Filosofi Membangun Network

Posted: Selasa, 02 Juni 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Network saat ini telah menjadi kunci bisnis yang sangat ampuh untuk memenangkan persaingan...

Saat ini, bisnis networking (jaringan) berkembang pesat. Mulai dari bisnis multi level marketing sampai bisnis yang mengandalkan komunitas. Dan memang tak bisa dimungkiri, jaringan atau network saat ini telah menajdi kunci bisnis yang sangat ampuh untuk memenangkan persaingan. Hampir semua lini bisnis kini mengandalkan network untuk memaksimalkan hasil seperti yang ingin dicapai. Salah satu bentuk networking yang paling ampuh di antaranya yaitu pembentukan berbagai komunitas.

Cobalah kita lihat apa yang dilakukan Nokia, produsen ponsel terkemuka yang membentuk komunitas ponsel cerdas Nokia Communicator. Anggota komunitas tersebut menyatu dalam satu jaringan yang setia dengan produk dari Finlandia tersebut. Kini, hal yang mirip terjadi pada komunitas penggemar Blackberry. Itu hanya salah satu contoh. Di bidang otomotif, adapula komunitas Harley Davidson. Sesekali, tanyalah pada salah satu anggota komunitas tersebut. Pasti, mereka akan menceritakan seputar kuda tunggangan buatan Amerika itu dengan bangga.

Pada level yang lebih kecil, sebenarnya kini juga mulai dijumpai berbagai komunitas yang dihubungkan dengan sebuah keanggotaan. Misalnya, Hypermart atau Carrefour yang menyatukan pelanggan setia mereka dengan memberikan kartu diskon khusus. Secara tidak langsung, itulah salah satu bentuk networking yang dikembangkan dua raksasa ritel tersebut untuk menjaga kesetiaan pelanggan. Contoh lain, credit union. Credit union membangun dan menghubungkan kesetiaan pelanggannya dengan melibatkan mereka menjadi pemilik dari credit union melalui statusnya sebagai anggota. Menilik berbagai perkembangan manfaat dari networking, rasanya metode tersebut memang sangat ampuh sebagai media pengembangan usaha, apapun bentuknya.



Tapi, sebenarnya, sadarkah kita apa makna dari networking itu? Jika dimaknai secara harafiah, networking terdiri dari dua kata, yakni net dan work. Kata pertama, net berarti jaring, sedangkan kata kedua, work berarti kerja atau bekerja. Berkaitan dengan hal tersebut, metode networking bisa dimaknai dengan tiga hal.

Pertama, networking sebagai sebuah kerja untuk 'menangkap' peluang, pelanggan, kesempatan, atau apapun yang memungkinkan untuk dimaksimalkan bagi keuntungan perusahaan merupakan sebuah proses yang memerlukan pengetahuan komprehensif bagi pelaksananya. Sebab, hanya dengan mengetahui posisi, masa, waktu, keadaan, dan berbagai unsur penunjang lain, maka jaring baru bisa bekerja maksimal. Seorang nelayan berpengalaman tahu persis dimana dia akan menebar jaringnya supaya bisa bekerja maksimal memerangkap ikan. Ia juga tahu persis bagaimana arah angin serta musim yang tepat agar bisa memperoleh tangkapan lebih banyak. Konsep dan pengetahuan ala nelayan ini juga harus dimiliki oleh sebuah perusahaan yang ingin mengembangkan bisnisnya dengan sistem networking.

Kedua, sebagaimana sebuah jaring, networking memerlukan tali-tali pemersatu sebagai sarana untuk memperkuat jariangan yang ada. Jika tali pemersatunya kuat, maka jaring pun akan bekerja dengan lebih maksimal. Karena itu, jika diperhatikan, setiap nelayan selalu merawat dan segera menyambung tali-temali yang membentuk jaring. Setiap hari, dengan sabar, para nelayan akan mencari dimana posisi tali-tali yang mulai mengendur untuk dieratkan kembali. Dalam hal ini, maka jika ingin konsep networking berjalan dengan maksimal, maka kita harus selalu memberikan perhatian kepada jaringan dan selalu menjaganya dengan baik. Anggota credit union misalnya, sesekali komunitas ini harus disatukan dengan brand activation seperti gathering, hadiah saat ulang tahun, atau memperoleh fasilitas tambahan seperti bonus tertentu setiap kali mampu menyelesaikan pinjamannya sebelum jatuh tempo. Atau, misalnya seperti yang dilakukan Nokia. Kadang mereka melakukan gathering anggota komunitasnya dengan melakukan pertemuan informal. Dalam pertemuan itu, anggota komunitas saling bertukar informasi, mencari relasi baru, bahkan ada pula yang menjadikan ajang tersebut sebagai arena dealing bisnis. Meski acara seperti itu tidak berdampak langsung dengan penjualan, tapi komunitas ini makin mengukuhkan loyalitas pelanggan kepada brand yang di-'gilai'-nya.

Ketiga, prinsip lain dari networking yang juga sangat penting dan perlu dipahami yaitu jaring tak selalu bisa menangkap semua ikan. Sebuah netwroking bukanlah proses brokering dimana saat kita membentuk sebuah komunitas, maka keuntungan langsung diperoleh. Begitu juga saat kita berkenalan dengan orang lain untuk memperluas networking kita. Jika yang ada di pikiran hanyalah sebuah pertanyaan: 'Apa yang bisa kita maksimalkan dari orang tersebut untuk kepentingan kita?', maka itu bukanlah sebuah networking, melainkan brokering. Layaknya sebuah jaring, kita perlu bersabar untuk mendapatkan hasil. Dan, jangan pernah berharap semua 'ikan' akan masuk dalam jaring tersebut.

Networking memang bukan semata untuk mencari keuntungan pribadi maupun perusahaan. Networking yang sebenarnya justru memberikan keuntungan bagi banyak orang. Tentunya, keuntungan iini tidak selalu diukur dengan materi. Karena itu, networking sejatinya adalah sebuat proses memberi dan berbagi. Berbagai keuntungan yang dipetik hanyalah 'bonus' dari proses berbagi tersebut. Pada proses networking yang sebenarnya, berlaku hukum timbal balik. Inilah rahasia bisnis yang abadi.

Saat kita memberikan pelayanan yang terbaik bagi komunitas yang menjadi jaringan kita, seperti pelanggan, pekerja, parter usaha, ata bahkan komunitas yang lebih besar, maka komunitas tersebut akan memberikan timbal balik dalam berbagai cara. Misalnya, merekomendasikan usaha kita pada orang lian, membantu saat kesulitan, hingga berbagai bentuk feedback yang juga akan membawa kebaikan untuk kita.

Adam Smith, seorang filosof ekonomi yang terkenal, dalam sebuah tulisannya berjudul The Theory of Moral Sentiment, menyebutkan bahwa kebaikan adalah induk dari kebaikan.

Dalam sebuah buku karya Ivan Misner berjudul Masters of Networking, ia mengisahkan seorang agen asuransi New York yang sangat terkenal di era tahun 1930-an. Sang agen, Elmer Letterman, selalu mengadakan acara makan bersama setiap hari Jumat di sebuah restoran. Dalam acara makan bersama itu, ia mengundang setidaknya dua orang yang bisa dipertemukan untuk kepentingan tertentu. Misalnya, seorang koki yang ingin membuka restoran dan bankir yang kemungkinan bisa membiayainya. Setelah mengenalkan kedua pihak itu, Elmer justru segera pergi tanpa menawarkan apapun pada kedua pihak. Hasilnya? Bisa dibayangkan, jika setahun ada 52 minggu dengan minimal dua orang yang merasa mendapatkan keuntungan dari undangan makan Elmer, maka selama satu dekade berapa banyak orang yang merasa berutang budi padanya? Karena itu, menurut Ivan dalam bukunya, Elmer bukan hanya membangun reputasi terpercaya untuk komunitas bisnis di New York. Fokusnya untuk memberi andil bagi sukses orang memiliki nilai jauh lebih besar daripada sekadar membuat orang ingat bahwa ia seorang sales asuransi. Network yang dibangunnya meningkatkan kehidupan setiap orang yang dikenalnya dan itulah yang membuatnya dikenal sebagia agen asuransi paling sukses pada masanya.

Itulah inti dari kekuatan network sebenarnya. Jadi, bagaimana dengan netwrok yang telah dan akan kita bangun?

0 komentar: