Grow with Excellence, Professionalism, and Character
Posted: Rabu, 08 Januari 2014 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Management
0
Ada
sebuah buku yang menginspirasi saya. Judulnya? ‘Every Business is a Growth
Business!’ Di dalam buku itu dikemukakan hasil riset si pengarang. Basically, temuannya hanya dua.
Pertama, bisnis yang
tidak tumbuh akan mati!
Kenapa? Sebab, pesaingnya tumbuh dan
akan mempunyai better bargaining position.
Pelanggan juga nggak suka pada perusahaan yang stagnan. Tidak berkembang dan tidak
punya inovasi. Mereka pasti pindah ke pesaing yang lebih kreatif.
Alasan berikutnya, ada tekanan dari
dalam. Karyawan merasa tidak punya masa depan. Yang bagus akan keluar,
sedangkan yang ‘kartu mati’ atau deadwood
pasti tetap tinggal. Karena itu, kalau mau sustainable,
sebuah perusahaan harus grow.
Kedua, pertumbuhan
itu harus disertai kualitas. Jangan hanya mengejar top line atau market share.
Bottom line atau profit bersifat
penting supaya pertumbuhan jadi sehat. Karena itu, mesti ada profitable growth. Pertumbuhan ditopang
dengan kekuatan untuk tumbuh terus!
Nah, di credit
union, saya sangat mempercaya akan kata ‘grow’.
Credit union harus grow, tapi semua CUer
(istilah saya untuk insan-insan credit union) harus grow juga. Tanpa itu semua, credit union tidak bisa bertahan dua
puluh tahun atau lebih! Buat saya, grow
dengan kualitas hanya bisa terjadi kalau excellent
jadi pegangan semua orang. Kalau grow
with excellence, kita bisa mencapai excellent
growth.
Dulu ketika saya belajar di MarkPlus
dan menjadi bagian dari MarkPluser, selain mengagumi Pak Hermawan Kartajaya dan
Mas Yuswohady, saya juga nge-fans
terhadap Michael Hermawan (anak sulung Pak HK). Ia adalah role model di
MarkPlus untuk hal excellent growth saat
itu.
Mulai high school di Upland, California, lulus dengan indeks prestasi
4,0, dan mendapatkan seritifikat penghargaan dari presiden AS ketika itu. Dia
melanjutkan di UT Austin dan menyelesaikan pendidikan dalam waktu tujuh
semester dengan GPA 3,97.
Dia bekerja di Andersen Consulting sebelum
melanjutkan ke Kellog School of Management di Northwestern University, Chicago.
Sesudah menamatkan program MBA prestisius dalam waktu setahun, dia bekerja di
AT Kearney selama tiga tahun, baru kemudian balik ke MarkPlus. Sekarang dia
adalah COO atau chief operating officer di MarkPlus. Dialah yang menuliskan
empat elemen excellence setelah
mempelajari berbagai literatur.
Pertama adalah commitment atau purpose. ‘It is not about winning itself, but about
paradigm to win! We must consciously choose excellence.’ Itu benar! Banyak
orang yang terima hidup tenang dan cukup jadi medioker saja.
Nah, orang seperti itu tidak punya purpose untuk menang. Ya nggak pernah
menang dan mana bisa menang? Karena itu, supaya bisa excellent, harus ada redefinisi paradigma dulu.
Kedua adalah opening your gift atau ability. ‘Every person in the world has the ability to be excellent in at least
one area. See your inner potential.’
Elemen kedua itu perlu. Sebab, tidak
ada gunanya Anda punya paradigma untuk menang, tapi tidak punya ability. Diingatkan, tiap-tiap orang
sebenarnya diberi Tuhan kemampuan paling tidak di satu area. Carilah dan
kembangkan! Karena lanskap berubah terus, ability
pun harus dikembangkan terus. Kalau tidak, ya semakin tidak kompetitif dan
akhirnya mana bisa excellent. Jadi, excellent itu sifatnya dinamis.
Ketiga, being the best you can be atau motivation.
‘It is not about talent. It is about
getting the best shape possible given our God given potential.’ Artinya? Excellent sebenarnya bukan cuma talenta.
Tuhan pasti sudah memberikan sesuatu untuk Anda. Maksimalkan yang ada itu
supaya tercapai hasil yang optimal.
Keempat, continuous improvement. ‘We
must set the bar and continually raise it from time to time.’ Orang Jepang
menyebutnya kaizen. Besok harus lebih bagus daripada hari ini. Jangan
berpuas diri. Nah, excellent seperti itulah yang sungguh
saya inginkan ada di credit union, seperti yang saya rasakan dulu di MarkPlus.
Kita tidak mungkin merekrut superstar untuk semua bidang kerja dan
layanan credit union. Tapi, orang biasa yang mau seperti keempat elemen excellence di atas, yang nantinya akan
membentuk suatu excellent organization!
Nah, grow with excellence itulah yang harus disambungkan dengan empat passion yang selalu saya jelaskan di
setiap diskusi credit union. Tanpa passion
yang kuat terhadap empat hal itu, yaitu knowledge,
business, service, dan people,
sama saja tidak ada profesionalisme dalam mencapai excellent growth tersebut.
