Menjual Produk Sambil Mengamati Gaya Hidup
Posted: Rabu, 23 Juni 2010 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Marketing
0
'How many hours do you sleep each day?' Pertanyaan itu perlu saya ajukan bagi sahabat sekalian untuk mengetahui seberapa 'padat' dan 'sibuk' Anda menghabiskan waktu untuk sesuatu yang bisa berujung pada peningkatan pasar dan penjualan Anda. Itu jika Anda bersepakat untuk mengatakan, I LOVE SALE!
Saya akan berikan gambaran tentang aktivitas saya sehari-hari, khususnya dalam beberapa bulan terakhir. Tiap pagi saya rata-rata bangun paling telat pukul 05.30 pagi. Langsung 'setor' sambil baca koran - Jawa Pos dan Kompas, serta koran-koran daerah kalau sedang di luar Bali atau di kota lain.
Setelah itu saya mandi, tidak pakai bath-up, saya lebih suka dengan air yang keluar dari pancuran atau saya ambil dengan gayung (kesukaan saya sejak dulu), karena lebih punya taste. Sabunnya sudah pakai sabun cair, saya lebih suka Lux. Kemudian, menggosok badan sebentar dengan body cream Escape dari lotion Calvin Klein, dan membasuh muka dengan facial cream L'Oreal.
Soal tatanan rambut, saya suka menggunakan produk Johny Adrean. Soal berpakaian, sebagian besar celana saya lebih nyaman dengan merek St. Michael atau Stanley Adams (namun akhir-akhir saya lebih suka semi jeans buatan Levis), sedangkan baju kerja berganti-ganti merek. Mulai dari St.Yves, Arrow, Executive99, Stanley Adams (lebi karena istri saya fanatik dengan merek ini), dan satu dua dari Dior. Dasi favorit saya merek Efenzo Felini. Jas? Hampir semuanya tidak bermerek, karena saya minta tolong tukang jahit langganan keluarga, agar lebih pas di badan. Maklum, saya merasa tidak PD (percaya diri) menggunakan jas-jas yang dijual di mall, terasa kebesaran.
Paling tidak saya menghabiskan waktu 30 menit untuk berpakaian dan 'dandan'. Sambil sarapan yang hampir selalu sama, menu Jawa masakan istri saya, saya biasanya nonton CNN, RCTI, atau MetroTV.
Rata-rata pukul 07.00, saya keluar rumah karena sekaligus mengantar anak saya sekolah. Saya lebih senang mengemudi sendiri Opel Blazer Silver (kesukaan saya), karena memang 'belum mampu' bayar sopir. Di mobil, siaya biasanya meminta anak saya untuk membacakan koran pagi atau beberapa majalah seperti Marketing News, SWA, dan Business Review, keras-keras. Kenapa? Ya, selain untuk membuatnya lancar membaca (baru naik kelas dua SD), saya juga ingin agar dia mulai mengakrabi dunia marketing dan manajemen. Jadi dengan waktu sedikit, kita tetap terus up-to-date.
Hari-hari ini saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk in-house training di tempat saya 'berkarya'. Kembali ke rumah paling awal pukul 19.00. Selanjutnya, setelah makan malam, saya 'harus' menghabiskan waktu bersama satu istri dan dua buah hati saya, meskipun kadang masih saya sisip-sisipkan memeriksa agenda dan pekerjaan esok hari.
Week-end, biasanya kesibukan mengendur. Karena itu, sedapat mungkin ada acara 'jalan-jalan' bersama keluarga. Warung Mina, Warung Batavia, dan dinner prasmanan di Mamimu, termasuk favorit saya dan keluarga. Tapi, saya juga orang yang mempunyai kecenderungan untuk mencoba restoran baru buka. maklum saya kan termasuk a variety seeker.
Minggu, sebelum ibadah saya menyempatkan diri untuk berolah raga keliling kompleks, sekaligus menjaga relasi dengan tetangga. Selepas ibadah kalau tidak ada acara keluar rumah, saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan nonton film sewaan, main playstation dengan anak, dan lebih sering baca-baca buku (agar tetap fresh). Malamnya bersama keluarga makan di luar, biasanya warung kaki lima.
