The Journey To Become A Learning Organization
Posted: Jumat, 22 Mei 2009 by R. Anang Tinosaputra in Label: The Meaning of Management
0
Jika diminta untuk menyebutkan satu trend yang terbaru bagi perkembangan organisasi, maka jawabannya pasti Learning Organization. Namun masih banyak perusahaan yang belum mengerti benar tentang apa itu Learning Organization, dan mengartikannya sebagai organisasi yang sering mengadakan program training. Padahal survei di seluruh dunia menunjukkan, bahwa lebih dari 90% training yang dilakukan perusahaan adalah pemborosan belaka. Hal tersebut disebabkan oleh karena training lebih dipersepsikan sebagai formal training yang terutama merupakan kuliah di dalam kelas serta seminar, serta sedikit sekali yang benar-benar berhubungan dan diterapkan di dalam pekerjaan orang yang dilatih.
Learning Organization lebih mementingkan pembelajaran melalui interaksi yang sejalan dengan pekerjaan. Kalaupun dilaksanakan formal training, itu akan lebih banyak diberikan oleh pegawai perusahaan itu sendiri, bukan trainer luar. Menariknya adalah, pegawai perusahaan yang memberikan training datang dari semua bagian, bukan hanya trainer yang merupakan bagian dari Human Resources Department. Untuk dapat menjadi sebuah learning organization, diperlukan 3 faktor utama, yaitu.
1. Lingkungan yang mendukung pembelajaran;
2. Proses dan praktek pembelajaran yang nyata; dan
3. Kepemimpinan yang mendukung pembelajaran.
Mari belajar dari PT Allianz Life Indonesia. President Director PT Allianz Life Indonesia, Jens Reisch, menyampaikan bahwa Allianz Indonesia sedang mengambil langkah-langkah untuk menjadi sebuah learning organization. Langkah tersebut diwujudkan antara lain dengan membentuk Allianz Indonesia Corporate University, yang merupakan wadah pengelolaan kebutuhan pelatihan pegawai secara komprehensif. Dalam usahanya melibatkan semua pegawai Allianz untuk membentuk budaya cross-learning, maka setiap pegawai dengan level manajer ke atas diwajibkan untuk memberikan training beberapa jam per bulan, dan dianugerahi gelar Learning Champion yang dapat dicetak pada kartu namanya.
Allianz merupakan sebuah contoh yang jelas, bahwa gerakan menuju learning organization hanya bisa terlaksana atas dukungan pimpinannya, yaitu Jens. Dukungan bukan hanya berarti restu yang diberikan, tetapi juga sang pemimpin harus terlibat dan menjadi contoh bagi pegawai lainnya. Dalam segi proses dan praktek pembelajaran yang didukung oleh sistem knowledge management, kelihatannya Allianz masih dalam tahap yang sangat awal.
Kasus yang sama terjadi beberapa tahun lalu, ketika saya masih berkarya di Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna. Ketika itu saya menawarkan dibentuknya BAG Institute of Life. Dimana ini merupakan bagian dari learning organization, dengan produk pendidikan unggulannya adalah credit union certificate program. Program ini dikhususkan kepada semua staf, dari level bawah hingga level paling tinggi di setiap credit union, sehingga mereka mempunyai knowledge, skill dan tentu saja kompetensi dalam mengembangkan credit union. Bahkan yang lebih penting adalah pengembangan attitude dari setiap staf. Sayang, program ini urung dilaksanakan karena tidak terpenuhinya 3 faktor utama di atas.
So, semua kembali kepada kebutuhan dan impian setiap perusahaan dan juga credit union. Jangan pernah menunggu siap untuk menjadi learning organization tapi proses dan action yang mempersiapkan kita menjadi lebih baik.
How about you, credit union?
Learning Organization lebih mementingkan pembelajaran melalui interaksi yang sejalan dengan pekerjaan. Kalaupun dilaksanakan formal training, itu akan lebih banyak diberikan oleh pegawai perusahaan itu sendiri, bukan trainer luar. Menariknya adalah, pegawai perusahaan yang memberikan training datang dari semua bagian, bukan hanya trainer yang merupakan bagian dari Human Resources Department. Untuk dapat menjadi sebuah learning organization, diperlukan 3 faktor utama, yaitu.
1. Lingkungan yang mendukung pembelajaran;
2. Proses dan praktek pembelajaran yang nyata; dan
3. Kepemimpinan yang mendukung pembelajaran.
Mari belajar dari PT Allianz Life Indonesia. President Director PT Allianz Life Indonesia, Jens Reisch, menyampaikan bahwa Allianz Indonesia sedang mengambil langkah-langkah untuk menjadi sebuah learning organization. Langkah tersebut diwujudkan antara lain dengan membentuk Allianz Indonesia Corporate University, yang merupakan wadah pengelolaan kebutuhan pelatihan pegawai secara komprehensif. Dalam usahanya melibatkan semua pegawai Allianz untuk membentuk budaya cross-learning, maka setiap pegawai dengan level manajer ke atas diwajibkan untuk memberikan training beberapa jam per bulan, dan dianugerahi gelar Learning Champion yang dapat dicetak pada kartu namanya.
Allianz merupakan sebuah contoh yang jelas, bahwa gerakan menuju learning organization hanya bisa terlaksana atas dukungan pimpinannya, yaitu Jens. Dukungan bukan hanya berarti restu yang diberikan, tetapi juga sang pemimpin harus terlibat dan menjadi contoh bagi pegawai lainnya. Dalam segi proses dan praktek pembelajaran yang didukung oleh sistem knowledge management, kelihatannya Allianz masih dalam tahap yang sangat awal.
Kasus yang sama terjadi beberapa tahun lalu, ketika saya masih berkarya di Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna. Ketika itu saya menawarkan dibentuknya BAG Institute of Life. Dimana ini merupakan bagian dari learning organization, dengan produk pendidikan unggulannya adalah credit union certificate program. Program ini dikhususkan kepada semua staf, dari level bawah hingga level paling tinggi di setiap credit union, sehingga mereka mempunyai knowledge, skill dan tentu saja kompetensi dalam mengembangkan credit union. Bahkan yang lebih penting adalah pengembangan attitude dari setiap staf. Sayang, program ini urung dilaksanakan karena tidak terpenuhinya 3 faktor utama di atas.
So, semua kembali kepada kebutuhan dan impian setiap perusahaan dan juga credit union. Jangan pernah menunggu siap untuk menjadi learning organization tapi proses dan action yang mempersiapkan kita menjadi lebih baik.
How about you, credit union?