Principle 7. Love Is Trust
Posted: Senin, 20 Juni 2011 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Credit Union
0
Ini adalah hari kedelapan saya menulis seri tulisan Credit Union Marketing Is Love Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui CU. Melalui konsep ini saya ingin mangatakan bahwa strategi pemasaran Anda di CU akan sukses kalau Anda terus menebar cinta kepada pelanggan di CU. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang ketujuh yaitu: ‘Love Is Trust’.
Ketika Anda mempraktekan prinsip-prinsip yang ada di dalam Credit Union Marketing Is Love Marketing: Anda selalu memberi (giving) kepada pelanggan dan teman; Anda selalu mendengarkan (listening) dan selalu mengajak mereka bercurhat-curhatan (conversation); setiap saat Anda berbagi (sharing) dengan mereka (berbagi ilmu, berbagi kebaikan, berbagi kebahagiaan); Anda peduli (caring) dengan keluh-kesah pelanggan dan anggota di CU; maka secara tak disadari Anda membangun ‘TRUST’ dengan mereka. Singkatnya, jika Anda terus menebar cinta kepada ‘stakeholders’ Anda di CU, maka sesungguhnya Anda sedang membangun sebuah kerajaan indah bernama: ‘TRUST’.
Peace and Happiness
Karena itu saya mengatakan Love is Trust. Cinta yang dipupuk terus-menerus — sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan akhirnya bertahun-tahun — akan menimbulkan benih-benih ‘trust’ di antara Anda dengan para pelanggan dan teman-teman yang Anda cintai di CU. Cinta akan menjadi begitu sempurna ketika ia menggumpal menjadi sebuah ‘trust’. Kata Joyce Brothers, psikolog kenamaan dari Amerika Serikat, ‘The best proof of love is trust’. Bukti cinta yang sesungguhnya adalah jika Anda dan orang yang Anda cintai telah terbangun ‘trust’.
‘Trust’ selalu bersifat ‘resiprokal’, artinya tak hanya Anda akan percaya kepada pelanggan dan anggota di CU, tapi sebaliknya mereka juga akan 1000% memercayai Anda. Apa yang terjadi ketika antara Anda dan orang yang Anda cinta sudah tumbuh benih saling pengertian dan saling percaya? Hasilnya adalah sebuah energi nuklir yang luar biasa dahsyat yang saya sebut ‘energi kedamaian dan kebahagiaan’ (‘energy of PEACE and HAPPINESS’). Kita semua akan diliputi kedamaian dan kebahagiaan. Tak ada hujat-hujatan, tak ada saling curiga, tak ada saling menghancurkan, tak ada saling membunuh.
Kenapa Kongres PSSI kisruh tidak keruan? Kenapa Kongres PSSI dipenuhi hujatan, makian, celaan, tuduhan, kecurigaan, mosi ketidakpecayaan? Karena cinta tidak hinggap di hati sanubari Kelompok 78, Komisi Banding, Komisi Normalisasi, FIFA, dan siapapun yang bermain di air keruh konggres yang memalukan itu. Karena di antara mereka terjadi saling curiga, saling tidak percaya, saling tidak rela, saling mendiskreditkan, saling mau menang sendiri, saling ingin menghancurkan pihak lain, saling menjatuhkan lawan. Karena spirit cinta telah lenyap, mereka menjadi tuli, tak punya empati, tak punya peduli, tak mau berbagi, tak punya kerelaan memberi (maunya minta melulu). ‘Niat ingsun’ mereka bukan cinta. Mereka adalah orang-orang yang mengalami ‘krisis cinta… krisis trust’. Saya heran kenapa PSSI telah berubah menjadi ‘low-trust organization’ yang begitu terpuruk.
