Buzzing Komodo!

Posted: Selasa, 15 November 2011 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

Saya tak akan akan ambil pusing apakah yayasan New 7 Wonders bodong atau beneran. Saya tak akan terlalu peduli, apakah langkah Kementrian Pariwisata keluar dari ajang kontes Tujuh Keajaiban Dunia blunder atau justru menguntungkan. Saya juga tak akan mengurus apakah langkah pak Jusuf Kalla lebih benar atau justru kontraproduktif. Itu semua urusan mereka dengan pernak-pernik kepentingan di baliknya.

Yang jelas saya berbunga-bunga karena di balik buzz yang melingkupi voting pulau Komodo menjadi Tujuh Keajaiban Dunia, pulau ini telah menuai popularitas, ownership dari segenap anak bangsa, dan memicu rasa nasionalisme yang luar biasa. Itu membikin satu-satunya pulau yang menampung biawak super langka ini semakin moncer tak hanya di dalam negeri, tapi juga seantero jagad.

Jika Kementrian Pariwisata tidak mencabut keikutsertaan Indonesia di ajang ini; jika pak Jusuf Kalla tak “turun gunung” menggalang dukungan, atau jika tak ada kasus SMS premium, saya yakin voting pulau Komodo akan sepi-senyap tenggelam oleh gosip Ayu Ting Ting vs Rafie Ahmad.
Saya melihat buzz komodo hari-hari ini menggulir sempurna karena memiliki tiga kunci kesuksesan sebuah word of mouth marketing yaitu: story, controversy, dan genuinity.



# Story
Lepas dari positif-negatif dan benar-salah, gonjang-ganjing polemik pulau Komodo telah menghasilkan cerita-cerita (saya lebih suka menyebutnya: “brand story”) yang mendongkrak popularitas pulau ini. Banyak cerita yang melingkupi polemik pulau Komodo beberapa hari terakhir ini yang menjadikannya menarik untuk dibicarakan.
Cerita-cerita mengenai Kementrian Pariwisata yang menganggap yayasan New 7 Wonders adalah bodong. Cerita-cerita mengenai LSM yang mengambil alih peran sebagai pemrakarsa dan menunjuk pak Jusuf Kalla sebagai ambasador untuk menggalang dukungan. Cerita-cerita mengenai seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke yang tanpa memandang daerah, suku dan agama sekonyong-konyong tergerak hatinya untuk memperjuangkannya.
Cerita-cerita itu tali-temali, diramu, dimasak, digoreng, dibumbui, ditambah-tambahi, didramatisir, dan kemudian diomongkan di situs-situs berita, blog-blog, retweet dan mention di Twitter, update Facebook, atau posting video di Youtube. Hasilnya luar biasa dahsyat, cerita itu menjadi energi word of mouth yang dalam ukuran jam bahkan menit menjadikan seluruh negeri ini peduli pada pulau Komodo. Thanks to the social media revolution!

# Controversy
Kontroversi memegang peran krusial bagi keberhasilan sebuah word of mouth marketing. Controversial story moved people and connected with them faster than any other medium. Kontroversi yang melingkupi komodo memicu merebaknya buzz begitu cepat bak virus ganas. Ia membangkitkan sense of curiousity yang setiap saat bisa meledakkan buzz seampuh bom Bali. Polemik dan kontroversi menimbulkan misteri yang menggugah keingintahuan semua orang. Controversy story aroused people’s interest and triggered them to talk about it.
Banyak kontroversi yang muncul dari heboh pulau Komodo. Kementrian Pariwisata yang menarik diri dari ajang kompetisi dan dikabarkan akan menggugat yayasan New 7 Wonders. Yayasan yang konon meminta duit $40 juta jika Indonesia menjadi tuan rumah. Hingga tarif SMS voting yang disinyalir merugikan masyarakat. Semua berita itu menyimpan kontroversi yang kian menjadi renyah jika didiskusikan, diseminarkan, di-talkshow-kan, dan digosipkan.
Kontroversi adalah “bumbu-bumbu” yang menjadi musabab kenapa berita selebriti di infotainment-infotainment kita selalu renyah dan challenging diikuti oleh ibu-ibu di rumah. Tokoh selebriti yang selingkuh, kawin siri tiga kali, tersangkut video porno, tabrakan di Cipularang, keluar-masuk penjara karena menghisap narkoba, semuanya dikemas sarat dengan kontroversi sehingga selalu nikmat digosipkan dan disebarkan.

# Genuine
Buzz pulau Komodo juga sempurna karena perbincangan dari mulut ke mulut muncul bukan karena direkayasa atau dibuat-buat. Semuanya genuine. Saya kira lebih dari 90% kasus word of mouth marketing yang extraordinary bukanlah dijalankan by-design, tapi berjalan secara natural, spontan, dan genuine, bahkan terjadi secara kebetulan tanpa rencanakan sebelumnya.
Keputusan Kementrian Pariwisata menarik diri dari kontes bukanlah sesuatu yang direncanakan untuk  menimbulkan buzz effect seperti yang terjadi sekarang. Begitu pula langkah LSM saat mengambil alih prakarsa pencalonan pulau Komodo atau kasus SMS premium. Kejadian demi kejadian berlangsung begitu saja tali-temali membentuk sebuah rangkaian peristiwa dan cerita yang mak nyusss untuk dikonsumsi dan disebarkan. Tidak ada aktor intelektual di balik semua itu.
Karena alasan ini, saya mengatakan bahwa gelombang buzz pulau Komodo yang sudah terbentuk secara genuine ini merupakan momentum langka yang harus kita manfaatkan secermat dan sebijak mungkin. Gelombang buzz itu harus kita besarkan lagi sehingga awareness, love, dan ownership masyarakat Indonesia dan dunia terhadap pulau langka ini kian menggembung.

# Ayo Besarkan!!!
Saya cinta pulau Komodo, karena itu saya berharap-harap semoga kementrian Pariwisata semakin memboikot yayasan New 7 Wonders kalau perlu diurus sampai ke pengadilan. Saya juga berharap LSM pemrakarsa dan pak Jusuf Kalla makin galak memainkan kartunya. Saya juga berharap masyarakat memperpanjang kasus SMS premium yang bermasalah. Bahkan saya juga berharap-harap cemas semoga calon-calon presiden ikutan nimbrung bermain di air keruh buzz pulau Komodo. Yesss, sekaligus untuk mengerek elektabilitas mereka menyongsong 2014.
Dengan begitu mudah-mudahan gelombang buzz pulau Komodo akan semakin meraksasa. Dan dengan begitu tepat 11-11-2011 kemarin pulau Komodo menang menjadi salah satu dari 7 Keajaiban Dunia. Dan dengan begitu pariwisata NTT maju, pariwisata Indonesia maju, rakyatnya makmur gemah rimpah loh jinawi. Amin.

Saya mengajak para pembaca beberapa hari ke depan ini banyak-banyak berdoa… mendoakan pulau Komodo menang (sebenar-benarnya). Hidup pulau Komodo!!! 

Think Big Start Small...

0 komentar: