0
Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah tindakan yang benar yang berasal dari pemikiran yang benar...
Tidak selamanya kecil itu identik dengan lucu dan indah.
Alkisah, ada sebuah restoran besar dan terkenal. Mereka menggunakan lemari pendingin dalam ukuran besar untuk menyimpan bahan makanan dan minuman sebagai persediaan untuk beberapa hari sesuai dengan rencana kerja mereka. Hal ini perlu dilakukan untuk melancarkan kerja mereka sehingga setiap saat mereka dapat membuat makanan atau minuman sesuai dengan pesanan tamu yang datang.
Suatu kali, lemari pendingin tersebut tidak dapat bekerja normal, meskipun mesin dapat dihidupkan tetapi aliran udara dingin tidak dapat mengalir keluar. Para pekerja mulai gelisah pada saat es mulai mencair. Kalau ini berkelanjutan, bahan makanan dan minuman akan menjadi busuk. Seorang mekanik datang mencoba untuk memperbaiki tapi tidak ditemukan tapi tidak ditemukan kerusakan yang nyata.
Waktu terus berjalan dan es makin mencair, kegelisahan pun makin meningkat menjadi kepanikan. Dalam keadaan demikian tiba-tiba ditemukan ada seekor tikus kecil mati terperangkap dalam putaran kipas kondensor lemari pendingin. Ya, seekor tikus kecil telah merusakkan sebuah lemari pendingin yang berukuran demikian besar, bahkan nyaris merusakkan reputasi besar dari sebuah resto yang juga besar.
Hati-hati dengan hal kecil. Seringkali hal yang kecil diabaikan, luput dari perhatian kita, karena kita tidak menganggap serius hal tersebut. Keteledoran ini biasanya terjadi, karena kita merasa terlalu 'besar' untuk menangani hal-hal yang kecil. Ada petuah bijak mengatakan, kita tersandung, karena batu yang kecil. Jangan anggap enteng segala sesuatu yang kecil, kalau itu masalah, sekalipun kecil harus segera ditangani. Kelalaian mengatasinya akan berakibat timbulnya masalah besar. Tidak mungkin seekor sapi yang terjebak dalam kipas kondensor, karena sekalipun kipas kondensornya cukup besar untuk dimuati sapi, hal ini tidak akan terjadi, karena sebelum sapi itu masuk ke dalam kipas kondensor, semua orang pasti akan mencegahnya. Seekor sapi itu terlalu besar untuk dapat menyelinap tanpa ketahuan.
Demikian pula yang terjadi di dalam banyak organisasi. Hal kecil yang tidak termonitor seringkali yang menjaid masalah besar dan dapat merusakkan reputasi besar yang sudah dicapai. Kalau sampai terjadi, dalam hal ini siapa yang harus bertanggung jawab? Sudah pasti pemimpinnya, apapun alasannya si pemimpin harus bertanggung jawab.
Dalam satu e-mail, seorang teman mengirimkan satu berita yang terjadi di satu resto makanan Jepang yang terkenal di Surabaya. Suatu hari, ada seorang tamu yang lagi enak-enak makan, tiba-tiba berteriak dan memanggil-manggil pelayannya, lalu menyampaikan protes keras, sambil menyumpah-nyumpah. Rupanya saat dia makan, ada seekor tikus besar - kali ini tidak kecil - naik ke meja makan. Sang tamu merasa jijik dan terhina, dia minta ketemu dengan pimpinan atau manager di sana, tapi yang keluar hanya 'pimpinan kecil'. Setelah makin keras protesnya, baru si manajer keluar. Tapi sayang, hal ini tidak dapat lagi mengobati kekecewaan hati tamu tadi.
Mengapa si tamu tetap marah dan kecewa? Rupanya si tamu merasa sangat terhina, sekalipun diiming-imingi dengan diskon yang cukup besar saat makan selanjutnya di sana. Alasannya seperyi yang sudah kita duga, dia marah, karena merasa dianggap 'kecil'. Sambil keluar si tamu berjanji dalam hati untuk menyebarluaskan keburukan pelayanan di resto ini. Tragis sekali...
Banyak pimpinan yang merasa 'terlalu besar' untuk menangani hal-hal yang kecil. Tapi kalau hal-hal kecil diabaikan, kejadian seperti di atas dapat terjadi di dalam tanggung jawab kita. Ada satu hal yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin, di samping kejelian melihat atau mengantisipasi masalah yang mungkin timbul, seorang pemimpin perlu memiliki penguasaan diri. Tanpa sikap atau karakter yang satu ini, maka segudang ilmu dan pengalaman tidak ada gunanya.
