Diferensiasi, Kunci Selamat dari Krisis
Posted: Minggu, 07 Juni 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Marketing
0
Kita pasti pernah mendengar merek 'Cemex' yang beberapa tahun lalu pernah mencoba masuk ke pasar Indonesia dengan mengakuisisi salah satu pabrik semen lokal. Cemex adalah brand semen dari Mexico yang memilih diferensiasi pada service. Dimanapun konsumen berada dan kapanpun mereka membutuhkannya, Cemex akan diantar saat itu juga. Lain lagi degan Acme Bricks, merek batu bata dari Texas, Amerika yang dengan diferensiasi pada produk - mereka mengklain dapat bertahan sampai 100 tahun.
Menurut Philip Kotler, komoditas apapun - seperti semen dan batu bata yang disebutkan di atas, bisa didiferensiasi sehingga dapat di-branding. Sam Hill, penulis buku How to Brand Sand mengatakan bahwa sangat mungkin untuk mem-branding produk-produk komoditas seperti pasir, roti, daging sapi, batu bata, logam, bahan kimia, jagung giling, pisang, apel, atau aspirin. Diferensiasi, menurut Philip Kotler, adalah salah satu dari dua hal yang bisa dilakukan untuk meraih celah-celah baru pada masa turbulensi ekonomi seperti saat ini.
Kotler - yang sering disebut sebagai The Father of Modern Marketing, menjelaskan 6 cara untuk melakukan diferensiasi selain melalui produk, yaotu melalui service, channel, coverage, image, price, dan personnel.
Ini dia, some marketing steps to take in turbulent times ...
1. Take a complete inventory of your marketing activities and costs
2. Shed unprofitable segments, customers, and geographies.
3. Delete poor-selling products and brands.
4. Weed out under-performing distributors.
5. Reposition your pricing.
6. Shift to a more eficient media mix.
Tapi, Kotler menegaskan bahwa perusahaan harus melakukan hal yang mendasar terlebih dahulu sebelum melakukan diferensiasi. 'Differentiation won't help if the category basics aren't done right', katanya. Ia mengambil contoh Jaguar yang memiliki reputasi buruk pada keandalannya, namun tetap melakukan diferensiasi. Kotler menambahkan bahwa sesungguhnya diferensiasi bisa juga dilakukan di luar marketing, seperti pada accounting, keuangan, logistik, bahkan resepsionis.
Menurut Kotler, untuk bisa menaklukkan turbulensi ekonomi, harus ditemukan kemungkinan-kemungkinan baru - selain melalui diferensiasi - seperti memperbaiki riset terhadap konsumen. Riset itu bisa dilakukan dengan macam-macam cara seperti etnografi, in-store observation, survei kuantitatif, atau FGD. Kotler merekomendasikan metode ZMET yang dapat menghasilkan insight tanpa menggunakan pendekatan verbal.
Labih lanjut, Kotler mengatakan bahwa perusahaan harus merespons resesi secara strategis, dengan beberapa cara, di antaranya dengan melakukan tracking keinginan dan nilai-nilai konsumen, mengidentifikasi kelemahan kompetitor, memutuskan akan bermain di pasar yang mana, menurunkan harga atau menambah nilai pada penawaran produk, dan meningkatkan anggaran marketing.
Ini dia oleh-oleh saya ketika mengikuti Seminar Marketing In Turbulent Times: Discovering Opportunity in a Recession with Chaotics Management System, yang diselenggarakan oleh Markplus, Inc, tanggal 27 Mei 2009 lalu di Jakarta. Semoga bermanfaat bagi sahabat sekalian ...
Menurut Philip Kotler, komoditas apapun - seperti semen dan batu bata yang disebutkan di atas, bisa didiferensiasi sehingga dapat di-branding. Sam Hill, penulis buku How to Brand Sand mengatakan bahwa sangat mungkin untuk mem-branding produk-produk komoditas seperti pasir, roti, daging sapi, batu bata, logam, bahan kimia, jagung giling, pisang, apel, atau aspirin. Diferensiasi, menurut Philip Kotler, adalah salah satu dari dua hal yang bisa dilakukan untuk meraih celah-celah baru pada masa turbulensi ekonomi seperti saat ini.
Kotler - yang sering disebut sebagai The Father of Modern Marketing, menjelaskan 6 cara untuk melakukan diferensiasi selain melalui produk, yaotu melalui service, channel, coverage, image, price, dan personnel.
Ini dia, some marketing steps to take in turbulent times ...
1. Take a complete inventory of your marketing activities and costs
2. Shed unprofitable segments, customers, and geographies.
3. Delete poor-selling products and brands.
4. Weed out under-performing distributors.
5. Reposition your pricing.
6. Shift to a more eficient media mix.
Tapi, Kotler menegaskan bahwa perusahaan harus melakukan hal yang mendasar terlebih dahulu sebelum melakukan diferensiasi. 'Differentiation won't help if the category basics aren't done right', katanya. Ia mengambil contoh Jaguar yang memiliki reputasi buruk pada keandalannya, namun tetap melakukan diferensiasi. Kotler menambahkan bahwa sesungguhnya diferensiasi bisa juga dilakukan di luar marketing, seperti pada accounting, keuangan, logistik, bahkan resepsionis.
Menurut Kotler, untuk bisa menaklukkan turbulensi ekonomi, harus ditemukan kemungkinan-kemungkinan baru - selain melalui diferensiasi - seperti memperbaiki riset terhadap konsumen. Riset itu bisa dilakukan dengan macam-macam cara seperti etnografi, in-store observation, survei kuantitatif, atau FGD. Kotler merekomendasikan metode ZMET yang dapat menghasilkan insight tanpa menggunakan pendekatan verbal.
Labih lanjut, Kotler mengatakan bahwa perusahaan harus merespons resesi secara strategis, dengan beberapa cara, di antaranya dengan melakukan tracking keinginan dan nilai-nilai konsumen, mengidentifikasi kelemahan kompetitor, memutuskan akan bermain di pasar yang mana, menurunkan harga atau menambah nilai pada penawaran produk, dan meningkatkan anggaran marketing.
Ini dia oleh-oleh saya ketika mengikuti Seminar Marketing In Turbulent Times: Discovering Opportunity in a Recession with Chaotics Management System, yang diselenggarakan oleh Markplus, Inc, tanggal 27 Mei 2009 lalu di Jakarta. Semoga bermanfaat bagi sahabat sekalian ...