Berbeda dengan PSSI, masyarakat CU adalah masyarakat (baca. komunitas) yang akan menjadi ‘role model’ dari masyarakat ideal yang saya sebut ‘trust society’. Percaya saya, ‘CU society is trust society!!!’. Kenapa bisa begitu? Karena masyarakat CU ‘by-default’ akan menjalankan ‘prinsip-prinsip cinta’ dalam berinteraksi dan berkomunitas satu sama lain. Mereka saling conversation, saling listening, saling giving, saling empati dan peduli, saling berbagi. Ketika praktek cinta itu dijalankan dalam kurun waktu lama, maka ujung-ujungnya mereka akan menjadi sebuah keluarga besar yang penuh kedamaian dan kebahagian. Mereka akan membentuk ‘trust society’.
Trust Society
Saya pernah mendapatkan istilah ‘trust society’ ini dari teman saya Badroni Yuzirman, tokoh hebat pendiri ‘Komunitas Tangan Di Atas (TDA)’. Komunitas TDA adalah komunitas para ‘entrepreneur’ yang ingin ‘change the world’ dengan spirit berbagi dan memberi. Komunitas yang anggotanya kini mungkin sudah puluhan ribu orang dari seluruh pelosok negeri ini menerapkan prinsip-prinsip cinta dengan membentuk sebuah keluarga besar entrepreneur dimana antar mereka saling belajar, saling memberi, saling berbagi, dan saling peduli, dengan satu misi besar menciptakan entrepeneur tangguh yang bernurani.
Mas Roni, panggilan kerennya, menyebut TDA sebagai ‘trust society’ karena di antara setiap anggota Komunitas TDA terjadi saling percaya, saling pengertian, saling menjaga, saling membantu, saling memiliki, dan saling mendukung terwujudnya tujuan bersama (common purpose) yang mereka sepakati bersama yaitu membentuk jutaan ‘entrepreneur’ demi kejayaan Indonesia. Setiap kegiatan dan aktivitas komunitas ini menjadi demikian antusias dan ‘passionate’ penuh makna karena antar anggota memiliki komitmen dan ‘trust’ luar biasa untuk memajukan komunitas ini. Itu semua terjadi karena ‘landasan cinta’ yang kokoh.
Dengan mempraktekkan prinsip-prinsip cinta, saya meyakini masyarakat CU akan menjadi sebuah ‘trust society’ seperti halnya Komunitas TDA. Karena itu kemudian saya berandai-andai. Kalau saya umpamakan CU adalah NKRI, maka Pancasila-nya ‘negara’ CU adalah: CINTA; dengan sila-sila-nya ada delapan, yaitu: 1. Giving 2. Conversation 3. Listening, 4. Sharing 5. Caring 6. Empathy 7. Trust dan 8. Friendship. Kalau di era pak Harto dulu dikenal tujuan akhir NKRI adalah ‘Masyarakat Adil dan Makmur’. Maka ‘Masyarakat Adil dan Makmur’-nya CU adalah ‘PEACE AND HAPPINESS’.
Atau bahkan bagi saya CU sendiri sudah punya nilai ideal. Andai CU adalah sebuah CU-land (terinspirasi oleh Disneyland, Neverland-nya Michael Jackson, bahkan juga Dreamland-nya Bali), maka ‘dasar hidup’-nya CU-land adalah CINTA; dengan sila-silanya ada tiga, yaitu: 1. Swadaya 2. Pendidikan 3. Solidaritas; dan dengan ‘nilai hidup dan bisnis’-nya, ya 7 prinsip CU. Kalau di NKRI tujuan akhirnya adalah ‘Masyarakat Adil dan Makmur’, di CU adalah ‘PEACE AND HAPPINESS’, tentu dengan ‘basic’-nya ‘KEBEBASAN EKONOMI DAN HIDUP ANGGOTA’.
Saya jadi ingat lagu yang dinyanyikan kelompok musik soul The Chambers Brothers tahun 1969 berjudul: LOVE, PEACE, AND HAPPINESS. Ketika kita saling CINTA, maka semua kita akan menemukan KEDAMAIAN. Dan ketika kita menemukan kedamaian, maka kita akan memperoleh KEBAHAGIAAN. Inilah yang sering disebut oleh para pakar motovasi dengan ‘The Success of Life’.
Ketika masyarakat CU mempraktekan CINTA dalam hidup bermasyarakat diantara mereka, maka mereka akan menemukan KEDAMAIAN; dan karena mereka cinta-damai, maka mereka pasti beroleh KEBAHAGIAAN.
