Capital Effectiveness Strategy
Posted: Kamis, 21 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Management
0
Salah satu masalah strategis dihadapi dalam krisis keuangan global, adalah masalah permodalan dan cash flow. Jika manajemen bisa mengatasinya, maka goncangan krisis dapat diredam. Bagaimana strateginya?
Beberapa hari lalu saya memberikan workshop mengenai Capital Effectiveness Strategy, untuk staf marketing di perusahaan tempat saya bekerja. Saya pikir ini merupakan pemikiran yang bagus dan penting rasanya saya bagikan untuk sahabat sekalian, terutama bagi sahabat-sahabat credit union.
Capital Efficiency merupakan salah satu faktor kunci dalam pencipataan nilai bagi pemegang saham. Dibutuhkan kemampuan yang handal dalam mengelola aset perusahaan sehingga cash flow dan keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan serta dikendalikan. Sayangnya, perusahaan seringkali terlalu fokus pada pertumbuhan sales sehingga pengelolaan kapitalnya kurang mendapat perhatian. Perusahaan yang memahami pentingnya modal kerja dalam cash flow, selalu menganggap bahwa peran pengelolaan kapital yang efektif, akan mempercepat penciptaan nilai perusahaan.
Beberapa faktor kunci yang menjadi penentu efisiensi pengelolaan kapital adalah operating capital, capital assets (termasuk bangunan dan peralatan), dan intangible asset termasuk merek dan goodwill.
Critical Success Factors
Ada beberapa faktor kunci yang menentukan keberhasilan capital management. Faktor-faktor tersebut adalah
Mangement Attention
Jika manajemen mengikuti proses atau progress project secara intensif, maka ia akan mudah untuk mengendalikan proses tersebut sehingga cashflow dan modal kerja dapat terkendali dan lebih minimal. Sebaliknya, jika monitoringnya lemah, atau hanya dilakoukan di akhir proses, maka ada kencenderungan terjadi over budget, meskipun tidak selalu demikian. Oleh karena itu, perlu adanya penegasan sistem prosedur atau mekanisme yang memungkinkan manajemen 'dipaksa' untuk memberikan perhatian lebih pada proses atau proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, capital yang teralokasikan pada proses atau proyek tersebut dapat terkelola lebih efektif.
Performance Visibility
Manajemen perlu melihat kinerja proses untuk dibandingkan dengan key performance indicator (KPI). Hal ini akan lebih mudah dilakukan, jika pencapaian KPI tersebut dilakukan berdasarkan target waktu atau timely bases. Dengan demikian, manajemen dapat membandingkan progress kinerja dari waktu ke waktu, serta dapat mengetahui indikator yang mudah dan sulit dicapai. Hal ini penting untuk dijadikan dasar dalam perencanaan KPI dan pengelolaan proses yang relatif sama di masa mendatang. Perlu ada mekanisme yang memudahkan manajemen untuk memonitor dan mengontrol kinerja dari proses yang berlangsung. Dashboard Management yang mengindikasikan pencapaian KPI yang lebih spesifik, dapat dibuat untuk melakukan hal tersebut.
Process Efficiency
Efisiensi proses harus terus dilakukan, karena efisiensi yang tinggi akan menurunkan kebutuhan modal kerja. Oleh karena itu, perlu dikembangkan semangat inovasi dan efisiensi proses serta mengapresiasi setiap kontribusi yang mengarah pada inovasi dan peningkatan efisiensi proses. Proses inovasi yang mengarah pada efisiensi harus di-back-up oleh manajemen. Efisiensi proses tidak saja difokuskan pada proses produksi saja, namun juga harus dilakukan di semua proses, termasuk proses penagihan piutang atau penjualan, untuk memperbesar positive cashflow.
