0
'It is essential that student acquire an understanding of and a lively feeling for value. He must acquire a vivid sense of the beautiful and of the morally good. Otherwise he - with his specialized knowledge - more closely resembles a well-trained dog than harmoniously developed person.' - Albert Einstein
Baru-baru ini isu tentang neolib menjadi jargon kampanye capres-cawapres. Cukup ramai wacananya. Ada yang sinis, '... isu kampanye kok abstrak banget, ya?' dan ada yang bingung, '...apa itu neolib? ... apa bedanya dengan Neozep (yang ini obat flu)?' Lalu, apa kaitannya isu neolib ini dengan kita?
Sebagai suatu istilah, neolib berasal dari kata 'neo' (artinya baru), dan liberalisme (suatu paham tentang kebebasan). Neolib gampangnya adalah kelanjutan (continuance) dan redefinisi dari liberalisme-klasik abak ke-18 dan 19 (tokohnya Adam Smith dan David Ricardo), doktrin pasar bebas inilah yang menjadi rujukannya.
Neolib sering dianggap identik dengan negara industri maju, utamanya Amerika Serikat, lantaran neolib disamaratakan dengan 'konsensus Washington' (triumvirat perekonomian dunia; AS, IMF, dan World Bank - lokus mendukung kuat reformasi ala neoliberalisme). Mereka advokat pasar bebas yang giat berusaha mengeliminasi campur tangan pemerintah (utama pemerintah negara berkembang) terhadap mekanisme pasar. Asumsi yang dijual; pasar akan menjadi titik efisiensi terbaiknya secara alamiah tanpa intervensi pemerintah.
Dalam upaya kritis membongkar mitos neolib, Dr. Ha-Joon Chang dan Dr. Ilene Grabel (bukunya: Reclaiming Development, An Alternative Economic Policy Manual, yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia: Membongkar Mitos Neolib, Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan, InsistPress, 2008), menunjukkan enam mitos neolib.
Keenam mitos itu adalah ...
Pertama, negara kaya mencapai kemakmuran berkat komitmen yang kuat terhadap pasar bebas. Kedua, neoliberalisme berjalan dengan baik. Ketiga, globalisasi neoliberal tidak dapat dan tidak akan berhenti. Keempat, kapitalisme neoliberal ala Amerika adalah sistem ideal yang mesti diikuti semua negara berkembang. Kelima, model Asia-Timur itu uni; dan model Anglo-Amerika itu universal.
Keenam, negara berkembang membutuhkan aturan yang ditetapkan oleh institusi internasional dan institusi lokal pembuat kebijakan yang independen secara politik. Terhadap keenam mitos ini, telah diajukan kritik yang tajam dan mendalam. Alternatif-alternatifnya pun sudah banyak diulas (catatan: banyak dari pelbagai tulisan kritis Kwik Kian Gie adalah soal ini). Sedikit saja dari apa yang secara komprehensif diulas Dr. Ha-Joon Chang dan Dr. Ilene Grabel, akan kita singgung di tulisan ini.
Bahwa setelah berjalan selama dua dekade, neolib menunjukkan banyak hasil (kemajuan ekonomi) memang tidak bisa disangkal. Namun, yang juga tidak terbantahkan adalah fakta bahwa sembari meliberalisasi perdagangan internasional dan arus finansial, negara industri (sekarang sudah menjadi negara maju) telah mengikuti kebijakan 'pajak dan belanja' ala Keynes dan melindungi perekonomian (dalam negerinya masing-masing) dengan sangat ketat.
Hal positif lain yang diyakini akan dibawa oleh gerakan neolib adalah bahwa neolib akan memajukan demokrasi, pemerintahan yang baik, kebijakan ekonomi yang kuat di negara berkembang dengan cara: pertama, kebebasan ekonomi yang berkaitand dengan ekonomi pasar meruntuhkan kekuasaan otokrasi dan kleptokrasi. Kedua, investor internasional umumnya menghindari negara korup atau pemerintahan otokrasi. Ketiga, neoliberalisme menggabungkan pemerintah dan swasta dalam komunitas global, sehingga mendorong integrasi norma manajemen dengan praktik bisnis.
Lalu, apa pembelaan diri neolib terhadap rentetan krisis keuangan dan telah mengguncang (utamanya negara-negara berkembang) akhir-akhir ini? Jawab mereka: krisis-krisis ini bukan bukti kegagalan neolib, melainkan pemerintah masih ikut campur dalam bidang perekonomian, seperti melalui pengawasan pemerintah terhadap kredit bagi 'pelanggan' mereka, dan peraturan yang melindungi para investor dari risiko.
Terhadap jawaban ini, kita pun bisa saja mengajukan pertanyaan balik; bagaimana dengan perilaku pemerintah AS sendiri yang dulu mengintervensi Chrysler (di zaman Lee Iaccocca) dan sekarang juga mengintervensi GM, serat hampir semua pelaku industri otomotif raksasa AS yang terancam kebangkrutan? Apakah ini bukan standar ganda?
Memang diskusi dan perdebatan tentang teori-teori pembangunan ini sangat menarik dan sangat menstimulasi syaraf cerebral-cortex kita. Bisa jadi sangat panjang dan melelahkan. Yang menarik, wacana teori-teori ekonomi pembangunan yang seru ini kemudian dibukukan oleh para penerbit besar dari negara maju dan kemudian dijual di negara berkembang (tentu dengan margin keuntungan yang 'pantas').
Muaranya, sesungguhnyalah kita mesti berani berpikir dan mengambil keputusan secara mandiri. Yang terbaik (summum bonum) untuk tujuan atau kepentingan bersama (bonum commune). Kita jangan berpikir soal pembangunan ini secara instrumental, dan malah bertindak atau memosisikan diri sebagai instrumen belaka. Pembangunan juga bukan semata-mata soal ekonomi. Soal mendasar ini memang mesti dimulai dengan pendidikan humaniora berspektrum luas dan horizon yang lebar sejak dini (walau tidak ada kata terlambat buat yang tua).
Karena jika tidak ...
Otherwise he - with his specialized knowledge - more closely resembles a well-trained dog than harmoniously developed person.
Wallahuallam ...