LOVE, PEACE, HAPPINESS.
Kali ini pasti Anda juga sangat setuju, kan? Terima kasih.
Ketika Anda mempraktekan prinsip-prinsip yang ada di dalam Credit Union Marketing Is Love Marketing: Anda selalu memberi (giving) kepada pelanggan dan teman; Anda selalu mendengarkan (listening) dan selalu mengajak mereka bercurhat-curhatan (conversation); setiap saat Anda berbagi (sharing) dengan mereka (berbagi ilmu, berbagi kebaikan, berbagi kebahagiaan); Anda peduli (caring) dengan keluh-kesah pelanggan dan anggota di CU; maka secara tak disadari Anda membangun ‘TRUST’ dengan mereka. Singkatnya, jika Anda terus menebar cinta kepada ‘stakeholders’ Anda di CU, maka sesungguhnya Anda sedang membangun sebuah kerajaan indah bernama: ‘TRUST’.
Peace and Happiness
Karena itu saya mengatakan Love is Trust. Cinta yang dipupuk terus-menerus — sehari, seminggu, sebulan, setahun, dan akhirnya bertahun-tahun — akan menimbulkan benih-benih ‘trust’ di antara Anda dengan para pelanggan dan teman-teman yang Anda cintai di CU. Cinta akan menjadi begitu sempurna ketika ia menggumpal menjadi sebuah ‘trust’. Kata Joyce Brothers, psikolog kenamaan dari Amerika Serikat, ‘The best proof of love is trust’. Bukti cinta yang sesungguhnya adalah jika Anda dan orang yang Anda cintai telah terbangun ‘trust’.
‘Trust’ selalu bersifat ‘resiprokal’, artinya tak hanya Anda akan percaya kepada pelanggan dan anggota di CU, tapi sebaliknya mereka juga akan 1000% memercayai Anda. Apa yang terjadi ketika antara Anda dan orang yang Anda cinta sudah tumbuh benih saling pengertian dan saling percaya? Hasilnya adalah sebuah energi nuklir yang luar biasa dahsyat yang saya sebut ‘energi kedamaian dan kebahagiaan’ (‘energy of PEACE and HAPPINESS’). Kita semua akan diliputi kedamaian dan kebahagiaan. Tak ada hujat-hujatan, tak ada saling curiga, tak ada saling menghancurkan, tak ada saling membunuh.
Kenapa Kongres PSSI kisruh tidak keruan? Kenapa Kongres PSSI dipenuhi hujatan, makian, celaan, tuduhan, kecurigaan, mosi ketidakpecayaan? Karena cinta tidak hinggap di hati sanubari Kelompok 78, Komisi Banding, Komisi Normalisasi, FIFA, dan siapapun yang bermain di air keruh konggres yang memalukan itu. Karena di antara mereka terjadi saling curiga, saling tidak percaya, saling tidak rela, saling mendiskreditkan, saling mau menang sendiri, saling ingin menghancurkan pihak lain, saling menjatuhkan lawan. Karena spirit cinta telah lenyap, mereka menjadi tuli, tak punya empati, tak punya peduli, tak mau berbagi, tak punya kerelaan memberi (maunya minta melulu). ‘Niat ingsun’ mereka bukan cinta. Mereka adalah orang-orang yang mengalami ‘krisis cinta… krisis trust’. Saya heran kenapa PSSI telah berubah menjadi ‘low-trust organization’ yang begitu terpuruk.
Berbeda dengan PSSI, masyarakat CU adalah masyarakat (baca. komunitas) yang akan menjadi ‘role model’ dari masyarakat ideal yang saya sebut ‘trust society’. Percaya saya, ‘CU society is trust society!!!’. Kenapa bisa begitu? Karena masyarakat CU ‘by-default’ akan menjalankan ‘prinsip-prinsip cinta’ dalam berinteraksi dan berkomunitas satu sama lain. Mereka saling conversation, saling listening, saling giving, saling empati dan peduli, saling berbagi. Ketika praktek cinta itu dijalankan dalam kurun waktu lama, maka ujung-ujungnya mereka akan menjadi sebuah keluarga besar yang penuh kedamaian dan kebahagian. Mereka akan membentuk ‘trust society’.