Membaca buku, jurnal, dan artikel pemasaran terbaru, serta menulis artikel untuk saya publish di blog maupun melalui beberapa media massa, biasanya saya lakukan di perjalanan, di bandara, di mobil, dan lebih sering di waktu-waktu makan siang jam kantor.
Nah, bagaimana dengan aktivitas Anda sehari-hari?
Mungkin Anda akan bertanya-tanya ataupun menertawakan kehidupan saya sehari-hari itu. Namun bagi saya, gaya hidup seseorang itu penting untuk mendapatkan perhatian, kalau kita mau menjual sesuatu ke orang itu.
Sebab, dalam situasi persaingan yang semakin ketat, konsumen makin punya banyak pilihan, variasi semakin banyak, dan fleksibilitas semakin nyata. Karena itu, dua orang konsumen yang punya variabel demografi sama, bisa jadi sangat berbeda dalam menentukan pilihan pada waktu membeli suatu produk. Apalagi kalau hanya variabel geografinya yang sama. Jadi, orang yang sama-sama tinggal di suatu kawasan permukiman, memiliki penghasilan hampir sama, ternyata seleranya bisa jadi jauh berbeda. Mengapa? Karena ada faktor psikografis yang berbeda. Maka, pengamatan mengenai pola motivasi pembelian perlu dilakukan - karena kualitas, harga ataukah nilai-nilai produk secara total?
Ada orang yang suka menyendiri. Tapi, ada juga yang suka bersosialisasi dengan orang lain. Pasti kebutuhan kedua orang itupun berbeda. Sikap seseorang dalam memandang dunia di sekelilingnya juga akan memengaruhi pola pembelian. Karena pada dasarnya pembelian suatu produk dan jasa adalah penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Tapi bukan hanya itu. Sekaligus, semakin memantapkan jati diri yang ingin dicapainya. Karena itu sering dikatakan, sikap merupakan predisposisi dari perilaku. Tapi, sulit dikatakan bahwa ada korelasi kuat di antara keduanya. Orang-orang yang suka bersosialisasi cenderung melakukan kegiatan luar ruang. Tapi setelah ada piringan laser, ceritanya jadi lain. Mereka belum tentu mau nonton film di bioskop. Lebih baik nonton di rumah, tinggal cari waktu yang paling nyaman. Maka, pengamatan terhadap perilaku jadi semakin penting, karena pilihan sudah semakin bervariasi.
Kalau seandainya Anda bisa tahu persis perilaku orang yang mau Anda jadikan sasaran pasar. seperti telah diceritakan di atas, Anda berada dalam posisi lebih baik dari pesaing Anda. Tapi tentunya Anda tidak mudah mendapatkan 'pengakuan tulus' seperti yang saya lakukan secara sukarela itu.
Pertama, Anda bisa mereferensi merek dari dia. Dengan demikian Anda tahu sebelumnya, bahwa merek yang akan Anda tawarkan, termasuk kualitas dan harga akan dibandingkan dengan merek yang dijadikan referensi itu.
Kedua, Anda tahu dimana dan kapan Anda bisa mencegat dia untuk melakukan komunikasi pemasaran atau bahkan sekalian berjualan secara langsung di situ.
Akhirnya, Anda bisa menyimpulkan kembali garis-garis sikapnya terhadap dunia sekelilingnya. Jadi, justru lebih mudah menebak sikap, setelah Anda tahu perilaku, bukan sebaliknya.
Mengapa? Karena perilaku yang terjadi sudah merupakan resultan dari kondisi geografi, demografi, dan psikografi. Pengertian gaya hidup sebenarnya lebih merupakan pengamatan terhadap serangkaian hasil akhir pengambilan keputusan seseorang, setelah dipengaruhi berbagai faktor. Semua perlu dilakukan supaya program pemasaran bisa jauh lebih efektif.
Bagaimana pendapat Anda? CREATE YOUR LIFE-STYLE!