Jauhi Politik, Kembalilah Bekerja!
Posted: Selasa, 23 Juni 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Life
0
Saya beberapa hari lalu melakukan kampanye kecil-kecilan di kantor saya, dengan tema: 'Jauhi Politik'. Disusul dengan subtema 'Kerja! Kerja! Kerja!'. Waktu itu, saya ingin mengajak agar tidak semua orang tersedot ke magnet politik yang memang sedang hot di negara kita. Belum hilang hingar-bingar pemilu legislatif, kita sudah akan disemarakkan dengan pemilihan presiden langsung. Waktu itu saya menangkap gejala terjadinya pembiusan politik kepada masyarakat luas.
Apalagi masyarakat Indonesia yang memang sangat politis. Tokoh-tokoh politik baru yang berasal dari kalangan artis menjadi daya tersendiri karena dominasi keberhasilannya dalam pemilu legislatif kemarin. Akibatnya, kedekatan mereka kepada masyarakat (karena bombarding infotaintment) juga semakin kental. Buntutnya, daya sedot politik kepada rakyat menjadi luar biasa hebat.
Kampanye itu saya maksudkan agar orang ingat, bahwa negara ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan politik. Semakin banyak politikus akan semakin ruwet. Semakin besar daya tarik masyarakat pada politik, akan semakin seru pertengkaran politik. Bukan saja antar kekuatan politik, bahkan di internal kelompok-kelompok politik atau masyarakat itu sendiri.
Mengapa sesekali kita perlu kampanye seperti itu? Jawabnya, kita tidak boleh lupa bahwa salah satu syarat agar sebuah negara bisa maju adalah jumlah pengusahanya minimal 5% dari total jumlah penduduk. Ironisnya, sebuah data menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia ini belum mencapai 1% dari jumlah penduduk. Bahkan ada data yang menyebutkan baru 0.18%! Menyedihkan!
Orang seperti Ciputra atau Hermawan Kartajaya yang tidak jemu-jemunya membuat atmosfir entrepreneur dan marketing di masyarakat bisa kalah gemanya dengan kampanye politik, kalau tidak ada yang menghambat wabah politik itu.
Mengapa? Sebab, menjadi seseorang menjadi pengusaha atau menjadi orang marketing itu sulitnya bukan main. Perlu ketelatenan, kata orang Jawa, kerja keras sungguh-sungguh, kejujuran, konsistensi, dan merambat pelan, bukan instan. Sedangkan untuk menjadi politikus, tidak perlu ketelatenan, bahkan boleh jadi hanya sekadar hiyt and run atau kick and rush. Juga tidak perlu bekerja sungguh-sungguh karena cukup dengan modal mulut. Juga tidak perlu kejujuran. Bahkan kian pandai menipu justru kian baik. Tidak juga membutuhkan konsistensi. Bahkan loncat partai sana, loncat partai sini sah-sah saja. Kapan-kapan koalisi dengan partai A, lain kali koalisi dengan partai B. Bahkan dalam satu koalisi pun suaranya bisa berbeda seperti yang terjadi beberapa hari terakhir dalam tubuh PAN dalam koalisinya dengan Partai Demokrat.
Jadi aktivis politik itu 'sangat gampang'. Jadi pengusaha atau orang marketing itu sulitnya minta ampun. Karena itu saya sangat menghargai dan mengagumi orang seperti Ciputra dan Hermawan Kartajaya yang di tengah-tengah hot-nya isu politik di Indonesia saat ini, masih tetap gigih mengadakan berbagai perlawanan kepada arus politik dengan seminar-seminarnya misalnya.
Mungkin sudah waktunya lagi dikampanyekan besar-besaran 'Jauhi Politik' dan disertai dengan seruan 'Kembalilah Bekerja!'. Terutama tahun-tahun terakhir ini 'daya pikat' politik mengalami pasang naik lagi. Lihat, generasi muda kita lebih tertarik menjadi caleg daripada menjadi seorang entrepreneur. Tragisnya, beberapa orang yang dulu sudah mulai tertarik jadi pengusaha dan sudah mulai menampakkan hasilnya kembali mengalami kemunduran. Gara-garanya gampang sekali ditebak, merasa sudah berduit, lalu terjun ke politik dan kehilanganlah 'iman' wiraswastanya.
