘minta job’ kepada teman GM ini. Maksudnya, supaya dia bisa mengerti ‘perjuangan’ saya untuk minta job. Tapi juga, untuk meng-create efek psikologis teman GM ini.
Kami berdua diterima teman GM di rumahnya kira-kira pukul 10 pagi, ketika hari Minggu. Nanda yang belum besar kelihatan ‘prihatin’ akan suasana yang agak ‘tegang’ terutama ketika saya mulai berbicara.
Saya langsung menyampaikan bahwa saya sudah resign dari Puskopdit Bali Artha Guna dan mengembalikan semua fasilitas yang pernah saya terima. Dan sekarang sedang mulai merintis karir sendiri.
Berikutnya, saya langsung saja minta tolong kepada teman GM ini untuk diberi ‘pelaris’. Saya mengaku saja kalau belum laku!
Dalam waktu setengah jam, teman GM ini setuju untuk memberikan job training kepada staf di credit unionnya sendiri di seluruh TP dan cabang di seluruh Jawa, selama satu tahun. Itulah job pertama saya! Sebuah kontrak besar! Langsung saja, saya terharu dan merangkul Nanda dalam perjalanan pulang ke rumah. Lega rasanya, setelah beberapa bulan tidak dapat job apa pun.
Saya masih ingat, waktu itu total kontrak setahun yang saya dapat sebanyak dua setengah kali dari gaji saya setahun di tempat terakhir saya bekerja! Terus terang, inilah ‘aliran transfusi darah’ pertama supaya saya sekeluarga tidak mati.
Nah, dengan adanya buffer itu, saya dapat hidup tenang paling tidak setahun. Selain itu, ada kesempatan untuk mulai mencari dan mengembangkan network di hingga keluar credit union.
Pelajaran apa yang saya dapat di sini?
Kalau cuma di rumah, saya malu sama tetangga! Karena itu, setiap hari saya harus keluar rumah, nyetir BMW second ke mana aja. Paling sering ya mengunjungi kantor teman untuk menjajakan diri, tapi tidak laku! Gratis sekalipun.
Semua orang yang dulu hormat, ketika saya masih jadi salah satu bos di credit union, kayak ogah ditemui. Padahal, dulu mereka yang mencari-cari saya. Pinjam buku, minta tambahan training, bahkan sebatas diskusi dan konsultasi gratis. Terus terang, sesudah sebulan hingga tiga bulan saya agak putus asa. Mau balik kerja sama orang malu, mau meneruskan rasanya berat sekali. Tapi, saya tidak boleh terlihat seperti itu di rumah maupun di depan teman-teman.
Setiap malam saya sedih melihat kedua anak saya yang masih kecil, Nanda dan Nindi. Saya tidak khawatir akan saya sendiri, tapi khawatir akan nasib mereka yang masih kecil dan soal sekolah mereka nantinya. Di malam hari, beberapa kali saya mengeluarkan air mata secara tidak sengaja.
Tapi, bagaimanapun, saya harus bertahan! Caranya? Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk menghadap kepada salah satu GM credit union yang cukup besar di Jawa Timur. Saya ajak Nanda (anak pertama saya) dan saya brief dia selama perjalanan dari Denpasar ke Pasuruan bahwa saya akan ‘minta job’ kepada teman GM ini. Maksudnya, supaya dia bisa mengerti ‘perjuangan’ saya untuk minta job. Tapi juga, untuk meng-create efek psikologis teman GM ini.
Kami berdua diterima teman GM di rumahnya kira-kira pukul 10 pagi, ketika hari Minggu. Nanda yang belum besar kelihatan ‘prihatin’ akan suasana yang agak ‘tegang’ terutama ketika saya mulai berbicara.
Saya langsung menyampaikan bahwa saya sudah resign dari Puskopdit Bali Artha Guna dan mengembalikan semua fasilitas yang pernah saya terima. Dan sekarang sedang mulai merintis karir sendiri.
Berikutnya, saya langsung saja minta tolong kepada teman GM ini untuk diberi ‘pelaris’. Saya mengaku saja kalau belum laku!
Dalam waktu setengah jam, teman GM ini setuju untuk memberikan job training kepada staf di credit unionnya sendiri di seluruh TP dan cabang di seluruh Jawa, selama satu tahun. Itulah job pertama saya! Sebuah kontrak besar! Langsung saja, saya terharu dan merangkul Nanda dalam perjalanan pulang ke rumah. Lega rasanya, setelah beberapa bulan tidak dapat job apa pun.
Saya masih ingat, waktu itu total kontrak setahun yang saya dapat sebanyak dua setengah kali dari gaji saya setahun di tempat terakhir saya bekerja! Terus terang, inilah ‘aliran transfusi darah’ pertama supaya saya sekeluarga tidak mati.
Nah, dengan adanya buffer itu, saya dapat hidup tenang paling tidak setahun. Selain itu, ada kesempatan untuk mulai mencari dan mengembangkan network di hingga keluar credit union.
Pelajaran apa yang saya dapat di sini?
Saya
menjual paket training besar kepada teman saya untuk melatih stafnya dalam
situasi psikologis yang tepat! Selain itu? Sebenarnya saya tidak menjual, tapi
meminta pada saat yang tepat (beliau sedang rileks di hari libur) dalam situasi
psikologis yang tepat pula (ada Nanda di situ). Suatu peristiwa yang tidak akan
pernah bisa saya lupakan sampai kapan pun!