Understanding the Importance of Capital Management
Semua manajer dan karyawan di semua level, harus memiliki pemahaman akan pentingnya capital management. Karyawan produksi, tidak boleh hanya berpikir tentang tanggung jawabnya dalam proses produksi saja, namun mereka harus memahami pentingnya cash flow bagi perusahaan. Jika cash flow perusahaan terganggu, maka proses produksi juga akan terganggu. Oleh karena itu, aktivitas yang dilakukan setiap manajer dan karyawan harus mengacu pada pemahaamn untuk mempercepat cash in bagi perusahaan. Contoh, jika produk yang dihasilkan banyak yang reject atau berkualitas rendah, maka akan menurunkan tingkat kolektibilitas piutang atau cash in.
Accountability
Kebanyakan perusahaan, mengukur tanggung jawab fungsional, dengan melihat pencapaian di akhir proses. Padahal, kebanyakan ukuran setiap divisi adalah hasil dari proses bisnis yang merupakan perpaduan dari banyak fungsi. Contoh, jumlah produksi dan lebel inventori, tidak hanya terkait dengan aktivitas produksi saja, namun juga terkait dengan aktivitas desain produk, ketersediaan 'material', dan proyeksi permintaan yang diperoleh dari divisi marketing. Jadi, accountability atau tanggung jawab suatu divisi, juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau keefektifan divisi lainnya.
Efisiensi Proses Membutuhkan IT
Beberapa perusahaan Jepang terkenal jago dalam melakukan efisiensi proses, sekaligus meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk meningkatkan efisiensi proses yang mampu menghubungkan berbagai lini dan fungsi dari sebuah perusahaan hingga lahirnya sebuah produk yang mampu meningkatkan cash flow bagi perusahaan, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Proses efisiensi ini menjadi sangat kompleks, jika tidak ditopang dengan teknologi informasi. Business Process Management(BPM)-nya akan sangat kesulitan.
Sebenarnya, efisiensi proses tersebut juga merupakan suatu cerminan, bagaimana sebuah perusahaan mengelola modal dan asetnya sehingga proses bisnis dapat berjalan dengan baik, sehingga kebutuhan modal kerja dapat diminimalkan, namun target tetap tercapai. Pada saat krisis keuangan global, keuangan setiap perusahaan termasuk juga credit union pasti sempat terpengaruh karena menurunnya daya beli masyarakat, namun kebutuhan modal kerja dapat terawatasi dengan efisiensi proses bisnis yang dapat dilakukan.
So, selamat mencoba!
Beberapa hari lalu saya memberikan workshop mengenai Capital Effectiveness Strategy, untuk staf marketing di perusahaan tempat saya bekerja. Saya pikir ini merupakan pemikiran yang bagus dan penting rasanya saya bagikan untuk sahabat sekalian, terutama bagi sahabat-sahabat credit union.
Capital Efficiency merupakan salah satu faktor kunci dalam pencipataan nilai bagi pemegang saham. Dibutuhkan kemampuan yang handal dalam mengelola aset perusahaan sehingga cash flow dan keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan serta dikendalikan. Sayangnya, perusahaan seringkali terlalu fokus pada pertumbuhan sales sehingga pengelolaan kapitalnya kurang mendapat perhatian. Perusahaan yang memahami pentingnya modal kerja dalam cash flow, selalu menganggap bahwa peran pengelolaan kapital yang efektif, akan mempercepat penciptaan nilai perusahaan.
Beberapa faktor kunci yang menjadi penentu efisiensi pengelolaan kapital adalah operating capital, capital assets (termasuk bangunan dan peralatan), dan intangible asset termasuk merek dan goodwill.
Critical Success Factors
Ada beberapa faktor kunci yang menentukan keberhasilan capital management. Faktor-faktor tersebut adalah
Mangement Attention
Jika manajemen mengikuti proses atau progress project secara intensif, maka ia akan mudah untuk mengendalikan proses tersebut sehingga cashflow dan modal kerja dapat terkendali dan lebih minimal. Sebaliknya, jika monitoringnya lemah, atau hanya dilakoukan di akhir proses, maka ada kencenderungan terjadi over budget, meskipun tidak selalu demikian. Oleh karena itu, perlu adanya penegasan sistem prosedur atau mekanisme yang memungkinkan manajemen 'dipaksa' untuk memberikan perhatian lebih pada proses atau proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, capital yang teralokasikan pada proses atau proyek tersebut dapat terkelola lebih efektif.
