Overconnected Consumer
Posted: Senin, 28 Mei 2012 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of MarketingAda kebiasaan “jelek” yang selalu saya temukan saat meeting dengan
klien, mitra kerja, atau siapapun. Di ruangan, saat meeting bergulir
Blackberry sudah stand-by di depan masing-masing peserta meeting (ups,
tentu saja BB dalam keadaan hidup). Tangan kanan memegang balpoint agar
mereka terlihat serius, tangan kiri gelisah luar biasa layaknya gadis
yang sedang kasmaran.
Begitu ada salah satu peserta meeting yang angkat bicara, maka si
tangan kiri pun mulai sigap bergerilya menerkam BB. Secepat kilat
jari-jemari lincah menari di atas tuts-tuts BB dan saat itu pula mata
mulai juling. Satu melirik ke layar BB, satunya lagi penteng ke peserta
lain yang sedang bicara. Otak pun terbelah menjadi dua, pertama ke
email-Twitter-Facebook; kedua ke apa yang diomongkan peserta lain.
Karena itu seringkali, terjadi saat suasana meeting lagi
serius-seriusnya, ada saja satu atau beberapa peserta yang senyum-senyum
kecil sendiri.
Tentu saja ber-BB ria selama meeting adalah kebiasaan buruk dan tidak
sopan karena tidak menghargai peserta meeting lain. Tapi tak tahu
kenapa, makin lama saya amati kebiasaan ini semakin merajalela nyaris
menjadi budaya meeting baru yang kita lestarikan bersama. Saya tahu
persis para peserta meeting itu umumnya orang-orang super sibuk sehingga
email harus cepat dijawab, SMS harus cepat direspons, mention di
Twitter harus cepat di-retweet, beragam berita harus diikuti.