Manchester United: For The Fans, By The Fans

Posted: Minggu, 22 Februari 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label:
0

'Manchester United is not always the winner, but is still the best'.

Pernyataan tersebut mungkin terasa janggal. Tapi, inilah yang diyakini oleh lebih dari 330 juta orang di seluruh dunia.
Ya, itulah total jumlah para pendukung Manchester United (MU) di seluruh dunia. Dengan jumlah sedemikian besar ini, MU adalah klub sepakbola dengan jumlah pendukung terbanyak di dunia. Bisa Anda lihat sendiri bahwa jumlahnya bahkan melebihi populasi Indonesia.

Saya sendiri pernah ikut acara fans club MU Indonesia inidi acara workshop Markplus di Jakarta. Mereka menamakan dirinya IndoManUtd.

Saya bisa melihat langsung, bagaimana bangganya para die-hard supporters MU ini. Mereka datang pakai kaos dan segala macam atribut MU. Samuel Rismana, yang memimpin IndoManUtd ketika itu, dengan sangat antusias bercerita tentang pengalamannya pergi ke stadion Old Trafford, bagaimana ia bertemu Sir Alex Ferguson, David Beckham, Roy Keane, dan pemain lainnya. Diceritakannya juga bagaimana ia sampai 'kalap' memborong berbagai merchandise di Megastore MU.

IndoManUtd inihanyalah salah satu dari sekian ratus atau bahkan mungkin ribuan organisasi fans MU. Organisasi resminya saja, yang bernama Manchester United Supporters Club (MUSC) punya cabang lebih dari 200 buah di 24 negara.

Selain MUSC, ada dua organisasi lainnya yang cukup terkenal, yaitu Independent Manchester United Supporters Association (IMUSA) dan Manchester United Supporters Trust (MUST). Keduanya ini merupakan kelompok suporter yang bukan saja paling antusias mendukung kesebelasan MU tiap kali bertanding tapi juga menyuarakan kepentingan para fans MU.



Misalnya saja ketika mereka menolak pengambilalihan saham MU oleh raja media Rupert Murdoch pada akhir tahun 1990-an. Para fans pun diminta beramai-ramai membeli saham MU. Saat itu, MU memang sudah tercatat sebagai perusahaan publik di London Stock Exchange sejak tahun 1991.

Para fan ini khawatir, kalau MU go private kembali, kepentingan bisnis pemiliknya yang akan lebih diutamakan, dibandingkan kepentingan para fan. Harga tiket bisa dinaikkan tinggi sehingga pertandingan-pertandingan MU justru tidak bisa lagi dinikmati oleh para 'pemilik sejati'-nya, yaitu para fans tadi.

Ketika MU akhirnya dikuasi oleh tycoon asal Amerika, Malcolm Glazer, pada pertengahan 2005 lalu, sejumlah fan yang saking marahnya sampai-sampai mendirikan klub sepakbola yang diberi nama 'FC United of Manchester'!

Di dunia online sendiri, relasi antara MU dengan fansnya ini juga terjalin erat. MU juga menyediakan media untuk para fansnya ini. Di situ resmi MU, www.manutd.com, misalnya, ada section Fanzone yang didedikasikan untuk para fans. Di forum diskusinya setiap orang boleh ngomong apa saja, mulai dari soal harapan terhadap pemain anyar MU Dimitar Berbatov sampai soal siapa pemain yang harus dibeli MU untuk menggantikan Cristiano Ronaldo jika Ronaldo jadi pindah. Bahkan, MU pun sempat merekrut seorang anak kecil asal Australia untuk dilatih di klub itu karena tayangan video di YouTube. Rhain Davis yang sekarang beumur sekitar 10 tahun itu mempertunjukkan kemahirannya mengolah bola di video tersebut. Video ini dengan cepat menjadi salah satu fenomena di YouTube dan disaksikan lebih dari 4,6 juta kali!

Ya, para penggemar fanatik ini bisa dibilang merupakan aset utama dan paling berharga bagi MU, baik secara moral maupun bisnis. Seluruh kursi pertandingan yang menampilkan MU selalu tidak pernah kosong. Merchandise-nya laris manis. Siaran televisi pertandingan MU selalu ditunggu-tunggu, MU menjadi salah satu klub sepakbola terkaya di dunia, dengan nilai 1,8 miliar dolar AS per Mei 2008.

Nah, kisah MU ini menunjukkan pentingnya fans (baca. pelanggan) bagi organisasi atau perusahaan kita.

Competitor Intelligence memang penting karena dalam menyusun strategi mau tidak mau kita juga harus mempertimbangkan strategi kompetitor. Tapi, yang paling penting ya pelanggan karena pada akhirnya merekalah yang akan membeli produk kita.

Di era New Wave Marketing ini, godaan yang datang dari kompetitor ada jutaan jumlahnya di internet. Namun, di lain pihak, media internet pun memberikan peluang bagi kita sebagai marketer credit union untuk memperkuat basis pelanggan kita.

Kita bisa akan lebih mudah meraih pelanggan kita dan menjadikan pelanggan kita sebagai pelanggan yang fanatik seperti fans MU di atas. Basis pelanggan seperti ini juga sudah bisa aktif sendiri secara horizontal. Mereka bisa menjalin relasi satu sama lain.

Nah, kalau sudah terjadi horizontalisasi seperti ini, semua pihak akan saling diuntungkan, baik pelanggan itu sendiri maupun kita sebagai marketer.

0 komentar: