Iklan Adi Pariwara atau Hati Pelanggan
Posted: Jumat, 22 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Marketing
0
Sebelum sahabat sekalian membaca dan membahas tulisan ini, saya minta sahabat mengambil flyers, brosur, iklan di media Yellow pages, atau mungkin di media cetak lainnya. Mengapa demikian? Kita akan melihat dan mengerti mengapa iklan mereka menjual atau tidak menjual?
Kita akan analisa sejenak, agar sahabat sekalian memahami sejauhmana sebenarnya kita bisa mengambil manfaat dari iklan yang telah kita bayar puluhan juta bahkan miliaran rupiah. Jadi, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Pernahkah kita menganalisa, berapa besar iklan kita memberikan profit?
Apakah Marketing Manager kita memberikan analisa terperinci berapa biaya akuisisi setiap customer?
Apakah customer yang kita layani selama ini? Apakah benar-benar dari iklan yang kita bayar?
Tahukah sahabat sekalian, 80% strategi pemasaran gagal, dan hanya 20% yang berhasil?
Apakah Marketing Manager kita menunjukkan 20% strategi yang berhasil dengan menyarankan untuk membuang 80% strategi pemasaran yang gagal?
Kesalahan Utama cara pandang pengusaha menengah dan kecil terhadap iklan adalah
1. Iklan dianggap sebagai satu-satunya alat untuk meningkatkan penjualan;
2. Tanpa iklan sales menurun;
3. Image building dari pada sales building;
4. Iklan adalah pemborosan;
5. Iklan adalah biaya;
6. Iklan hanya untuk perusahaan besar; dan
7. Iklan harus kreatif ketimbang menjual.
Persepsi yang menurut saya relevan, iklan adalah sebuah investasi yang dipertimbangkan secara matang yang bertujuan meningkatkan penjualan dahulu sebelum image building tercipta. Kita ibaratkan iklan seperti salesman tapi dalam bentuk cetakan.
Bagaimana bisa menjual kalau tidak ada salesman yang sesungguhnya? So, sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Apakah iklan kita sedang berbicara kepada target pasar kita? Misalnya, kalau target market kita pengusaha, maka kita akan panggil Attention Business Owners!
Apakah iklan kita dengan mudah bisa dibedakan dari competitor kita?
Apakah headline kita mengundang pembaca untuk berhenti dan membaca iklan kita, kemudian take action?
Apakah iklan kita memberikan strong offer atau penawaran yang menarik yang membuat pembaca merasa tidak mau ketinggalan?
Apakah iklan kita memberikan petunjuk cara berhubungan dengan kita, atau taking action, atau call to action?
Pada dasarnya media tidak terlalu menjadi satu hal yang menentukan, sebab jika kita salah target pasar tentunya offer sebagus apapun tidak akan memberikan manfaat bagi target pasar yang salah tersebut.
So, cek kembali advertising kita!
Kita akan analisa sejenak, agar sahabat sekalian memahami sejauhmana sebenarnya kita bisa mengambil manfaat dari iklan yang telah kita bayar puluhan juta bahkan miliaran rupiah. Jadi, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Pernahkah kita menganalisa, berapa besar iklan kita memberikan profit?
Apakah Marketing Manager kita memberikan analisa terperinci berapa biaya akuisisi setiap customer?
Apakah customer yang kita layani selama ini? Apakah benar-benar dari iklan yang kita bayar?
Tahukah sahabat sekalian, 80% strategi pemasaran gagal, dan hanya 20% yang berhasil?
Apakah Marketing Manager kita menunjukkan 20% strategi yang berhasil dengan menyarankan untuk membuang 80% strategi pemasaran yang gagal?
Kesalahan Utama cara pandang pengusaha menengah dan kecil terhadap iklan adalah
1. Iklan dianggap sebagai satu-satunya alat untuk meningkatkan penjualan;
2. Tanpa iklan sales menurun;
3. Image building dari pada sales building;
4. Iklan adalah pemborosan;
5. Iklan adalah biaya;
6. Iklan hanya untuk perusahaan besar; dan
7. Iklan harus kreatif ketimbang menjual.
Persepsi yang menurut saya relevan, iklan adalah sebuah investasi yang dipertimbangkan secara matang yang bertujuan meningkatkan penjualan dahulu sebelum image building tercipta. Kita ibaratkan iklan seperti salesman tapi dalam bentuk cetakan.
Bagaimana bisa menjual kalau tidak ada salesman yang sesungguhnya? So, sekali lagi jawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Apakah iklan kita sedang berbicara kepada target pasar kita? Misalnya, kalau target market kita pengusaha, maka kita akan panggil Attention Business Owners!
Apakah iklan kita dengan mudah bisa dibedakan dari competitor kita?
Apakah headline kita mengundang pembaca untuk berhenti dan membaca iklan kita, kemudian take action?
Apakah iklan kita memberikan strong offer atau penawaran yang menarik yang membuat pembaca merasa tidak mau ketinggalan?
Apakah iklan kita memberikan petunjuk cara berhubungan dengan kita, atau taking action, atau call to action?
Pada dasarnya media tidak terlalu menjadi satu hal yang menentukan, sebab jika kita salah target pasar tentunya offer sebagus apapun tidak akan memberikan manfaat bagi target pasar yang salah tersebut.
So, cek kembali advertising kita!