Akhirnya, saya mengakhiri grow with excellence with professionalism
credit union tersebut dengan menggabungkannya dengan enam pilar karakter Josephson Institute of Ethics. Apa itu?
Luar biasa! Saya menemukan 6 pilar dari good
character tersebut dan langsung jatuh cinta!
Pertama, trustworthiness. Sebisanya, pilar itu dipupuk sejak anak berusia 4
sampai 6 tahun supaya tidak bohong dan berdusta. Berani membela kebenaran.
Itulah karakter paling dasar dari manusia credit union.
Kedua adalah responsibility, yang sebaiknya diajarkan sejak umur 6 sampai 9
tahun. Di pilar tersebut ditanamkan sikap disiplin dan bertanggung jawab
terhadap pilihan yang diambil untuk berpikir sebelum bertindak dan
mempertimbangkan segala konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil.
Ketiga adalah respect. Yakni, dibiasakan memperlakukan orang lain dengan hormat.
Mengikuti the golden rule-nya Pak
Mario Teguh: ‘Perlakukanlah orang lain
sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Berlaku sopan dan jangan melukai orang
lain.’ Sifat itu perlu ditanamkan sejak umur 9 sampai 11 tahun.
Keempat adalah fairness. Anak-anak umur 11 sampai 13 tahun perlu mulai menjiwai pilar
itu agar belajar mengikuti aturan yang berlaku. Tidak berprasangka dan tidak
sembarangan menyalahkan orang lain, juga berbagi dengan sesama.
Kelima adalah caring yang harus diterapkan sejak masa remaja. Inti pilar itu
adalah bertindak dengan ramah dan peduli kepada orang lain. Memaafkan orang
lain dan membantu mereka yang kesulitan.
Pilar keenam dan yang terakhir
adalah citizenship yang dibangun
sejak meninggalkan masa remaja dan mulai menjadi dewasa. Pilar itu berbicara
mengenai berperan aktif dalam mengembangkan komunitas sekitar. Juga, bekerja
sama dan bertetangga dengan baik, mematuhi hukum dan aturan, serta menghargai
otoritas.
Nah, saya
sangguh ingin supaya credit union bisa mengadopsi enam pilar yang diakui secara
internasional itu. Di AS, bahkan polisi diajari enam karakter tersebut. Saya
melihat, good character itu pasti
didukung semua kitab suci agama apa pun di dunia ini. Saat ini dan seterusnya,
karakter lebih penting daripada apa pun.
Kenapa Avatar laris manis?
Hasil diskusi saya dengan beberapa
teman tentang karakter tersebut, menunjukkan bahwa penduduk Pandora yang
kelihatan primitif padahal sangat high
tech tersebut punya karakter terpuji. Sedangkan orang bumi yang pengin ambil
mineral di Pandora, tapi akhirnya kalah dan balik ke bumi tidak punya karakter
yang bagus. Sebuah film yang pas dengan spirit Credit Union Marketing Is Love Marketing, yang saya kenalkan 3
tahun lalu, dimana karakter adalah segalanya dalam bisnis.
Di credit union, model untuk
karakter bagi saya selalu dimulai dari keluarga setiap insan credit union.
Yups… setidaknya saya selalu memotivasi ketiga anak saya untuk terus belajar,
tanpa memedulikan hasil akhir. Saya selalu mengajak anak-anak saya melihat proses
hidup kami bersama, mulai saya kuliah di D-1 Teknik Geodesi, kemudian S-1 di
Universitas Udayana, sampai akhirnya di NTU, Singapore karena beasiswa dan
sambil bekerja.
Hidup kami sekeluarga memang tidak
selalu mudah dan indah untuk diceritakan, namun setidaknya bisa menginspirasi
anak-anak saya nantinya. Sejak dulu, saya mencoba untuk menumbuhkan karakter
positif untuk mereka. Mulai tidak pernah mau beli DVD bajakan, selalu taat pada
rambu lalu lintas dalam kondisi apapun, dan hingga pakai software asli.
Saya dan istri, bukan siswa dan
mahasiswa berprestasi. Di pekerjaan pun kami bukan selalu menduduki posisi
puncak, tapi saya dan istri saling memotivasi untuk selalu memberi yang terbaik
dari setiap kesempatan dan pekerjaan yang kami jalani. Dan terpenting kami
menjalaninya dengan cinta.
Yups… saya meyakini bahwa grow with excellence with professionalism
credit union, tidak bisa hanya dengan kicauan saya selama ini, tanpa saya
memulainya di dalam keluarga saya sendiri. We
are always proud of our family! Jadi? Lengkaplah sudah!
Menjelang HUT ke-34 saya, 24
November lalu, saya sekeluarga mencoba membuat komitmen baru sekaligus sebagai
resolusi di 2014 ini. Kami menyebutnya sebagai excellence profesionalism ethics atau EPE .
‘We must grow, but grow with
excellence. Not only with excellence, but also with character.’ Jadi, lengkapnya grow
with excellence with professionalism with character. Ringkasnya? Grow with
character!