Trust Society
Saya pernah mendapatkan istilah ‘trust society’ ini dari teman saya Badroni Yuzirman, tokoh hebat pendiri ‘Komunitas Tangan Di Atas (TDA)’. Komunitas TDA adalah komunitas para ‘entrepreneur’ yang ingin ‘change the world’ dengan spirit berbagi dan memberi. Komunitas yang anggotanya kini mungkin sudah puluhan ribu orang dari seluruh pelosok negeri ini menerapkan prinsip-prinsip cinta dengan membentuk sebuah keluarga besar entrepreneur dimana antar mereka saling belajar, saling memberi, saling berbagi, dan saling peduli, dengan satu misi besar menciptakan entrepeneur tangguh yang bernurani.
Mas Roni, panggilan kerennya, menyebut TDA sebagai ‘trust society’ karena di antara setiap anggota Komunitas TDA terjadi saling percaya, saling pengertian, saling menjaga, saling membantu, saling memiliki, dan saling mendukung terwujudnya tujuan bersama (common purpose) yang mereka sepakati bersama yaitu membentuk jutaan ‘entrepreneur’ demi kejayaan Indonesia. Setiap kegiatan dan aktivitas komunitas ini menjadi demikian antusias dan ‘passionate’ penuh makna karena antar anggota memiliki komitmen dan ‘trust’ luar biasa untuk memajukan komunitas ini. Itu semua terjadi karena ‘landasan cinta’ yang kokoh.
Dengan mempraktekkan prinsip-prinsip cinta, saya meyakini masyarakat CU akan menjadi sebuah ‘trust society’ seperti halnya Komunitas TDA. Karena itu kemudian saya berandai-andai. Kalau saya umpamakan CU adalah NKRI, maka Pancasila-nya ‘negara’ CU adalah: CINTA; dengan sila-sila-nya ada delapan, yaitu: 1. Giving 2. Conversation 3. Listening, 4. Sharing 5. Caring 6. Empathy 7. Trust dan 8. Friendship. Kalau di era pak Harto dulu dikenal tujuan akhir NKRI adalah ‘Masyarakat Adil dan Makmur’. Maka ‘Masyarakat Adil dan Makmur’-nya CU adalah ‘PEACE AND HAPPINESS’.
Atau bahkan bagi saya CU sendiri sudah punya nilai ideal. Andai CU adalah sebuah CU-land (terinspirasi oleh Disneyland, Neverland-nya Michael Jackson, bahkan juga Dreamland-nya Bali), maka ‘dasar hidup’-nya CU-land adalah CINTA; dengan sila-silanya ada tiga, yaitu: 1. Swadaya 2. Pendidikan 3. Solidaritas; dan dengan ‘nilai hidup dan bisnis’-nya, ya 7 prinsip CU. Kalau di NKRI tujuan akhirnya adalah ‘Masyarakat Adil dan Makmur’, di CU adalah ‘PEACE AND HAPPINESS’, tentu dengan ‘basic’-nya ‘KEBEBASAN EKONOMI DAN HIDUP ANGGOTA’.
Saya jadi ingat lagu yang dinyanyikan kelompok musik soul The Chambers Brothers tahun 1969 berjudul: LOVE, PEACE, AND HAPPINESS. Ketika kita saling CINTA, maka semua kita akan menemukan KEDAMAIAN. Dan ketika kita menemukan kedamaian, maka kita akan memperoleh KEBAHAGIAAN. Inilah yang sering disebut oleh para pakar motovasi dengan ‘The Success of Life’.
Ketika masyarakat CU mempraktekan CINTA dalam hidup bermasyarakat diantara mereka, maka mereka akan menemukan KEDAMAIAN; dan karena mereka cinta-damai, maka mereka pasti beroleh KEBAHAGIAAN.
LOVE, PEACE, HAPPINESS.
Kali ini pasti Anda juga sangat setuju, kan? Terima kasih.