Performance Visibility
Manajemen perlu melihat kinerja proses untuk dibandingkan dengan key performance indicator (KPI). Hal ini akan lebih mudah dilakukan, jika pencapaian KPI tersebut dilakukan berdasarkan target waktu atau timely bases. Dengan demikian, manajemen dapat membandingkan progress kinerja dari waktu ke waktu, serta dapat mengetahui indikator yang mudah dan sulit dicapai. Hal ini penting untuk dijadikan dasar dalam perencanaan KPI dan pengelolaan proses yang relatif sama di masa mendatang. Perlu ada mekanisme yang memudahkan manajemen untuk memonitor dan mengontrol kinerja dari proses yang berlangsung. Dashboard Management yang mengindikasikan pencapaian KPI yang lebih spesifik, dapat dibuat untuk melakukan hal tersebut.
Process Efficiency
Efisiensi proses harus terus dilakukan, karena efisiensi yang tinggi akan menurunkan kebutuhan modal kerja. Oleh karena itu, perlu dikembangkan semangat inovasi dan efisiensi proses serta mengapresiasi setiap kontribusi yang mengarah pada inovasi dan peningkatan efisiensi proses. Proses inovasi yang mengarah pada efisiensi harus di-back-up oleh manajemen. Efisiensi proses tidak saja difokuskan pada proses produksi saja, namun juga harus dilakukan di semua proses, termasuk proses penagihan piutang atau penjualan, untuk memperbesar positive cashflow.
Understanding the Importance of Capital Management
Semua manajer dan karyawan di semua level, harus memiliki pemahaman akan pentingnya capital management. Karyawan produksi, tidak boleh hanya berpikir tentang tanggung jawabnya dalam proses produksi saja, namun mereka harus memahami pentingnya cash flow bagi perusahaan. Jika cash flow perusahaan terganggu, maka proses produksi juga akan terganggu. Oleh karena itu, aktivitas yang dilakukan setiap manajer dan karyawan harus mengacu pada pemahaamn untuk mempercepat cash in bagi perusahaan. Contoh, jika produk yang dihasilkan banyak yang reject atau berkualitas rendah, maka akan menurunkan tingkat kolektibilitas piutang atau cash in.
Accountability
Kebanyakan perusahaan, mengukur tanggung jawab fungsional, dengan melihat pencapaian di akhir proses. Padahal, kebanyakan ukuran setiap divisi adalah hasil dari proses bisnis yang merupakan perpaduan dari banyak fungsi. Contoh, jumlah produksi dan lebel inventori, tidak hanya terkait dengan aktivitas produksi saja, namun juga terkait dengan aktivitas desain produk, ketersediaan 'material', dan proyeksi permintaan yang diperoleh dari divisi marketing. Jadi, accountability atau tanggung jawab suatu divisi, juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau keefektifan divisi lainnya.
Efisiensi Proses Membutuhkan IT
Beberapa perusahaan Jepang terkenal jago dalam melakukan efisiensi proses, sekaligus meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk meningkatkan efisiensi proses yang mampu menghubungkan berbagai lini dan fungsi dari sebuah perusahaan hingga lahirnya sebuah produk yang mampu meningkatkan cash flow bagi perusahaan, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Proses efisiensi ini menjadi sangat kompleks, jika tidak ditopang dengan teknologi informasi. Business Process Management(BPM)-nya akan sangat kesulitan.
Sebenarnya, efisiensi proses tersebut juga merupakan suatu cerminan, bagaimana sebuah perusahaan mengelola modal dan asetnya sehingga proses bisnis dapat berjalan dengan baik, sehingga kebutuhan modal kerja dapat diminimalkan, namun target tetap tercapai. Pada saat krisis keuangan global, keuangan setiap perusahaan termasuk juga credit union pasti sempat terpengaruh karena menurunnya daya beli masyarakat, namun kebutuhan modal kerja dapat terawatasi dengan efisiensi proses bisnis yang dapat dilakukan.
So, selamat mencoba!