Saya suka dengan kata-kata bijak yang bunyinya seperti ini... They don't care how much you know, until they know how much you care. Orang-orang di sekitar kita tidak peduli, berapa banyak yang kita tahu, sampai mereka tahu seberapa jauh kita peduli pada mereka.
Penguasaan diri dimuali dengan bersikap benar dalam menghadapi kondisi apapun juga, baik yang menyenangkan atau tidak, sikap kita tetap positif, itulah penguasaan diri. Dalam banyak hal kita lebih suka bereaksi sesuai dengan perasaan hati kita. Sudah waktunya kita bereaksi dan bertindak dengan benar.
Ada nasihat yang mengatakan adalah mulia menikahi orang yang kita cintai, tapi terlebih mulia mencintai orang yang kita nikahi. Adalah baik melakukan pekerjaan yang kita sukai, tapi lebih baik lagi menyukai pekerjaan yang kita lakukan.
Dengan penguasaan diri, kita dapat selalu bertindak dengan benar, juga dapat bereaksi dengan benar, sehingga cepat atau lambat kita akan memiliki kebiasaan yang benar.
Kalau saja hal ini menajdi kebiasaan kita, maka cepat atau lambat hidup kita akan berubah. Heran, ya? Hal kecil, tapi dampaknya besar. Mari kita berhenti sebentar dan renungkan, apa jadinya organisasi ataupun perusahaan, ataupun divisi yang kita pimpin, bila kita dapat memiliki karakter yang hebat ini. Penguasaan diri untuk mulai mengerjakan dan menghargai hal-hal kecil, yang dampaknya pasti akan sangat besar.
Ada seorang direktur dari sebuah hotel besar di Jepang, yang dapat menyelematkan jutaan Yen uang perusahaan, karena mempunyai kebiasaan yang unik, yaitu dia selalu memeriksa sendiri kamar-kamar yang dicurigai mempunyai keran air yang bocor. Tindakan kecil ini, lama-lama menjadi kebiasaannya. Sangat mengherankan, lambat laun semua karyawan menjadi merasa perlu untuk melakukan hal kecil ini. Akibatnya, hotel itu bisa menghemat uang banyak sekali.
'Karakter adalah hasil pembiasaan dari sebuah tindakan yang benar yang berasal dari pemikiran yang benar. Jadi hati-hati dengan apa yang kita pikirkan, karena cepat atau lambat akan menjadi kata-kata kita, dan kata-kata kita, secara pasti akan menjadi tindakan kita. Hati-hati dengan tindakan kita, karena setelah berulang kali dilakukan akan menajdi kebiasaan. Hati-hati dengan kebiasaan kita, karena ini akan segera menjadi karakter kita. Dan karakter inilah yang akan menjadi jalan hidup atau nasib kita di kemudian hari.'
Steven R. Covey, dalam The Seven Habits of Highly Effective People.
Mengapa harus hati-hati dengan apa yang kita pikirkan, karena negatif atau positif, bila itu dikatakan lalu dilakukan, maka akan memiliki daya multiplikasi yang hebat, seperti layaknya bola salju begitu mulai bergerak, maka tidak lama lagi kita akan menuai hasilnya. Memang benar apa saja yang terjadi hari ini adalah hasil dari pemikiran, tindakan, dan kebiasaan kita di masa lalu. Jadi buruk atau baik, masa lalu tidak dapat berubah. Tapi bersyukurlah, kita masih dapat mengubah masa depan kita.
Ada teman saya bertanya, bagaimana caranya makan gajah besar dengan cepat? Mulanya saya bingung, apapula maksudnya ini? Lalu ujarnya lebih lanjut sambil terkekeh-kekeh, 'Gampang, hanya segigit demi segigit, apalagi kalau ramai-ramai orang sekampung, sebentar saja habis tuh gajah!' Konyol? Tidak juga, saya yakin memang itulah yang harus kita lakukan bersama-sama. Dimulai dari yang kecil dan lakukan dengan benar serta konsisten, maka hasil besar akan tercapai. Hati-hati dengan yang kecil, apa saja dimulai dari yang kecil.
Tidak ada langkah besar, bila tidak dimulai dari langkah kecil. Saya telah mencobanya kemarin, hari ini, dan akan terus mencobanya setiap hari. Hingga suatu saat saya dapat mengumpulkan langkah-langkah kecil saya menjadi sesuatu yang memang saya inginkan. Selamat mencoba!