Ingat! Kita perlu 5% penduduk yang mau dan memperkaya kompetensinya untuk menjadi pengusaha.
Ingat! Sekarang pengusaha kita baru 0.18% dari jumlah penduduk kita.
Ingat! Jauhi Politik, dan Kembalikah Bekerja, Sahabat!
Apalagi masyarakat Indonesia yang memang sangat politis. Tokoh-tokoh politik baru yang berasal dari kalangan artis menjadi daya tersendiri karena dominasi keberhasilannya dalam pemilu legislatif kemarin. Akibatnya, kedekatan mereka kepada masyarakat (karena bombarding infotaintment) juga semakin kental. Buntutnya, daya sedot politik kepada rakyat menjadi luar biasa hebat.
Kampanye itu saya maksudkan agar orang ingat, bahwa negara ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan politik. Semakin banyak politikus akan semakin ruwet. Semakin besar daya tarik masyarakat pada politik, akan semakin seru pertengkaran politik. Bukan saja antar kekuatan politik, bahkan di internal kelompok-kelompok politik atau masyarakat itu sendiri.
Mengapa sesekali kita perlu kampanye seperti itu? Jawabnya, kita tidak boleh lupa bahwa salah satu syarat agar sebuah negara bisa maju adalah jumlah pengusahanya minimal 5% dari total jumlah penduduk. Ironisnya, sebuah data menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia ini belum mencapai 1% dari jumlah penduduk. Bahkan ada data yang menyebutkan baru 0.18%! Menyedihkan!
Orang seperti Ciputra atau Hermawan Kartajaya yang tidak jemu-jemunya membuat atmosfir entrepreneur dan marketing di masyarakat bisa kalah gemanya dengan kampanye politik, kalau tidak ada yang menghambat wabah politik itu.
Mengapa? Sebab, menjadi seseorang menjadi pengusaha atau menjadi orang marketing itu sulitnya bukan main. Perlu ketelatenan, kata orang Jawa, kerja keras sungguh-sungguh, kejujuran, konsistensi, dan merambat pelan, bukan instan. Sedangkan untuk menjadi politikus, tidak perlu ketelatenan, bahkan boleh jadi hanya sekadar hiyt and run atau kick and rush. Juga tidak perlu bekerja sungguh-sungguh karena cukup dengan modal mulut. Juga tidak perlu kejujuran. Bahkan kian pandai menipu justru kian baik. Tidak juga membutuhkan konsistensi. Bahkan loncat partai sana, loncat partai sini sah-sah saja. Kapan-kapan koalisi dengan partai A, lain kali koalisi dengan partai B. Bahkan dalam satu koalisi pun suaranya bisa berbeda seperti yang terjadi beberapa hari terakhir dalam tubuh PAN dalam koalisinya dengan Partai Demokrat.
Jadi aktivis politik itu 'sangat gampang'. Jadi pengusaha atau orang marketing itu sulitnya minta ampun. Karena itu saya sangat menghargai dan mengagumi orang seperti Ciputra dan Hermawan Kartajaya yang di tengah-tengah hot-nya isu politik di Indonesia saat ini, masih tetap gigih mengadakan berbagai perlawanan kepada arus politik dengan seminar-seminarnya misalnya.
Mungkin sudah waktunya lagi dikampanyekan besar-besaran 'Jauhi Politik' dan disertai dengan seruan 'Kembalilah Bekerja!'. Terutama tahun-tahun terakhir ini 'daya pikat' politik mengalami pasang naik lagi. Lihat, generasi muda kita lebih tertarik menjadi caleg daripada menjadi seorang entrepreneur. Tragisnya, beberapa orang yang dulu sudah mulai tertarik jadi pengusaha dan sudah mulai menampakkan hasilnya kembali mengalami kemunduran. Gara-garanya gampang sekali ditebak, merasa sudah berduit, lalu terjun ke politik dan kehilanganlah 'iman' wiraswastanya.
Ingat! Kita perlu 5% penduduk yang mau dan memperkaya kompetensinya untuk menjadi pengusaha.
Ingat! Sekarang pengusaha kita baru 0.18% dari jumlah penduduk kita.
Ingat! Jauhi Politik, dan Kembalikah Bekerja, Sahabat!